Hore! Ruwat Laut Bakal jadi Wisata Budaya Resmi Bandar Lampung

Pemkot janji dukung kegiatan ini dalam bentuk fasilitas

Bandar Lampung, IDN Times - Perdana selama pandemik COVID-19, Tradisi Ruwat Laut atau sedekah laut oleh masyarakat nelayan di Gudang Lelang, Kecamatan Teluk Betung Utara, Kota Bandar Lampung, kembali dilaksanakan, Rabu (23/3/2022).

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Bandar Lampung, Erwin hadir dalam acara tersebut menyebutkan, sudah sekitar 5 tahun lamanya masyarakat pesisir tidak melaksanakan Ruwat Laut.

“Kita memang sempat vakum karena ada pandemi COVID-19, tapi Insya Allah, kita rencanakan kegiatan ini akan dukung acara ini untuk dilakukan tiap tahun, karena akan kita jadikan salah satu wisata budaya Kota Bandar Lampung yang sifatnya eventual,” katanya.

1. Dukungan pemerintah jadikan Ruwat Laut sebagai wisata adat

Hore! Ruwat Laut Bakal jadi Wisata Budaya Resmi Bandar LampungKepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Bandar Lampung, Erwin. (IDN Times/Rohmah Mustaurida).

Erwin mengatakan pihaknya akan berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan dukungan berupa fasilitas kepada masyaraka. Misalnya, perizinan dan personel pengamanan dari Badan SAR Nasional (Basarnas).

“Kemudian dari Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) juga tadi ada bantuan jaket pelampung,” ujarnya.

Erwin juga menceritakan sedikit tentang kegiatan hari ini dimulai dari acara formal. Acara dibuka dengan tarian adat masyarakat nelayan sekitar, setelah itu baru acara inti yaitu naiknya semua nelayan dan masyarakat ke atas kapal untuk menghanyutkan kepala kerbau yang menjadi sedekah laut.

Baca Juga: 7 Oleh-oleh Khas Lampung Wajib Diborong, Gak Bikin Kantong Jebol!

2. Makna ruwat laut

Hore! Ruwat Laut Bakal jadi Wisata Budaya Resmi Bandar LampungPengangkatan sedekah kepala kerbau untuk Ruwat Laut. (IDN Times/Istimewa).

Kusaeri, Ketua DPC Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Bandar Lampung menjelaskan makna tradisi ruwat laut atau sedekah laut.

“Makna sedekah laut seperti yang kita laksanakan hari ini, merupakan salah satu wujud syukur yang diterima oleh masyarakat nelayan Kota Bandar Lampung terhadap hasil tangkapan yang berlimpah,” jelasnya.

Kusaeri menambahkan, dulu sebelum pandemik, seharusnya tradisi ini dilakukan pada waktu tertentu. Dengan menggunakan perhitungan kalender hijriyah, ruwat laut biasanya dilaksanakan pada Bulan Muharrom atau pada kalender jawa di Bulan Suro.

“Karena pandemik COVID-19 maka kita menyesuaikan saja, mengambil waktu yang sekiranya tidak akan memunculkan klaster. Ya, jangankan hukum adat ya, hukum agama saja bisa fleksibel juga menyesuaikan keadaan saat ini,” ujarnya.

3. Sebanyak 50 kapal berlayar sedekah laut

Hore! Ruwat Laut Bakal jadi Wisata Budaya Resmi Bandar LampungSalah satu kapal yang ikut dalam acara Ruwat Laut. (IDN Times/Istimewa).

Ruwatan perdana selama COVID-19 ini juga diharapkan Kusaeri akan menjadi agenda tahunan khidmat. Selain itu, menjadi salah satu wisata maritim di Kota Bandar Lampung.

“Makanya kami mengundang semua instansi terkait untuk itu. Kita coba mendorong ini agar menjadi salah satu destinasi wisata maritim, jadi tak hanya agenda rutin, tapi juga bisa mendukung potensi ekonomi masyarakat pesisir sekitar, karena tradisi ini juga kan bisa menjadi nilai jual,” ujarnya.

Kusaeri melanjutkan, ada sekitar 50 kapal berlayar menuju laut untuk acara inti ruwat laut, yaitu menghanyutkan kepala kerbau dan berbagai macam sesaji.

“Kita imbau masyarakat agar kapal dengan kapasitas 10 Gross Ton saja yang boleh ikut. Sedang yang di bawah itu sebaiknya tak ikut dengan pertimbangan keselamatan,” tutupnya.

4. Kenapa harus kepala kerbau?

Hore! Ruwat Laut Bakal jadi Wisata Budaya Resmi Bandar LampungCali, Nelayan di Gudang Lelang. (IDN Times/Rohmah Mustaurida).

Cali, salah seorang nelayan yang ikut dalam prosesi Ruwat Laut mengatakan penggunaan kepala kerbau untuk sedekah laut ini memang sudah dilakukan turun-temurun sejak dahulu.

“Kita hanya mengikuti yang diajarkan orang tua dulu saja. Soalnya saya pernah dengar kalau pakai kepala sapi, nanti pulang lagi (kepala sapi yang sudah dihanyutkan ke laut), seolah laut tidak menerima,” ungkapnya.

Ia yang sudah sejak kecil menjadi nelayan ini juga menjelaskan, selain kepala kerbau, di dalam sedekah laut itu juga ada bermacam-macam jenis kembang, makanan, dan minuman. Ia berharap tahun ini para nelayan tidak ada kendala dalam melaut dan mendapatkan tangkapan yang melimpah.

“Soalnya sedekah laut ini kan seperti syukuran. Ya supaya kita lancar juga dalam melaut dan mencari ikannya, selamat sampai rumah, dan hasil tangkapannya banyak,” imbuhnya.

Baca Juga: Puncak Mas Bandar Lampung: Rute, Tarif, dan Fasilitas

Topik:

  • Rohmah Mustaurida
  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya