TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tim Dosen ITERA Demonstrasi Sumur Resapan dan Lubang Biopori ke Desa

Dosen Teknik Lingkungan ITERA dukung konservasi air tanah

Dosen Teknik Lingkungan ITERA sosialisasi dan demonstrasi pembuatan sumur resapan serta lubang biopori di Desa Sukoharjo III Barat, Kabupaten Pringsewu. (Dok. ITERA).

Pringsewu, IDN Times - Tim dosen Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sumatera (ITERA) diketuai Mutiara Fajar, mengadakan kegiatan sosialisasi dan demonstrasi pembuatan sumur resapan serta lubang biopori di Desa Sukoharjo III Barat, Kabupaten Pringsewu. Kegiatan dilaksanakan di Kantor Badan Kerja sama Antar Desa (BKAD) Citra Sewu Sembada ini dihadiri 30 peserta, termasuk dosen dan mahasiswa.

Anggota PkM terdiri dari Resarizki Utami, Nabila Putriyandri Alifa, Nurul Mawaddah dan Fajriharish Nur Awan, serta empat mahasiswa yaitu, Muhammad Gaizka Aulia Putra, Domi Saka Septyan, Nadilah Safitri dan Shafira Andriyani. Dalam kegiatan tersebut, mahasiswa terlibat memandu proses demonstrasi pembuatan lubang biopori kepada warga sebagai bentuk implementasi teori telah mereka dapatkan di perkuliahan.

Baca Juga: Tim Kukang EV ITERA Siap Unjuk Gigi Lawan 14 Negara di Mandalika

1. Meningkatkan konservasi air tanah

Ilustrasi (ANTARA FOTO/Siswowidodo)

Mutiara Fajar menjelaskan, sumur resapan dan lubang biopori merupakan strategi dapat dilakukan skala komunal maupun rumah tangga dalam rangka meningkatkan konservasi air tanah atau menambah cadangan air tanah. Hal ini dikarenakan sebagian besar warga menggunakan air tanah atau air sumur sebagai sumber air untuk keperluan sehari-hari.

Konservasi tanah dirasa penting dilakukan karena memiliki dampak yang baik untuk jangka panjang. Seperti menambah jumlah cadangan air tanah sehingga pada saat musim kemarau, masih ada cadangan air yang tersedia. Karena dengan melakukan konservasi air tanah, ibarat menabung air untuk masa depan.

"Dampak lain dapat dirasakan dalam jangka terdekat yaitu bertambahnya daerah resapan air. Konservasi air tanah ini juga dapat dilakukan pada daerah tergenang air, sehingga dapat membantu tanah meresapkan air yang tergenang," ujarnya, Kamis (29/6/2023).

2. Lokasi dipilih sebaiknya muka air tanahnya relatif dalam

ilustrasi air tanah (unsplash.com/nature_creativity)

Mutiara mengatakan, secara sederhana, pembuatan sumur resapan sama seperti pembuatan sumur pada umumnya. Bedanya adalah lokasi dipilih sebaiknya muka air tanahnya relatif dalam.

Karena jika dangkal, maka yang terjadi adalah keluarnya air tanah. Padahal yang kita harapkan adalah air hujan yang meresap ke dalam tanah. Selain itu, pada sumur resapan juga ditambahkan ijuk serta bebatuan pada dasar sumur.

Kedalaman sumur berkisar kurang lebih 3 meter dengan diameter 70 cm. Ijuk dan bebatuan berguna untuk membantu filter air juga sebagai media penyerap. Lebih baik lagi apabila menggunakan jenis sumur yang memiliki lubang-lubang di sekelilingnya untuk mempercepat proses peresapan air ke dalam tanah.

3. Lubang biopori konsep sama dengan sumur resapan

Dosen Teknik Lingkungan ITERA sosialisasi dan demonstrasi pembuatan sumur resapan serta lubang biopori di Desa Sukoharjo III Barat, Kabupaten Pringsewu. (Dok. ITERA).

Lubang biopori memiliki konsep sama dengan sumur resapan. Bedanya, lubang biopori lebih sederhana dan dapat diterapkan di lingkungan rumah, khususnya di bawah pepohonan karena akan mempermudah proses penyerapan air ke dalam tanah.

Lubang biopori dapat dibuat menggunakan pipa paralon (PVC) diameter 4 inci dengan kedalaman 1 meter. Tanah dilubangi dengan alat pelubang tanah.

Apabila tanah terlalu keras, maka dapat dibasahi terlebih dahulu untuk memudahkan pelubangan. Kemudian pipa sudah dibolongi dengan alat bor pada kelilingnya, dimasukkan ke dalam lubang tanah tersebut.

Pipa dapat diisi dengan sampah organik seperti dedaunan, kulit buah, dan sebagainya. Hal ini juga dapat bertujuan sebagai pengomposan.

Baca Juga: Tak Lulus SNBT? Jangan Sedih, ITERA Buka Jalur Mandiri

Berita Terkini Lainnya