Mengenal Ponpes Yatim Piatu Riyadhus Sholihin, Kedepankan Teknologi

Terapkan sistem pendidikan berbasis ponpes modern

Bandar Lampung, IDN Times - Pondok Pesantren (Ponpes) Yatim Piatu dan Dhuafa Riyadhus Sholihin menyelaraskan para santri dan santriwati mempelajari pendidikan ilmu agama dengan pendidikan ilmu umum alias duniawi secara berimbang.

Pengasuh Ponpes Yatim Piatu dan Dhuafa Riyadhus Sholihin, KH Ismail Zulkarnaen mengatakan, lembaga pendidikan ponpes berdiri sejak 2005 itu menerapkan sistem pendidikan berbasis pesantren modern. Para peserta didiknya tidak hanya melulu mendalami ilmu agama tapi juga diimbang ilmu duniawi.

"Pondok ini mengikuti kurikulum pemerintah yang sudah ditetapkan dinas pendidikan, sedangkan untuk pengajaran pondoknya ikut aturan Kementerian Agama. Kita menerapkan pondok pesantren modern bukan salafiah," ujarnya kepada IDN Times, Jumat (20/10/2023).

1. Sudah berizin operasional dan legalitas ijazah diakui pemerintah

Mengenal Ponpes Yatim Piatu Riyadhus Sholihin, Kedepankan TeknologiPengasuh Ponpes Yatim Piatu dan Dhuafa Riyadhus Sholihin, KH Ismail Zulkarnaen. (IDN Times/Tama Yudha Wiguna).

Ismail mengatakan, keberadaan Ponpes Yatim Piatu dan Dhuafa Riyadhus Sholihin juga sudah disertai izin operasional (Ijop) sesuai ketentuan dan ketetapan pemerintah daerah maupun pusat. Bahkan, legalitas ijazah para lulusan ponpes setempat telah diakui serta dapat diimplementasikan ke jenjang pendidikan perguruan tinggi negeri maupun swasta.

Selain itu, para santri dan santriwati ingin langsung berkiprah didunia pekerjaan semisal hendak mendaftarkan diri ke instansi pemerintah seperti TNI-Polri, badan-badan usaha negara dan lain-lainnya juga bisa dilakukan.

"Pasti pondok pesantren itu wajib punya izin operasional, supaya berada dalam pengawasan dan pembinaan Kementerian Agama. Kalau gak punya Ijop berarti pondok pesantren itu ilegal, nah, ini yang harus diwaspadai mengapa tidak mengurus izin operasionalnya," ucap dia.

Baca Juga: AKP Andri Gustami Terima Rp1,3 Miliar dari Fredy Pratama

2. Anggap keberadaan teknologi penting guna menunjang pendidikan ponpes

Mengenal Ponpes Yatim Piatu Riyadhus Sholihin, Kedepankan TeknologiKegiatan di Ponpes Yatim Piatu dan Dhuafa Riyadhus Sholihin, Kota Bandar Lampung. (IDN Times/Tama Yudha Wiguna).

Seiring penerapan sistem pendidikan ponpes berbasis pesantren modern, KH Ismail mengatakan, pihaknya juga amat mengedepankan keberadaan teknologi. Pasalnya, harus diakui perkembangan dunia di masa sekarang berjalan lurus dengan kemajuan digitalisasi teknologi.

Sebagai contoh, para tenaga pengajar disebut para ustaz dan ustazah memberikan pengajaran kepada para santri dilengkapi fasilitas laptop, serta penyediaan jaringan internet di lingkungan Ponpes.

"Ke depan kita akan menyediakan santri-santri fasilitas laboratorium komputer, karena teknologi itu sangat penting, untuk menunjang ponpes mencetak kader-kader bangsa menjadi SDM siap pakai," jelas dia.

Kendati demikian, Ponpes Yatim Piatu dan Dhuafa Riyadhus Sholihin juga tak menyampingkan pembelajaran ilmu-ilmu agama. Salah satunya memberlakukan santri dan santriwati metode penghapalan Al-Quran. "Metode ini kita sebut Sekolah Tahasus, mereka (para santri) fokus menghapal Al-Quran dan akan diujikan," tambahnya.

3. Para santri mayoritas yatim piatu

Mengenal Ponpes Yatim Piatu Riyadhus Sholihin, Kedepankan TeknologiKegiatan di Ponpes Yatim Piatu dan Dhuafa Riyadhus Sholihin, Kota Bandar Lampung. (IDN Times/Tama Yudha Wiguna).

Imail menambahkan, salah satu ciri khas santri dan santriwati Ponpes Riyadhus Sholihin merupakan anak yatim piatu. Kendati demikian, pihaknya berkeinginan mencetak anak-anak tersebut berpemikiran visioner ke depan, serta tetap harus memiliki harga diri dan kehormatan.

"Mereka anaknya keren-keren, pintar-pintar. Mereka semua pintar dan semangat belajar kuat untuk meraih cita-cita lebih baik dan menggapai dunia," ujarnya.

Menyambut Hari Santri 2023 ini, Ismail menyampaikan ucapan dan rasa terima kasih kepada pemerintah kota, daerah, hingga pusat sudah memberikan perhatian lebih kepada lembaga-lembaga ponpes.

"Alhamdulillah, kami mengucapkan beribu terima kasih atas perhatian pemerintah sudah diberikan kepada santri dan para kiai di Tanah Air," tambahnya.

4. Santriwati akui kesuruan belajar di ponpes

Mengenal Ponpes Yatim Piatu Riyadhus Sholihin, Kedepankan TeknologiKegiatan di Ponpes Yatim Piatu dan Dhuafa Riyadhus Sholihin, Kota Bandar Lampung. (IDN Times/Tama Yudha Wiguna).

Salah satu santriwati Ponpes Yatim Piatu dan Dhuafa Riyadhus Sholihin, Diva mengaku amat menikmati sistem pembelajaran di ponpes setempat. Pasalnya, siswi kelas 7 SMP tersebut bisa dapat menghabiskan waktu belajar, bermain, hingga bergaul bersama teman-teman sesama santriwati 24 jam penuh.

"Alhamdulillah enak dan banyak kawannya di sini, bisa tambah semangat belajarnya, selama mondok ini juga gak ada kendala," imbuhnya.

Seiring kebersamaan itu, diakui Diva dirinya juga tidak mempermasalahkan aturan ponpes tidak memperbolehkan para santri mengusung atau memiliki gawai atau gadget lainnya secara pribadi. "Gak masalah, di sini banyak teman jadi HP gak begitu penting," tambah dia.

Kebijakan tanpa gadget itu juga diakui Diva dapat mempermudah dirinya lebih fokus dan serius menyerap ilmu-ilmu pembelajaran di ponpes. "Pokoknya mondok itu seru, gak pernah ada namanya kesepian," tandas warga Kota Bandar Lampung itu diiringi senyum ceria.

Baca Juga: Dikepung Asap Hitam, KMP Tranship 1 Terbakar di Pelabuhan Bakauheni

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya