Spider-Man versi Seram Layak Tampil di Film Marvel? Ini Alasannya

Spiders-Man, kisah laba-laba paling seram

Kepopuleran Spider-Man di seluruh dunia tak perlu diragukan lagi. Merujuk sejarah, tokoh superhero ini pertama kali diciptakan Stan Lee dan Steve Ditko melalui komik Marvel berjudul Amazing Fantasy #15 Agustus 1962.

Dari sejak kemunculan pertama hingga enam dekade saat ini, karakter pahlawan super ini hadir di berbagai media, mulai dari komik, animasi, hingga film. Saking populernya Spider-Man, hadir beragam versi karakter rata-rata unik.

Bahkan, melalui konsep multisemesta, Marvel memperkenalkan berbagai versi pahlawan super ini dari realita-realita yang berbeda. Satu patut mendapat perhatian adalah Spiders-Man.

Perlu kamu ketahui, Spiders-Man versi ini bukan manusia berstatus pahlawan super. Tapi karakter ini sekumpulan laba-laba radioaktif memiliki pikiran dan memori Peter Parker.

Bahkan, Marvel mengklaim Spiders-Man adalah kisah laba-laba paling menyeramkan. Berbagai persepsi pun hadir terkait karakter Spiders-Man. Bahkan, tak menutup kemungkinan karakter versi seram ini dihadirkan dalam bentuk film Marvel.

Berikut beberapa alasan 'Spider-Man' versi seram ini layak tampil di film Marvel.

1. Alur cerita sangat berbeda dari versi original

Spider-Man versi Seram Layak Tampil di Film Marvel? Ini Alasannyascans-daily.dreamwidth.org

Perlu kamu ketahui, ada perbedaan terkait alur cerita Spiders-Man dan Spider-Man original. Spiders-Man debut di komik Marvel berjudul Spider-Geddon #3 periode 2018 berlatar tempat di Earth-11580. Sedangkan, Spider-Man original tinggal di Earth-616 

Alur cerita Spiders-Man bermula Peter Parker berkunjung ke Horizon Labs. Di sana, Peter kecelakaan terjatuh ke dalam koloni besar laba-laba diberikan paparan partikel radioaktif untuk eksperimen rekayasa genetik.

Saat kejadian itu, Peter Parker telah tiada. Namun ternyata kesadarannya diserap oleh koloni laba-laba tersebut. Koloni ini secara kolektif memiliki pikiran dan memori dari Peter Parker.

"Peter" pun menjauh dari teman-temannya, termasuk Gwen Stacy dan memutuskan untuk menjadi pemberantas kejahatan dengan nama Spiders-Man. Pada komik ini, tidak ada kisah sedih kematian Paman Ben ataupun semboyan populer "with great power comes great responsibility".

Tapi hanya kisah tragis anak muda berbakat harus menjalani hidup sebagai monster. Merujuk alur cerita antara Spiders-Man dan Spider-Man sudah sangat berbeda. Ini alasan pertama bila tampil dalam versi film Marvel, Spiders-Man dapat memberikan sensasi sepenuhnya baru dan uni bagi penggemar Spider-Man. 

2. Potensi eksplorasi konflik internal karakter utama

Spider-Man versi Seram Layak Tampil di Film Marvel? Ini Alasannyascans-daily.dreamwidth.org

Penggemar Spider-Man tentu sudah mengetahui, identitas rahasia pahlawan super ini selalu menjadi isu klasik di hampir semua versi Spider-Man lain. Tapi itu tidak berlaku dengan Spiders-Man.

Meskipun memiliki kesadaran Peter Parker, Spiders-Man bukan lagi manusia, sehingga identitas rahasia tidak lagi menjadi prioritas utama. Justru konflik internal Spiders-Man adalah dia harus menerima kenyataan bukan lagi seorang manusia.

Apabila terbesit pemikiran, apakah makhluk ini adalah Peter Parker hidup dalam wujud koloni laba-laba atau sebaliknya koloni laba-laba berpikir mereka adalah Peter Parker? Belum lagi, "Peter" harus berusaha untuk melawan rasa lapar terhadap manusia.

Merujuk hal di atas, eksplorasi konflik internal tersebut akan sangat menarik bisa mengundang simpati sekaligus kengerian penonton jika diangkat dalam suatu film. Ini menjadi alasan kedua Spiders-Man versi seram ini dapat diangkat ke layar lebar lantara dapat menghadirkan pengalaman kepada penggemar lantaran tidak mendapati alur cerita konvensional layaknya film-film Spider-Man sebelumnya. 

Baca Juga: 5 Film Superhero Berbudget Rendah Gak Kalah Seru dari MCU dan DC

3. Peluang bagi Disney atau Marvel Studios menarik minat penggemar film genre horor

Spider-Man versi Seram Layak Tampil di Film Marvel? Ini Alasannyascans-daily.dreamwidth.org
  • Alasan ketiga Spiders-Man terbuka diangkat ke layar lebar adalah cuan bisnis. Tak menutup kemungkinan ini peluang terbaik Disney atau Marvel Studios meraih pangsa pasar film ber-genre horor.

Tak dapat dipungkiri, Disney atau Marvel Studios memang lebih terkenal dengan film-film rating PG-13-nya. Alasannya, dari sudut pandang bisnis, film-film sejenis itu relatif lebih menguntungkan karena merangkul semua kategori umur.

Nah, bagaimana bila rumah produksi itu berani melirik pasar di genre horor yang ratingnya rata-rata R (restricted)?. Apabila merujuk 4 tahun terakhir, fakta menunjukkan film-film rating R juga mampu meraup keuntungan besar. Contohnya, Deadpool, Deadpool 2, It, Logan, hingga Joker semuanya menghasilkan box office di atas US$ 700 juta.

Contoh film rating R di atas notabene adaptasi komik pahlawan super. Sementara itu, menurut data-data pada situs the-numbers.com, pangsa pasar film horor berada pada angka di atas 6 persen secara konsisten sepanjang periode 2016-2020 . Pencapaian sejenis adalah pada periode 2005-2007. Bahkan, tahun 2020 mencatat rekor tertinggi, yaitu 12.04 persen.

Merujuk fakta tersebut, bisa saja mendorong Disney/Marvel Studios mulai membuka ruang eksplorasi bagi cerita atau karakter sesuai kriteria horor tau rating R, seperti melanjutkan proyek film Deadpool 3, memasukkan elemen menyeramkan di film Doctor Strange in the Multiverse of Madness (2022), dan memperkenalkan karakter dengan isu kepribadian ganda seperti Moon Knight.

Spiders-Man akan sangat cocok ke dalam kedua kriteria tersebut. Mempertimbangkan popularitas dari Spider-Man dan peningkatan minat penonton terhadap film horor, ini bisa jadi solusi diangka ke layar lebar. 

4. Peluang bagi Sony Pictures bikin versi film Spider-Man tanpa keterbatasan kreativitas

Spider-Man versi Seram Layak Tampil di Film Marvel? Ini Alasannyacbr.com

Sepanjang perjanjian antara Disney/Marvel Studios dan Sony Pictures masih berlaku, Sony Pictures tidak dapat leluasa membuat kisah Spider-Man versi Tom Holland tanpa terikat dengan jalan cerita di MCU. Terlepas perjanjian ini saling menguntungkan kedua pihak, tentu Sony memiliki keinginan dapat menggunakan Spider-Man sesuai keinginan mereka.

Nah, Spiders-Man dapat menjadi salah satu solusinya, terutama seiring MCU mulai memperkenalkan elemen multisemesta dan kemunculan rumor Spider-Verse di film sekuel Spider-Man:Far From Home (2019). Sony dapat mengembangkan kisah Spiders-Man jika Disney/Marvel Studios memutuskan untuk tetap fokus pada Spider-Man versi Tom Holland.

Apakah hal tersebut mungkin dilakukan dari sisi legal kontrak perjanjian mereka? Pada tahun 1990-an, Marvel menjual lisensi karakter Spider-Man ke Sony. Lalu, berdasarkan kontrak Marvel-Sony bocor 2014 lalu, diketahui Sony berhak untuk membuat serial tv, animasi, dan film tentang Spider-Man serta berbagai jagoan dan penjahat Marvel muncul di cerita komiknya Spidey.

Karena itu, mereka bisa memproduksi film animasi Spider-Man: Into the Spider-Verse (2018) pada saat yang sama dengan produksi film live-action Spider-Man. Dengan asumsi, isi kontrak tersebut belum berubah setelah kesepakatan baru antara Disney/Marvel Studios dan Sony, maka film Spiders-Man lebih dari sekadar probabilitas.

Sony pun dapat lebih leluasa dan kreatif mengembangkan ceritanya tanpa terikat MCU. Tidak perlu khawatir juga dengan kemungkinan "persaingan" antar versi Spider-Man karena Spiders-Man akan memiliki pasar tersendiri.

Selain itu, di era sekarang kita tentu sudah terbiasa melihat berbagai versi jagoan di media televisi dan film, seperti Batman, Superman, dan The Flash, di waktu bersamaan. 

5. Momen tepat bikin film Spider-Man kisah lebih kelam

Spider-Man versi Seram Layak Tampil di Film Marvel? Ini Alasannyacollider.com

Tanpa bermaksud membandingkan antara film keluaran Marvel atau DC, semenjak kemunculan filmThe Dark Knight 2008, beberapa studio film melakukan pendekatan serupa.

Christopher Nolan sukses dengan trilogi film Batman-nya melalui pendekatan cerita dan karakter lebih dark dan grounded. Karyanya ini menginspirasi film-film pahlawan super lain, termasuk The Amazing Spider-Man (2012).

Sony Pictures berupaya membuat cerita dan karakter Peter Parker/Spider-Man yang lebih realistis, kelam, dan tragis. Uniknya, penggemar menyukai pendekatan tersebut, tetapi banyak juga jalan cerita yang kurang berkembang. Film Spider-Man 3 (2007) arahan Sam Raimi sebenarnya telah mencoba hal sejenis dengan fokus pada rasa dendam Peter Parker. Sayangnya, film ini mendapat respon kurang baik.

Film tersebut kurang berhasil mengangkat sepenuhnya kisah Spider-Man yang lebih kelam karena karakterisasi asli Spidey tidak mendukung pendekatan tersebut. Di buku komiknya, Peter Parker/Spider-Man dikenal sebagai karakter yang optimis dengan ocehan lucunya bahkan di situasi-situasi yang sangat berbahaya sekalipun.

Apalagi, dia dibesarkan dari latar belakang keluarga yang baik meskipun tidak oleh orang tuanya. Peter Parker bukan Bruce Wayne, sehingga pendekatan ceritanya pun seharusnya berbeda.

Nah, Spiders-Man di sisi lain adalah karakter yang memang tercipta dari kekelaman. Bahkan, di dalam penampilan terakhirnya di komik, Spiders-Man justru berpindah haluan ke sisi kejahatan dan bersekutu dengan Spider-Nor-Man untuk mengalahkan The Superior Spider-Man.

Segala aspek dalam cerita Spiders-Man akan sangat potensial dalam mendukung pendekatan lebih kelam.

6. Spiders-Man dapat mengubah persepsi para penggemar terhadap karakteri Spider-Man

Spider-Man versi Seram Layak Tampil di Film Marvel? Ini Alasannyacinematreasures.org

Alasan selanjutnya Spiders-Man layak diangkat ke film adalah, para penggemar tidak akan lagi melihat Peter Parker/Spider-Man dengan persepsi yang sama setelah menonton kisah Spiders-Man.

Asumsinya adalah, apabila film tentang Spiders-Man akan dibuat, kisahnya dapat tetap berfokus pada Peter Parker. Namun, ini adalah kisah Peter Parker dengan kehidupan yang tidak sama dengan Peter Parker yang kita kenal selama ini. Bahkan, mungkin krisis identitas akan menjadi porsi utama dengan tagline "Who Am I? A Man or A Monster?"

Kita tidak lagi berhadapan dengan untold story, melainkan all-new, all-different story. Spiders-Man akan memberikan efek yang berbeda kepada penonton bila dibandingkan dengan ketika menonton versi Spider-Man yang lain. Misal, kita telah beberapa kali melihat Miles Morales sebagai Spider-Man.

Ceritanya berbeda dengan Peter Parker, namun itu suatu kewajaran karena Miles bukan Peter. Sedangkan, Spiders-Man sebelum kecelakaan adalah Peter Parker yang sama dengan yang kita kenal. Namun, kemudian kisahnya akan berubah sepenuhnya, begitupun dengan pandangan kita terhadap seorang Peter Parker/Spider-Man.

Itulah alasan Spiders-Man layak tampil di film Marvel. Kalau menurut kalian, apakah karakter ini layak dapat kesempatan muncul di film? Atau kalian punya pilihan Spider-Man versi lain?

Baca Juga: 8 Musuh Spider-Man Diam-diam Sudah Muncul di Film MCU Selama Ini!

Aditya Novian Perdana Photo Community Writer Aditya Novian Perdana

Penggemar film dan musik yang terinspirasi untuk menuangkan pemikirannya dalam bentuk tulisan

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya