Panggung Sirat, Suarakan Kondisi Sosial lewat Gerak Tari dan Musik

Kolaborasi empat grup seniman Lampung

Bandar Lampung, IDN Times - Sorot mata tajam dengan tangan menjulur ke depan disertai gerakan kaki berjalan ke depan secara terseret-seret penuh irama menjadi awal pertunjukan Panggung Sirat digelar di Sanggar Tari GAR Dancestory..

Itu adalah tarian SAU karya Diantori, ditampilkan tiga penari remaja dengan penjiwaan cukup dalam. Menariknya, meski tak ada dendang musik meriah, tata rias dan busana mencolok, penonton sudah terbius gerakan lemah gemulai tapi tegas dari tiga penari itu.

Berikut ini IDN Times rangkum pertunjukan Panggung Sirat kolaborasi empat grup seniman Lampung yakni, DianArza Arts Laboratory (DAAL), GAR Dance Story, Sako Serikat dan SJ Project digelar 24-25 September.

1. Sadarkan kondisi sosial lewat gerak tari

Panggung Sirat, Suarakan Kondisi Sosial lewat Gerak Tari dan MusikPanggung Sirat Lampung (IDN Times/Silviana)

Diantori, koreografer GAR Dancestory menyatakan, tarian yang diusung menghadirkan kesadaran diri dan tafsir sosial serta lingkungan. Tarian SAU mengembalikan sebuah realita, relatif dipandang nyaman.

Selain gerakan, makna tersirat disampaikan melalui gong dipukul dengan sandal jepit sebagai alat musik pengiring tari. Menurutnya, gong adalah simbol perdamaian. Sedangkan sandal jepit merupakan awal mula seseorang mengenal alas kaki.

"Dalam karya SAU ini, saya menyampaikan suatu kesadaran perdamaian dalam diri untuk mengungkapkan sadar terhadap sosial-mu. Sosial yang kita maksud itu lingkungan. Dalam menari, seorang penari harus memiliki pondasi kesadaran," terang alumni ISI Yogyakarta itu, Minggu (26/9/2021).

2. Realita dunia hanya menyampaikan yang bagus saja

Panggung Sirat, Suarakan Kondisi Sosial lewat Gerak Tari dan MusikPanggung Sirat Lampung (IDN Times/Silviana)

Lebih lanjut Dian menceritakan, alasannya hanya mengajak satu orang pemusik menggunakan kostum terbalik bermakna realita saat ini, orang-orang hanya melihat dari sisi yang dipandang baik saja.

"Kami hari ini menyampaikan kebalikannya. Hal yang jelek ketika disampaikan dengan baik akan jadi baik. Sehari-hari kita disanjung bagus terus tapi kadang itu lain di mulut lain di hati," ungkapnya.

Dian berharap, para penari yang sudah ia didik sejak Sekolah Dasar ini bisa tampil di panggung-panggung lebih jauh lagi.

Baca Juga: Gelisah Hedonisme Remaja, 4 Kelompok Seni Lampung Gelar Panggung Sirat

3. Tampilkan musik etnik Sumatera

Panggung Sirat, Suarakan Kondisi Sosial lewat Gerak Tari dan MusikPanggung Sirat Lampung (IDN Times/Silviana)

Tak hanya pertunjukan tari, Panggung Sirat juga menyuguhkan kreasi musik etnik dari grup musik Sako Serikat. Penonton hanyut dalam irama saat mendengarnya.

Grup musik Sako Serikat diusung lima Millenials berasal dari daerah berbeda. Itulah kenapa musik meraka bawakan tak hanya mencakup Lampung saja tapi Sumatera.

Pertunjukan kali ini, Sako Serikat menampilkan aransemen musik berjudul Elegi. Itu adalah kidung tentang rasa kehilangan yang dihadirkan dalam komposisi nada bernuansa eksperimentatif.

Menurut, Agung Hero Hernanda salah satu anggota Sako Serikat, karya mereka adalah tentang seni tutur perasaan kehilangan. Selain itu juga mengisahkan perantau yang akan meninggalkan kampung halaman.

"Biasanya kalau mau merantau ada pesan dari keluarga atau teman, nah bagaimana perantau ini mengemban pesan atau amanah dari keluarga dan teman saat diperantauan nanti," ungkap laki-laki akrab disapa Ero itu.

4. Ruang eksistensi kekaryaan merespons situasi sosial

Panggung Sirat, Suarakan Kondisi Sosial lewat Gerak Tari dan Musik(IDN Times/Istimewa)

Agung sebagai Pimpinan Produksi mengatakan, Panggung Sirat ini sebagai ajang silaturahmi antar seniman dan ruang eksistensi kekaryaan merespons situasi sosial saat ini.

Menurutnya, kelemahan terbesar di Lampung saat ini terkait dunia seni adalah minimnya partisipasi dari pihak pemerintah dan perusahaan swasta.

"Kerja seni kawan-kawan ini kerja idealis. Kalau bahasa kawan-kawan ini bantingan. Berapa ini kebutuhannya, misal Rp500 ribu, kita bantingan berapa bisanya," beber Agung.

5. Produksi seni membutuhkan biaya

Panggung Sirat, Suarakan Kondisi Sosial lewat Gerak Tari dan MusikPanggung Sirat Lampung (IDN Times/Silviana)

Agung membandingkan bagaimana geliat pertunjukan seni di daerah lain yang didukung oleh peraturan daerah. Sehingga setiap ada pertunjukan seni, pemerintah mau pun perusahaan wajib membantu, minimal fasilitas tempat.

"Itu yang membuat teman-teman di Lampung agak sulit untuk terus berkarya karena kita tidak bisa menampikkan, bahwa hal-hal produksi ini membutuhkan biaya," tandasnya.

Baca Juga: Kala Penonton Takjub Tonton Teater Machbet Karya William Shakespare

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya