Contoh Sastra Lisan Lampung Pepadun di Kehidupan Sehari-Hari

Jika ingin meningkatkan rasa percaya diri, masyarakat Lampung menggunakan mantra ini saat mandi. 

Bunyinya:

"Kutimbuk wai bungo, milei di kanan kirei, ghat segalo celo, nyak gegeh
bidodarei"

Artinya:

"Kusiram air (bertabur) bunga, mengalir dikanan kiri, hilang segala cela (aib), saya seperti bidadari).

Sedangkan saat sedang sakit kepala, ada mantra ditujukan sebagai doa kepada sang pencita. 

Bunyinya: 

"Hak tawar, biso tawar; lain nyak sai ngeguai tawar, allah sai nawarei"

Artinya:

"Hak tawar bisa tawar, bukan saya yang membuat tawar, Allah yang menawari"

Mantra ini diucapkan saat akan bercocok tanam supaya hasilnya melimpah saat masa panen. 

Bunyinya: 

"Nyak ngittarken nikeu lapah, unut jamomeu sai ramik"

Artinya:

"Saya mengantarkan kamu pergi, carilah temanmu yang lain'

Mantra untuk menguji kesetiaan seseorang juga ada lho. Bunyinya adalah.

"Kain andak sulam setero. Kitemen sayang di nyak, pusau pudak jama dado"

Artinya:

"Kain putih bersulam sutra. Jika benar sayang pada saya, usap muka dan dada"

Kemudian mantra pada saat memakai pakaian atau sarung supaya merasa percaya diri dengan apa yang dipakai. Mantra ini bermakna meski pakaiannya tidak baru atau tidak sesuai dengan gaya orang lain tapi tetap bagus saat dipakai.

"Injung-injung pakai bepinjung; kipak salah di pinjungkeu kenawat bagho dipudakkeu"

Artinya:

"Kain untuk bersarung, meskipun salah pada sarungku, bulan purnama di mukaku"

Menarik juga ya sastra lisan Lampung dipakai kehidupan sehari-hari.