Psikolog RSJ Lampung: Menarik Diri Ciri Utama Anak Korban Bullying

Orang tua wajib punya komunikasi dan hubungan sehat

Bandar Lampung, IDN Times - Perilaku bullying atau perundungan merupakan bentuk sikap agresif seseorang sengaja dan berulang kali membuat orang lain terluka atau merasa tidak nyaman. Bullying berbentuk pembuatan fisik hingga perkataan alias verbal.

Dikatakan Psikolog RSJ Provinsi Lampung, Retno Riani, menarik diri adalah indikator atau ciri-ciri utama seorang anak menjadi korban bullying. Itu biasanya diiringi perubahan sikap tidak biasa dalam kurun waktu berkepanjangan.

"Korban bully umumnya pasti menarik diri, anak biasanya terlihat riang tapi tiba-tiba tidak mau bersosialisasi. Termasuk tidak mau berkomunikasi, menangis, sedih, hingga mengalami rasa cemas," ujarnya kepada IDN Times, Sabtu (8/7/2023).

Baca Juga: Bikin Ngilu! Begini Kesaksian 2 Korban Selamat Lift Jatuh di Az Zahra

1. Introvert bukan ciri korban bullying

Psikolog RSJ Lampung: Menarik Diri Ciri Utama Anak Korban Bullyingilustrasi introvert (pexels.com/cottonbro studio)

Dari sederet ciri-ciri tersebut, Retno melanjutkan, pelaku bullying itu umumnya datang dari lingkungan sekolah dan pergaulan sang anak. Namun tak jarang, beberapa kasus bullying juga dilakukan di lingkaran keluarga.

Meski demikian, ciri korban bullying itu berbeda dengan sikap introvert. Itu dikarenakan hal tersebut merupakan kepribadian seseorang dibentuk secara alamiah dan bukan disebabkan perundungan oleh orang lain.

"Introvert salah satu kepribadian yang cenderung tidak mau membuka diri. Ini berbeda pada kasus bullying,l. Sebab korban biasanya mau berkomunikasi tapi tiba-tiba diam, biasanya ceria seketika berubah murung berkepanjangan," terangnya.

2. Dampak terburuk punya keinginan mengakhiri hidup

Psikolog RSJ Lampung: Menarik Diri Ciri Utama Anak Korban BullyingIlustrasi bullying (pexels.com/RODNAE Productions)

Akibat perbuatan bullying tersebut, Retno mengingat, perundungan terhadap anak bisa mendatangkan dampak tertentu mulai dari perilaku ringan hingga berat. Terparah, beberapa kasus bullying bisa menyebabkan korban memiliki keinginan mengakhiri hidupnya.

Pasalnya, korban bullying cenderung merasa harga dirinya telah direndahkan dan dilecehkan, mendapat trauma hebat, sampai mengalami kecemasan hingga sulit beristirahat. Itu semua tentu juga berdampak dalam kehidupan dan pendidikan sang korban.

"Secara psikologis, korban secara fisik biasanya tidak punya kemampuan melawan perbuatan bully pelaku, dengan cara-cara tertentu di mana korban bisa keluar dari situasi tersebut," ujar dia.

3. Orang tua berperan penting cegah dan atasi masalah bullying

Psikolog RSJ Lampung: Menarik Diri Ciri Utama Anak Korban Bullyingilustrasi keluarga (IDN Times/Mardya Shakti)

Dalam hal penanganan korban bullying, Retno mengingatkan, peran orang tua sebagai tempat utama pelindung anak teramat penting. Ini dapat dimulai dengan membangun komunikasi terhadap anak.

"Kadang suka dilupakan orang tua, padahal komunikasi sesuatu yang harus dibentuk. Misalnya, membiasakan diri meluangkan waktu tertentu untuk mengajak anak mengobrol, seperti di hari libur Sabtu Minggu atau ketika anak pulang sekolah," ucapnya.

Selain itu, penting bagi orang tua juga membangun hubungan sehat dan harmonis dengan sang anak. "Jelas ini tidak mudah, sebab orang tua harus jadi role model atau panutan bagi anaknya," tambah Retno.

4. Sekolah harus tanamkan nilai integrasi dan moralitas kepada peserta didik

Psikolog RSJ Lampung: Menarik Diri Ciri Utama Anak Korban BullyingIlustrasi bullying (pexels.com/RODNAE Productions)

Menyangkut bullying di lingkungan sekolah, Retno menyarankan, peran tenaga pendidik mulai dari kepala sekolah hingga guru wajib menyelipkan di antara kegiatan belajar mengajar nilai-nilai integrasi hingga moralitas kepada setiap peserta didiknya.

Pasalnya, lingkungan sekolah merupakan tempat kedua setelah lingkungan keluarga, di mana sang anak dapat menghabiskan kegiatannya sehari-hari.

"Kebanyakan situasi sekolah saat ini secara tidak sadar kurang memiliki kompetensi penanganan bullying, sehingga anak-anak tidak bisa bersaing secara fair. Guru jangan sekadar marah, tapi tidak memberikan solusi penyelesaian masalah," tandas Retno.

Baca Juga: Mahasiswa ITERA Meninggal di Pantai Pesibar Baik dan Pandai Bergaul

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya