Imbas COVID-19 Pasien Talasemia Lampung Sulit Dapat Transfusi Darah

Ada yang harus menunggu sampai dua hari

Bandar Lampung, IDN Times -Tak ada yang mau terlahir menjadi orang yang memiliki penyakit. Apalagi jika penyakit tersebut tergolong penyakit serius dan tak ada obatnya. Namun faktanya, ada beberapa jenis penyakit yang disebut penyakit keturunan sehingga sejak lahir sudah menderita penyakit tersebut.

Salah satunya adalah penyakit talasemia. Ketua Perhimpunan Orang Tua Thalasemia Indonesia (POPTI) Cabang Bandar Lampung, Fajar Siddig berbagi pengalamannya mencarikan donor darah untuk para penyandang thalasemia di Lampung.

1. Jenis-jenis penyakit talasemia

Imbas COVID-19 Pasien Talasemia Lampung Sulit Dapat Transfusi DarahIDN Times/Istimewa

Talasemia merupakan penyakit keturunan yang harus melakukan tranfusi darah seumur hidup. Menurut Fajar, belum ada obat untuk menyembuhkan penyakit ini.  Selain itu ada tiga jenis penyakit talasemia yang memiliki tingkatan yang berbeda yaitu, mayor, carrier dan intermedia. Perbedaan ketiganya adalah jangka waktu tranfusi darah serta dampaknya apabila terlambat melakukan tranfusi darah.

“Tranfusi darahnya tidak sama, ada yang satu bulan sekali, tiga mingu sekali  bahkan dua minggu sekali. Hal tersebut bergantung pada jenis talasemia yang diderita,” jelas Fajar, Jumat (17/10/2020).

Lebih lanjut dia menjelaskan, jenis mayor adalah jenis yang paling parah. Sehingga dalam waktu dua atau tiga minggu sekali harus melakukan tranfusi. Sedangkan jenis carrier tidak perlu melakukan tranfusi. Terakhir adalah jenis intermedia penderita harus melakukan tranfusi tiga atau empat kali dalam setahun.

“Kalau terlambat tranfusi HB nya bisa turun, pucat dan sesak nafas. Lalu mengalami pembengkakan limpa,” terangnya.

2. Pentingnya melakukan pencegahan sejak dini

Imbas COVID-19 Pasien Talasemia Lampung Sulit Dapat Transfusi DarahIDN Times/Istimewa

Mengingat belum ada obat yang bisa menyembuhkan penyakit kelainan genetik ini, Fajar mengajak kepada masyarakat untuk memutus mata rantai talasemia dengan cara memeriksakan darah sebelum pacaran atau menikah. 

"Sebelum pacaran atau menikah ada baiknya periksa dulu apakah ada gen mengidap penyakit ini. Agar mencegah semakin bertambahnya penyandang talasemia,"terangnya.

Sebab, penyakit yang sudah bisa terdeteksi sejak usia di atas satu tahun ini  bisa tetap diturunkan kepada anaknya meski orangtua tidak memiliki gejala apa pun. “Pertumbuhan penderita talasemia sangat cepat dan tidak tentu jumlahnya. Namun mayoritas adalah anak usia di atas satu tahun,” jelasnya.

3. Sulit mendapat donor darah di tengah pandemik

Imbas COVID-19 Pasien Talasemia Lampung Sulit Dapat Transfusi DarahIDN Times/Istimewa

Imbas pandemik COVID-19, pasien talasemia di Lampung mengalami kesulitan mendapatkan transfusi darah. Menurut Fajar, ada sebanyak 300 pasien talasemia di Lampung, dari total tersebut, 173 pasien melakukan tranfusi di Bandar Lampung.

Namun sejak pandemik COVID-19, ia harus menunggu berjam-jam, bahkan sampai dua hari baru mendapatkan darah. “Biasanya kalau nggak dapet dari rumah sakit kita cari dari relawan tapi sekarang donor darah banyak yang dibatalkan, mahasiswa juga banyak yang libur jadi persediaan semakin menipis,” jelasnya.

Salah satu istri penyandang talasemia Ning Sunaria mengaku kesulitan mendapatkan pendonor ditengah pandemik COVID-19. “Kendalanya hanya ada di darah mba, kalau lagi kosong di RS ya kita mencari pendonor. Suami saya harus melakukan tranfusi rutin sebulan sekali bahkan sekarang tiga minggu sekali sudah tranfusi,” ujarnya.

Baca Juga: Menderita Thalasemia, Fitri Asih Tetap Aktif Jadi Pejuang Pendidikan

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya