TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Gelisah Hedonisme Remaja, 4 Kelompok Seni Lampung Gelar Panggung Sirat

Yuk simak bagaimana cara menonton pertunjukannya

(IDN Times/Istimewa)

Bandar Lampung, IDN Times -Tingginya pengaruh hedonisme di kalangan pemuda Lampung serta mulai ditinggalkannya adat, tradisi hingga seni budaya lokal dalam kehidupan para millenial sehari-hari mendorong empat kelompok seni di Lampung yaitu, DianArza Arts Laboratory (DAAL), GAR Dance Story, Sako Serikat dan SJ Project berkarya bersama secara independen serta nonprofit.

Kolaborasi itu nantinya akan menampilkan karya bertajuk Panggung SIRAT sebagai bentuk kegelisahan para seniman muda terhadap tingginya pengaruh hedonisme di kalangan remaja di Provinsi Lampung.

Baca Juga: Pasukan Denjaka dan Brigif 4 Mar/BS 'Serbu' Kantor Pemprov Lampung

1. Menyatukan kembali ruh tradisi

Pertunjukan sinrilik, seni tutur puitis berirama milik suku Makassar, yang dipertunjukkan dalam pameran seni Makassar Biennale 2021. (Dok. Yayasan Makassar Biennale)

Stage Manager Panggung SIRAT, M Rizki, mengatakan, pertunjukan seni itu rencananya akan berlangsung akhir 24-25 September 2021.

Konsep penampilan hybrid (luring dan daring), mematuhi protokol kesehatan serta membatasi hanya untuk 30 penonton per hari.

"Secara simbolik, SIRAT itu bermakna sebagai kekuatan ingin menyatukan kembali ruh tradisi yang mulai dilupakan generasi muda," kata Rizki, Kamis (16/6/2021).

2. Anak muda jangan tinggalkan budaya lokal

Tari Tradisional Lampung Melinting (Instagram.com/sanggar tapis berseri)

Menurut Rizki, tidak masalah jika anak muda mengenal dan mempelajari budaya barat namun jangan sampai meninggalkan atau melupakan kebudayaan lokal.

"Malah kalau bisa remaja ini memperkenalkan tradisi lokal dengan cara-cara modern," ujarnya.

Sebab itu, Panggung SIRAT hadir dengan menampilkan garapan musik, ritus tradisi, tari hingga eksperimentasi gerak.

3. Ada dua sesi penampilan

Pertunjukan teater (instagram.com/titimangsafoundation)

Lebih lanjut alumni ISI Yogyakarta itu mengatakan, dalam sehari akan ada penampilan sore dan malam hari yang bisa disaksikan secara gratis.

Penampilan sore dikhususkan untuk guru serta para pelajar sebagai ruang apresiasi. Sedangkan malam hanya untuk para mahasiswa dan seniman berdiskusi.

"Kami ingatkan, para penonton wajib mematuhi protokol kesehatan seperti yang dianjurkan oleh pemerintah," tegasnya.

Baca Juga: Lampung Begawi, Ajang Promosi UMKM dan Pariwisata di Lampung 

Berita Terkini Lainnya