Harga Komoditas Pasar Global Rendah Picu Kinerja PTPN VII Anjlok

Kondisi cash flow perusahaan sedang kurang baik

Bandar Lampung, IDN Times - Harga komoditas agro di pasar global selama lima tahun terakhir masih sangat fluktuatif dan relatif rendah dibandingkan pada era sebelum krisis. Kondisi itu berimbas kepada PTPN VII yang bergerak di sektor perkebunan.

Ditambah lagi, kondisi cash flow perusahaan sedang kurang baik, PTPN VII harus mencari alternatif baru dari sekadar memaksimalkan penggalian produksi. Selain belum bisa investasi, perusahaan juga masih defisit keuangan untuk mengelola aset yang ada dan gaji karyawan.

Hal tersebut disampaikan Direktur PTPN VII Doni P Gandamihardja, Selasa (6/10/2020. Perlambatan kinerja korporasi akibat melemahnya harga komoditas agro pada beberapa tahun lalu akan teratasi dengan perbaikan akselerasi kinerja.

1. Dulu kepanjangan tangan pemerintah, kini harus menjadi korporasi yang menghasilkan devisa negara

Harga Komoditas Pasar Global Rendah Picu Kinerja PTPN VII AnjlokDireksi dan jajaran manajemen PTPN VII. (IDN Times/Istimewa)

Saat terjadi krisis, PTPN VII di bawah PTPN III Holding ini sedang dalam proses transformasi tata nilai menuju yang lebih kompetitif. Hal itu karena ada perubahan visi dan misi perusahaan menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan tuntutan pemerintah sebagai pemegang saham.

“Harus diakui, proses bisnis PTPN VII dan juga PTPN lainnya di Indonesia tak lepas dari sejarah misi perusahaan ini dibentuk. Dulu kita adalah kepanjangan tangan pemerintah untuk membangun dunia perkebunan di pelosok Tanah Air dalam rangka menumbuhkan pusat-pusat ekonomi baru. Sekarang bergeser harus menjadi korporasi yang menghasilkan devisa negara,” kata Doni.

Mantan Direktur Utama PTPN XIV ini menambahkan, merujuk hal itu, PTPN VII melakukan beberapa langkah restrukturisasi menyeluruh untuk menguatkan posisi menjalankan manajemen.

2. Langkah restrukturisasi meliputi seluruh aspek

Harga Komoditas Pasar Global Rendah Picu Kinerja PTPN VII AnjlokDirektur PTPN VII Doni P Gandamihardja. (IDN Times/Istimewa)

Doni menjelaskan, pihaknya membuat langkah restrukturisasi meliputi seluruh aspek. Pertama, penataan fortofolio usaha menjadi aspek mendasar yang mendapat perhatian utama dalam program restrukturisasi di PTPN VII saat ini.

Sebagai fondasi operasional usaha, posisi dan proporsi dalam pembagian beban tugas dan tanggung jawab berorientasi kepada pencapaian terbaik pada setiap level. Kedua, banyak aset perusahaan yang mengalami idle capacity.

Menurut Doni, di antara aset-aset tersebut sudah tidak selaras dengan core business sebagai perusahaan perkebunan dengan komoditas industri agro. Dalam program restrukturisasi perusahaan, aspek optimalisasi pemanfaatan aset menjadi salah satu faktor yang terus didorong.

“Kita punya banyak aset yang harus dioptimalkan dalam upaya untuk memberi nilai tambah kepada upaya mempercepat pemulihan perusahaan. Dalam program restrukturisasi, kami juga akan melakukan program disposal aset yang dinilai tidak produktif bagi core business kita. Selain tidak produktif, aset-aset yang masuk dalam program disposal ini juga membebani anggaran,” paparnya.

Baca Juga: PTPN Holding Soroti Utang PTPN VII, Perlu Restrukturisasi Finansial

3. Tidak bisa lagi berharap kepada kebaikan yang datang dari eksternal

Harga Komoditas Pasar Global Rendah Picu Kinerja PTPN VII AnjlokSuasana area Patok 91, Afdeling III, Perkebunan Tebu PG Bungamayang, Lampung Utara. (IDN Times/Istimewa)

Direktur PTPN VII, Doni P Gandamihardja, menjelaskan, operasional unggul (operational excellence) juga menjadi program restrukturisasi. Ia menilai, pilihan kepada operational excellence karena pihaknya tidak bisa lagi berharap kepada kebaikan yang datang dari eksternal.

Doni menambahkan, transformasi tata nilai dan orientasi bisnis sudah berjalan. Kini, dengan misi baru sebagai perusahaan yang profesional dan kompetitif, PTPN VII memasuki fase baru yang lebih menekankan kepada tradisi operasional unggul.

Begitu juga penataan organisasi dan SDM adalah program restrukturisasi yang menjadi energi utama penggerak akselerasi perusahaan segera bangkit. Pihaknya memiliki kerangka nilai dasar yang diusung oleh Kementerian BUMN sebagai tata nilai progresif yakni kata Akhlak yang merupakan singkatan dari amanah, kompeten, harmonis, loyal, adaptif, dan kolaboratif.

“Ini kita terjemahkan secara simultan dan diimplementasikan dalam manajemen. Salah satu yang terbaru adalah penataan organisasi beserta pengisian personelnya beberapa hari lalu. Ada yang promosi, mutasi, dan rotasi sebagai bagian dari dinamika organisasi. Semua mengacu kepada tata nilai profesional itu,” kata Doni.

4. Dari total aset lahan 130 hektare, baru garap 80 ribu hektare

Harga Komoditas Pasar Global Rendah Picu Kinerja PTPN VII AnjlokLogo PTPN VII (Istimewa/IDN Times)

Aset lahan milik PTPN VII yang berada di tiga provinsi (Lampung, Sumatera Selatan, dan Bengkulu) mencapai 130 ribu hektare. Namun, karena kelesuan bisnis agro secara global sehingga perusahaan belum bisa investasi replanting, lahan yang saat ini tergarap hanya sekira 80 ribu hektare.

Doni menjelaskan, bisnis komoditas agro memiliki risiko penyusutan nilai sangat aktif melebihi bisnis bidang lain. Keterlambatan investasi untuk penanaman ulang (replanting), kata dia, akan memperpanjang periode stagnasi produksi.

“Situasi ini menjadi catatan krusial PTPN VII untuk menyiasati proses bisnis ke depan agar tidak bergantung kepada faktor ekternal tersebut. Memaksimalkan kinerja dan meningkatkan produktivitas menjadi pilihan sebagai opsi terbaik,” ujarnya.

Doni menyatakan, lahan yang menjadi tidur ini, selain tidak berproduksi juga menjadi beban biaya. Selain itu, lahan belum termanfaatkan ini juga rawan dari gangguan oknum pihak-pihak lain yang mencoba mengganggu dengan melakukan penyerobotan dengan berbagai modus.

5. Potensi pengolahan sektor perkebunan diklaim masih cerah

Harga Komoditas Pasar Global Rendah Picu Kinerja PTPN VII AnjlokKelompok Tani Pemuda Mandiri Maju Jaya Bersama di Desa Jayasakti, Kecamatan Anak Tuha, Kabupaten Lampung Tengah memproduksi pupuk organik dari kotoran ternak. (IDN Times/Istimewa).

Secara potensi, PTPN VII saat ini diistilahkan sebagai macan yang sedang tidur. Itu merujuk potensi pengolahan sektor perkebunan perusahaan BUMN ini cerah, tetapi harus bekerja keras dan bersabar.

“Komoditas kelapa sawit dan karet sebagai komoditas utama cukup menjanjikan. Komoditas tebu (gula kristal putih) adalah tanaman semusim yang sangat dinamis dengan permintaan dan harga yang cukup stabil. Sedangkan teh di Pagaralam masih punya masa depan,” papar Doni.

Baca Juga: PTPN VII Pasarkan Gula Merek Walini Masuk Ritel se-Sumbagsel

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya