RSJ Lampung Temukan Anak Adiksi Internet, Tiga Kasus per Minggu

Kasus dialami anak mulai usia enam tahun

Bandar Lampung, IDN Times - Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Lampung mengklaim, ada temuan kasus adiksi internet atau kecanduan internet pada anak dan remaja di daerah setempat mencapai dua hingga tiga pasien peminggu.

Ketua Komite Medik RSJ Prov Lampung, dr Tendri Septa, mengatakan, penemuan kasus ini berdasarkan data pasien yang masuk dan menjalani pengobatan rawat jalan di RSJ Provinsi.

"Di tempat kita ini, sudah ada kasus seperti itu (kecanduan internet/ponsel). Jadi anak dengan adiksi internet namanya, tapikan kita tidak bisa mengeluarkan data-datanya, paling jumlah. Sebab, pihak rumah sakit tidak boleh membuka data masing-masing pasiennya, ujarnya, Minggu (28/3/2021).

1. Penderita adiksi internet di Lampung mulai dari ringan hingga berat

RSJ Lampung Temukan Anak Adiksi Internet, Tiga Kasus per MingguFreepik

Psikiater Konsultan Anak dan Remaja RSJ Provinsi Lampung itu menyebutkan, penyakit adiksi internet di Lampung terbagi dalam dua golongan yaitu, ringan dan berat. Salah satu kriteria gangguan adiksi internet berat menyebabkan gangguan fungsi pada anak maupun remaja.

"Artinya, fungsi dia sebagai anak itu terganggu, mulai dari aktivitas sekolah, perubahan-perubahan prilaku. Jadi, saat adiksi itu ditutup atau tidak dipenuhi, anak tersebut berubah menjadi lebih agresif," imbuh Tendri.

Ia mengatakan, RSJ telah melakukan penanganan dengan cara rawat inap dan jalan. Namun, umumnya para orang tua lebih pilih rawat jalan secara rutin.

"Sampai saat ini, karena jika keseluruhan kita lakukan rawat inap, otomatis orangtua harus diikuti serta mendampingi anaknya. Terlebih, sebagai besar mereka, memiliki aktivitas lain seperti halnya bekerja," ucap Tendri.

2. Kategori penderita anak-anak dan para remaja, penyakit ini merupakan gangguan kejiwaan

RSJ Lampung Temukan Anak Adiksi Internet, Tiga Kasus per MingguUnplash/Rosie Fraser

Kategori penderita kasus adiksi internet di Provinsi Lampung mulai dari anak-anak berusia 6 sampai 12 tahun. Sementara pada remaja di umur 12 hingga 18 tahun.

Tendri menuturkan, sejauh ini penemuan didominasi oleh para remaja. Namun demikian, sebagian penderita juga datang dari pasien anak-anak.

"Sebab, beberapa waktu lalu ada juga pasien anak yang datang sekitar 9 sampai 10 tahun," terang Tendri.

Tendri mengatakan, berdasarkan pernyataan World Health Organization  (WHO) atau organisasi kesehatan dunia, penyakit adiksi internet masuk kategori penderita gangguan kejiwaan.

"Jadi pada saat jaringan internet rumah diputus orang tua, ketergantungan si anak bisa sampai mencarinya ke rumah orang lain atau tetangganya. Itu dilakukan hanya sekadar untuk mencari jaringan internet," papar Tendri.

Baca Juga: Penderita HIV dan Komorbid Bisa Vaksin? Ini Penjelasan Dinkes Lampung

3. Kurang perhatian orangtua pada anak jadi penyebab utama

RSJ Lampung Temukan Anak Adiksi Internet, Tiga Kasus per MingguWawancara dan beberapa jenis pemeriksaan bisa membantu ahli kejiwaan menegakkan diagnosis gangguan penyesuaian. pexels.com/Polina Zimmerman

Dikonfirmasi terpisah, Psikolog RSJ Provinsi Lampung, Retno Riani, turut membenarkan adanya penemuan kasus adiksi internet pada anak dan remaja di Bumi Ruwa Jurai.

Hal itu, umumnya disebabkan kurangnya perhatian orang tua kepada anaknya. Imbasnya, si anak mencari teman atau hiburan lain melalui gadget.

Langkah tersebut merupakan bentuk pelarian anak terhadap situasi dan kondisi di lingkungan sekitar. Pasalnya, dapat menghadirkan kesenangan dan hidup dalam alam pikiran mereka sendiri.

"Itu ada (adiksi internet di Lampung). Biasanya, kita minta orang tua memiliki suatu waktu tertentu secara konsisten, supaya membuka komunikasi dengan anak sehingga si anak tidak merasa dicuekin," papar Retno.

4. Game di ponsel salah satu bentuk pelarian kecanduan internet

RSJ Lampung Temukan Anak Adiksi Internet, Tiga Kasus per MingguPexels.com/Tofros

Retno mengungkapkan, umumnya penderita adiksi internet disebabkan game pada ponsel. Itu lantaran anak-anak saat ini bisa sangat mudah dalam mengaksesnya ditiap waktu dan kesempatan.

Selain itu, game ponsel menjelma menjadi hal yang menarik dan menantang bagi si anak, sehingga menghadirkan rasa candu tertentu pada pemainnya.

"Satu langkah menang atau berhasil dilewati di dalam game, maka anak merasa tertantang. Kni membuat otak sulit menghentikan, serta memiliki keinginan terus-menerus untuk dimainkan," ucap Retno.

5. Pencegahan dilakukan dengan cara intervensi dari orangtua

RSJ Lampung Temukan Anak Adiksi Internet, Tiga Kasus per MingguUnsplash.com/You X Ventures

Menurut Retno, cara paling ampuh mencegah adiksi internet pada anak ataupun remaja adalah intervensi orang tua. Idealnya, saat hendak memberikan ponsel harus dikontrol secara ketat.

Artinya, anak hanya boleh bermain ponsel atau gadget dengan batasan waktu tertentu. Selain itu, pastikan anak juga sudah cukup umur dan bijak dalam menggunakan handphone.

"Misal satu hari hanya boleh beberapa jam saja, kalau sekarang walaupun harus menggunakan HP untuk sekolah online maka pengawasan penggunaan tetap diperketat," imbuh Retno.

Lebih lanjut disampaikannya, peran orangtua dalam hal pencegahan dan penanganan adiksi internet sangat lah penting. Maka dari itu, sudah saatnya para orangtua sadar dan bisa melihat masing-masing kebutuhan buah hatinya.

"Ingat, tugas anak tidak hanya tentang belajar, tapi juga harus ada bermain dan bertanggungjawab terhadap keluarga, lingkungan, dan orangtuanya.

Baca Juga: Bom Meledak di Katedral Makassar, Ini Pernyataan MUI dan Polda Lampung 

6. Tarik anak untuk masuk dalam kehidupan nyata

RSJ Lampung Temukan Anak Adiksi Internet, Tiga Kasus per MingguIlustrasi anak-anak (IDN Times/Ayu Afria)

Retno mengatakan, orangtua juga harus bisa menarik anaknya untuk masuk dalam kehidupan nyata. Tujuannya, agar ia tidak tenggelam dalam dunia internet ataupun game.

Sebagai contoh, mengajak anak berkomunikasi atau bicara pada saat sarapan bersama dan sebelum tidur. Retno menilai, umumnya orang tua zaman sekarang banyak yang mengabaikan hal tersebut dan memilih sibuk dengan aktivitas serta gadget masing-masing.

"Itukan seolah-olah koneksi emosi, antara si anak dan orang tua tidak terjalin dengan baik. Bahkan saat keluarga tersebut sedang berekreasi, justru sibuk dengan HP nya masing-masing," ujarnya.

Retno menambahkan, ini juga merupakan suatu fenomena aneh sekaligus perihatin, pergi bersama tetapi autistik berpikir dengan alam pikirannya sendiri. Ketika kita dekat dengan seseorang menjadi jauh dan justru yang jauh merasa lebih dekat," terang Retno.

7. Mendidik anak merupakan tanggungjawab kedua orangtua

RSJ Lampung Temukan Anak Adiksi Internet, Tiga Kasus per MingguIlustrasi anak-anak (IDN Times/Ayu Afria)

Retno menginginkan, mendidik anak di rumah bukan hanya menjadi tugas seorang ibu, tapi merupakan tanggungjawab kedua orangtua. Namun, harus diakui peran sosok ibu sangat dominan dalam hal perhatian.

"Kan ada ibu yang menanyakan sudah makan belum? Tugasnya bagaimana apa sudah dikerjakan? Interaksi ini, memang lebih sering diungkapkan ibu. Sementara kalau si ayah, lebih condong menanamkan sikap dan moral terhadap anaknya. Masing-masing orangtua itu, punya perannnya sendiri-sendiri," ujar Retno.

Ia juga mengingatkan, anak juga diwajibkan mengetahui ada sisi lain di keluarganya. Sehingga ke depan, perlu dipertimbangkan emosi seperti saling menyayangi, menjaga, dan tidak hidup di dunianya masing-masing.

"Nanti anak akan jadi aktif dan pikirannya bisa teralihkan, tidak hanya tertumpu ke gadget. Kuncinya adalah peran orangtua," tandas Retno.

8. Berlakukan peraturan khusus pada anak penggunaan smartphone

RSJ Lampung Temukan Anak Adiksi Internet, Tiga Kasus per Minggupexels.com/@olly

Sugiati, ibu rumah tangga di Kecamatan Sukarame, Kota Bandar Lampung, mengatakan, sejatinya ia telah menyadari dampak ditimbulkan bagi anak saat menggunakan gadget atau smartphone secara berlebihan. Oleh karena itu, ibu tiga orang anak ini memberlakukan peraturan khusus, terhadap penggunaan ponsel kepada masing-masing anaknya.

Lanjutnya, ia juga memasang fitur 'kontrol orang tua' pada ponsel pintar sebelum digunakan anak. Tujuannya, fitur itu secara langsung, dapat memantau dan membatasi penggunaan ponsel di tangan anak.

"Itu saya lakukan ke anak nomor dua sama bungsu, karena mereka juga belum dewasa masih SMP dan SD, kalau yang pertama sudah kuliah. Jadi lebih diberi kebebasan, tapi tetap sesekali ponselnya kita cek juga," terang Sugiati.

Ia mengatakan, tidak memberikan hak penuh kepada anak-anaknya terhadap kepemilikan ponsel atau smartphone. Ia selalu menggunakan istilah 'meminjamkan', sehingga ketika waktu penggunaan selesai ponsel akan diambil alih kembali oleh oran tua.

"Kalau sehari. Biasanya kita kasih waktu batas main HP tiga sampai empat jam saja di siang hingga sore hari. Kalau malam kita selalu coba sempatkan ngobrol bersama keluarga di ruang TV," terang Sugiati.

9. Pandemik Covid-19 hadirkan tantangan baru bagi orangtua

RSJ Lampung Temukan Anak Adiksi Internet, Tiga Kasus per MingguSuasana pembelajaran pada Masa Transisi COVID-19 di Kelurahan Jatirahayu Rabu (5/7/2020) (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Sebagai sosok ibu rumah tangga dan lebih sering menghabiskan waktu bersama anak-anaknya Sugiati menerangkan, melakukan pengawasan akan penggunaan smartphone atau gadget menjadi lebih sulit di masa pandemik COVID-19. Pasalnya, anak-anak harus lebih sering berdiam diri di rumah dan mengurangi waktu bermainnya di lingkungan sekitar.

"Adanya virus Corona ini, kita juga menekankan anak di rumah saja jangan banyak main di luar. Tapi, imbasnya anak-anak cepat bosan dan merengek minta HP, inilah tantangannya kita sebagai orang tua, bagaimana supaya anak bisa betah di rumah bersama keluarganya bukan dengan HP," tutur Sugiati.

Selain itu, ia juga harus ekstra ketat mengawasi anak saat beraktivitas sekolah online dengan smartphone atau perangkat gadget lainnya. Tak jarang, Sugiati menginginkan anaknya untuk sekolah online di ruangan terbuka seperti, ruang tamu dan keluarga.

"Jadi walaupun sedang sekolah online, kegiatan anak dengan smartphone atau laptopnya bisa tetap kita kontrol. Tidak melulu di dalam kamar saja," tandas Sugiati. 

Baca Juga: Anak Pemenggal Orangtua Dibawa ke RSJ Provinsi Lampung

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya