TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Read Aload Ternyata Dapat Menutrisi Otak Anak 

Mempengaruhi perkembangan kognitif, motorik, bahasa, emosi

Photo by Picsea/Unsplash

Bandar Lampung, IDN Times - Membacakan buku secara nyaring kepada anak ternyata dapat menutrisi otak anak hingga mempengaruhi perkembangan secara kognitif hingga emosional. Hal ini disampaikan oleh dr. Putri Zalika Kesuma lewat pertemuan luring bersama Komunitas Read Aload Lampung beberapa waktu lalu. 

Kebiasaan membacakan secara nyaring kepada anaknya ini telah Putri terapkan sejak memiliki anak pertama hingga anak kedua. Ia juga merasakan perbedaan mencolok terhadap perkembangan anaknya.

Ia pun membagikan pengalamannya tersebut ke dalam buku berjudul Cara Ajaib Menutrisi Otak Anak. Bahkan tak hanya itu, membaca buku secara nyaring juga ternyata dapat menjadi salah satu obat untuk menghindari anak dari kecanduan dalam menggunakan gawai yang kini banyak menjadi masalah sebagian besar orang tua.

1. Membaca buku secara nyaring untuk menghindari ketergantungan gawai pada anak

pexels.com/Canva Studio

Putri menceritakan, pertama kali memutuskan untuk menerapkan membaca secara nyaring kepada anak pertamanya atas dasar ketakutannya terhadap kecenderungan negatif dari gawai terhadap anak-anak. 

“Karena saya gak mau anak saya terpapar gadget, jadi saya mencari cara bagaimana membuat bacaan buku menjadi hal menarik dan tidak hanya sekedar membaca saja tapi juga ada interaksi di dalamnya, dan read aload (secara nyaring) bisa memfasilitasi itu,” katanya.

Namun ia menekankan, bukan berarti gawai itu sama sekali tak diberikan pada anak, hanya saja ada waktunya sendiri anak harus memakai gawai. Ketika kecil sebaiknya dimulai dengan kebiasan membaca buku.

“Nah bagaimana mengenalkan kebiasaan ini? Pada dasarnya anak itu mengikuti perilaku orang terdekatnya, misalnya orang tua itu akan menjadi rolmodeling. Sehingga kita mulai kebiasaan membaca itu dari kita sendiri,” lanjutnya.

Baca Juga: Melihat Library Expo Unila, Baca Buku Sekaligus Lihat Karya Seni

2. Usia anak mulai bisa dibacakan buku secara nyaring

Freepik

Dalam sebuah penelitian, Putri menyebutkan ternyata sejak dalam kandungan usia kehamilan 25 minggu, indera pendengaran janin sudah berkembang sehingga pada itulah orang tua bisa berinteraksi dengan bayi.

“Walau di dalam kandungan itu kita bisa ngajak ngobrol mereka, nyanyi, termasuk membaca buku secara nyaring ini karena mereka memang sudah bisa mendengar suara-suara dari orang tuanya,” imbuhnya.

Ia mengatakan, pada anak pertamanya dulu, mulai membacakan buku secara nyaring pada usia 6 bulan. Alasannya, saat itu ia memiliki pertimbangan untuk menunggu sang anak bisa duduk terlebih dahulu.

“Tapi ternyata dari kandungan itu yang lebih bagus. Tapi meski sudah lewat masa kandungan, bukan berarti itu terlambat ya. Jadi kerjakan saja tidak ada yang namanya kata terlambat, baik anak menerima di usia berapapun pasti akan berpengaruh,” katanya.

3. Membacakan buku dapat menjadi tabungan kata bagi anak

Hal yang sampai saat ini banyak orang tua salah kaprah adalah ketika berpikir membacakan buku pada anak yang belum bisa membaca atau berbicara adalah hal sia-sia. Putri mengatakan saat orang tua membaca buku, anak akan melihat gambar dan mendengarkan kata-kata yang terlontar dari orang tuanya.

“Apa yang kita katakan itu lah yang nantinya alan disimpan oleh anak, dan menjadi tabungan kata bagi anak. Bahkan visual dalam buku itu juga bisa menjadi simpanan imajimasi anak, sehingga ada kecenderungan anak yang suka membaca atau dibacakan cerita akan suka menggbar,” jelasnya.

Ia melanjutkan, sebuah riset, ternyata membaca buku secara nyaring dapat mengembangkan aspek kognitif anak karena mereka akan berusaha menceritakan kembali apa yang ada dalam bukunya.

“Lalu read aload juga memberi asupan perkembangan emosi, bahasa, dan motorik. Kalau kita ngobrol dengan anak kosakatanya kan sedikit atau tidak varitif dan bahasa sehari-hari. Sedangkan dalam buku lebih kompleks dan formal sehingga mengembangkan bahasanya,” ujarnya.

4. Jangan langsung memberikan buku berwarna

Pexels/Yan Krukov

Putri juga menyampaikan anak perlu stimulus dalam mengenal buku. Jangan langsung memberikan buku berwarna pada anak. Pada saat 3 bulan pertama, anak sebaiknya dikenalkan dengan buku hitam putih dulu setelah itu baru kenalkan buku berwarna-warni. “

“Itu stimulus visual. Kemudian untuk motoriknya ada dari membolak-balik buku, meremas, menggigit juga. Jadi cari buku yang bisa anak pegang,” katanya.

Secara psikologi, membaca buku juga bisa mengenalkan karakter dan ekspresi secara nyata pada anak. Itu dikarenakan sulit mengenalkan sifat seperti sedih hanya dengan gambar orang menangis. Dengan bercerita, anak akan mengenal tokohnya dan karakternya.

5. Tak hanya anak, membacakan buku kepada anak juga bisa menutrisi otak orang tua

verywellmind.com

Selain menutrisi anak, ternyata membaca nyaring juga menutrisi orang tuanya sendiri. Ia mencontohkan ketika kedua orang tua sibuk, orang tua harus punya cara untuk tetap terkoneksi dengan anak sesibuk apapun.

Membacakan cerita saat tidur ini walau sebentar tapi akan terjalin kuat sehingga akan memberikan rasa tenang dan sedikit menghilangkan rasa bersalah karena sibuk untuk orang tuanya.

”Kemudian dalam penelitian, read aload ternyata baik untuk tekanan darah kita dan bisa menurunkan kecemasan. Kadang ada juga pengetahuan yang dulu saat kita kecil belum ada, lewat buku anak saat ini kita jadi tahu," paparnya.

"Contohnya saya baru tahu ternyata penguin mengeram telurnya dengan cara menaruhnya diantara kaki. Itu saya tahu ketika membacakan anak buku,” jelas Putri. 

Dari buku juga anak dan orang tua bisa memiliki kegiatan produktif misalnya bereksperimen tentang apa yang dibaca di buku.

Baca Juga: Pentingnya Layout Ruangan Eyecatching demi Mood Booster Belajar

Berita Terkini Lainnya