5 Film Indonesia tentang Kritik Sosial, Kisah Haru dan Penuh Makna

Mengangkat isu menjadi sebuah film penuh makna

Intinya Sih...

  • Film Eksil mengangkat kisah pelajar Indonesia di luar negeri yang tak bisa pulang karena konflik politik 1965-1966.
  • You and I menceritakan kehidupan dua perempuan lanjut usia yang dicurigai terlibat G-30S/PKI.
  • Istirahatlah Kata-Kata menggambarkan pelarian penyair Wiji Thukul dan kritik terhadap pemerintahan orde baru.

Bandar Lampung, IDN Times - Sebagai negara demokrasi, masyarakat Indonesia tentu memiliki hak menyampaikan kritik terhadap kebijakan dibuat pemerintah yang tak sesuai atau tak berpihak pada rakyat. Kritik tersebut bisa disampaikan dengan cara apa pun, selama tidak merugikan pihak lain.

Bagi sineas film, kritik disampaikan melalui karya film mereka buat mengangkat isu sosial terjadi di masyarakat. Melalui film tersebut, para sineas menggambarkan bagaimana nasib dan keadaan orang-orang terpinggirkan atau tak mendapatkan haknya sebagai warga negara.

Berikut IDN Times merangkum 5 film mengangkat isu sosial terjadi di Indonesia menjadi film penuh makna. 

1. Film Eksil

5 Film Indonesia tentang Kritik Sosial, Kisah Haru dan Penuh MaknaInstagram/lola.amaria

Film garapan Lola Amaria ini ditayangkan perdana pada akhir 2022 di Jogja-NETPAC. Lalu, pada Februari 2024 film Eksil mulai tayang secara terbatas di bioskop-bioskop Indonesia.  

Film dokumenter ini menceritakan tentang para pelajar Indonesia dikirimkan ke luar negeri pada masa pemerintahan Sukarno untuk mengeyam beasiswa pendidikan. Namun, konflik politik Indonesia 1965-1966 membuat mereka tak pernah bisa kembali ataupun pulang ke Indonesia.

Mereka semua dicoret dari kewarganegaraan Indonesia dan dianggap telah terafiliasi dengan PKI saat bersekolah di Rusia dan Republik Ceko. Film ini menyampaikan kepada banyak orang bagaimana perasaan sesungguhnya para eksil tentang rasa rindu akan negaranya dan orang-orang dicintainya di kampung halaman.

Film ini juga merekam bagaimana sampai masa tua mereka tetap tak bisa pulang dan akhirnya memutuskan untuk menetap di Eropa. Menariknya, film ini juga mampu menggambarkan rasa cinta, rindu dan bangganya akan Indonesia meski Indonesia seakan melupakan dan menghilangkan keberadaan para eksil. 

2. Film You & I

5 Film Indonesia tentang Kritik Sosial, Kisah Haru dan Penuh MaknaInstagram/fanny_cho

Jika ingin mengetahui keadaan politik pada tahun 1965-1966, film You and I dbisa menadi salah satu tontonan kamu. Film disutradarai Fanny Chotimah ini, diangkat dari buku foto berjudul Pemenang Kehidupan karya Adrian Mulya dan Lilik HS dirilis 2015.

Film ini tayang perdana di DMZ International Documentary Film Festival, di Korea Selatan pada 17-24 September 2020 dan menjadi film penutup di ajang Jogja-Netpac Asian Film Festival tahun 2020.

Film bisa ditonton di Bioskop Online ini juga sukses mendapatkan beberapa penghargaan salah satunya penghargaan film dokumenter panjang terbaik dari Festival Film Indonesia tahun 2020.

Film dokumenter ini menceritakan tentang kehidupan sehari-hari dua perempuan lanjut usia. Ia adalah Kaminah berusia 70 tahun dan Kusdalini berusia 74 tahun. Pada awalnya, keduanya aktif sebagai anggota paduan suara di tempat berbeda pada saat remaja.

Namun suatu ketika nasib sial menghampiri keduanya. Keduanya ditangkap sebagai orang-orang yang dicurigai terlibat dalam Gerakan G-30S/PKI.

Kemudian keduanya bertemu dan mulai berkenalan pertama kalinya di dalam lembaga pemasyarakatan. Selanjutnya hubungan mereka begitu erat, bahkan lebih erat dari keluarganya sendiri. Setelah bebas dari penjara, Kaminah tinggal bersama Kusdalini karena dikucilkan oleh keluarganya.

Bersama nenek Kusdalini, mereka berjualan soto. Mereka sulit dapat pekerjaan dan juga menemukan pasangan hidup karena stigma buruk bagi mereka pernah masuk tahanan karena diduga terlibat G-30S/PKI. Saat menua, penghasilan mereka hanya dari berjualan kerupuk.

Meskipun sudah lansia, mereka tetap mencuci, membersihkan rumah, dan memasak sendiri. Sesekali mereka juga keluar rumah untuk mengikuti pertemuan

Baca Juga: 5 Film Robert De Niro Era 2000an Terbaik, Ada Favoritmu?

3. Film Istirahatlah Kata-Kata

5 Film Indonesia tentang Kritik Sosial, Kisah Haru dan Penuh MaknaInstagram/istirahatlahkatakata

Film tentang kritik sosial selanjutnya adalah Istirahatlah Kata-Kata. Film ini merupakan film pertama sekaligus satu-satunya tentang sosok penyair sekaligus aktivis 98 yang hilang, yakni Wiji Widodo atau akrab disapa Wiji Thukul.

Film disutradarai Yosep Anggi Noen ini dibintangi beberapa artis ternama, Gunawan Maryanto, Marissa Anita, dan Melanie Subono. Film pertama kali dirilis dan ditayangkan perdana di Festival Film Locarno di Swiss pada 9 Agustus 2016 ini menerima rilis teater terbatas di Indonesia beberapa bulan kemudian, tepatnya pada 19 Januari 2017.

Istirahatlah Kata-kata sukses dan mendapatkan beberapa penghargaan dari luar maupun dalam negeri. Salah satunya adalah penghargaan sebagai Film Terbaik dalam Usmar Ismail Awards pada tahun 2017.

Film ini menceritakan tentang perjalanan pelarian Wiji Thukul di Pontianak saat ia menjadi burunon. Istirahatlah Kata-kata benar-benar mampu menggambarkan ketakutan dan perasan dialami oleh Wiji Thukul pada masa pelarian.

Menariknya dalam film ini, Sutradara Yosep Anggi Noen mengambil sisi lain jarang dilihat dari Wiji Thukul. Bagaimanapun Wiji Thukul merupakan manusia memiliki rasa takut, sekaligus kerinduan mendalam akan keluarganya. Dalam film ini juga banyak mengkritik pemerintahan orde baru dan militer Indonesia lewat sindiran, humor dan beberapa scene film yang simbolis.

4. Film Ben dan Jody

5 Film Indonesia tentang Kritik Sosial, Kisah Haru dan Penuh MaknaInstagram/visinemaid

Ben dan Jody adalah film drama laga Indonesia 2022 disutradarai Angga Dwimas Sasongko berdasarkan karakter Filosofi Kopi karya Dee Lestari. Film produksi Visinema Pictures ini dibintangi Rio Dewanto dan Chicco Jerikho. 

Film bisa ditonton di Netflix ini menceritakan tentang perjuangan Ben dan warga di kampungnya menolak perampasan lahan mereka oleh perusahan. Namun, perusahaan membubarkan blokade warga dengan dibantu oleh aparat keamanan.

Meskipun telah terjadi kriminalisasi oleh aparat, Ben dan warga masih tetap teguh untuk berjuang mempertahankan lahan mereka. Kemudian perusahaan menggunakan preman untuk menangkap Ben karena dianggap sebagai orang yang mengkordinir warga.

Setelah tahu Ben tidak ada kabar, Jody dari Jakarta pun menyusul ke kampung halaman Ben untuk mencari Ben. Di sanalah, di pedalaman hutan aksi Ben dan Jody kemudian bermula untuk membebaskan warga yang ditahan juga.

Film ini menceritakan banyak hal yang selama ini tidak diketahui masyarakat umum bagaimana cara perusahaan merampas lahan warga secara semema-mena. Banyak hal disampaikan sebagai bentuk kritik juga pandangan terkait perampasan lahan marak terjadi di berbagai daerah di Indonesia, khususnya daerah pedalaman.

5. Film 2014 : Siapa Di Atas Presiden?

5 Film Indonesia tentang Kritik Sosial, Kisah Haru dan Penuh MaknaInstagram/rizkynazar20

2014: Siapa di Atas Presiden? adalah film drama Indonesia masuk dalam seleksi Festival Film Asia Osaka pada 2014. Film ini disutradarai Rahabi Mandra dan Hanung Bramantyo ini menceritakan tentang usaha seorang anak politikus bernama Ricky Bagaskoro dalam mencari kebenaran dan keadilan bagi ayahnya.

Ricky menganggap ayahnya hanya difitnah dan menjadi korban permainan kotor oleh lawan politiknya. Dalam film ini kita akan banyak melihat kegiatan kotor para politikus seperti fitnah memfitnah, pembunuhan, hingga bagaimana cara korupsi dan bertransaksinya.

Film ini menjadi film menarik mengingat isu yang dibawa sangat sensitif pada masa itu. Sederet aktor muda dan berbakat membintangi film ini di antaranya, Maudy Ayunda, Rizky Nazar dan Ray Sahetapy. 

Rekomendasi film Indonesia tentang kritik sosial, para sineas menggambarkan bagaimana nasib dan keadaan orang-orang terpinggirkan atau tak mendapatkan haknya sebagai warga negara. Kamu sudah nonton yang mana?

Baca Juga: 10 Alasan Mengapa Sanji Tidak Seperti Kru Topi Jerami Lainnya 

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya