Marak Kasus Gantung Diri Dipicu Depresi di Lampung: Fenomena Gunung Es

Sepekan terjadi 6 kasus gantung diri

Intinya Sih...

  • Enam kasus bunuh diri dengan cara gantung diri terjadi dalam sepekan terakhir di Provinsi Lampung.
  • Dari enam kasus tersebut, empat korban berjenis kelamin laki-laki dan 2 korban perempuan.
  • Psikolog asal Lampung, Retno Riani, menyimpulkan para korban mengalami depresi dan membutuhkan tempat atau orang lain untuk bercerita.

Bandar Lampung, IDN Times - Terjadi enam kasus bunuh diri dengan cara gantung diri di Provinsi Lampung sepekan terakhir. Para korban tersebut disimpulkan pihak kepolisian akibat mengalami depresi dipicu permasalahan ekonomi hingga keluarga.

Berdasarkan catatan IDN Times, dari 6 kasus gantung diri itu empat korban di antaranya berjenis kelamin laki-laki dan 2 korban perempuan. Kasus pertama Jumat (19/7/2024) sekitar pukul 18.15 WIB, pria inisial M (38) ditemukan tewas gantung diri di dalam rumahnya di Desa Sidowaluyo, Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan.

Korban M diduga nekat mengakhiri hidup lantaran frustasi setelah sang istri kabur dari rumah bersamaan melarikan uang hasil pinjaman KUR BRI Rp2 miliar.

Selang sehari kemudian, Sabtu (20/7/2024), warga Langkapura, Kota Bandar Lampung digegerkan penemuan pria A (37) tewas gantung diri di dalam kandang ayam. Di lingkungan setempat, korban dikenal pendiam.

Masih di Kelurahan Langkapura, Kota Bandar Lampung, seorang wanita AT (19) ditemukan tewas gantung diri di rumah kontrakannya oleh sang suami, Minggu (21/7/2024) sekitar pukul 09.00 WIB. Namun pascapenemuan tersebut, suami AT justru melarikan diri dan tidak ditemukan di lokasi kejadian.

Selasa (23/7/2024), dua warga di Kabupaten Lampung Timur EP (34) dan J (42) ditemukan warga telah meregang nyawa dengan cara gantung diri di lokasi kejadian berbeda.

Penyebab, korban EP diduga depresi setelah ditinggal cerai dan tak terima sang istri kini telah menikah kembali, sementara korban J diduga nekat mengakhiri hidup lantaran depresi terlilit utang-piutang.

Terbaru, kasus gantung diri kembali terjadi dari Kota Bandar Lampung, Rabu (24/7/2024), korban ARH (16) siswa SMP ini ditemukan ibunya tewas pada seutas tali dikaitkan pada kusen pintu kayu rumahnya berada di Kecamatan Sukarame.

Baca Juga: Gegara Depresi, 2 Warga di Lampung Timur Ditemukan Tewas Gantung Diri

1. Dari total 6 kasus, 4 korban laki-laki dan 2 perempuan

Marak Kasus Gantung Diri Dipicu Depresi di Lampung: Fenomena Gunung EsPenampakan kedua warga di Kabupaten Lampung Timur menjadi korban bunuh diri akibat depresi. (Dok. Polres Lampung Timur).

Menurut Psikolog asal Lampung, Retno Riani kasus-kasus gantung diri belakangan marak terjadi merupakan permasalahan tak bisa diabaikan. Sebab, ini bagaikan fenomena gunung es. Artinya, peristiwa muncul ke publik terlihat sedikit tapi sebenarnya angka kejadian lebih tinggi.

"Jadi memang sebenernya bunuh diri ini termasuk sekarang fenomena istilahnya gunung es. Makin lama jumlahnya makin besar, biasanya ini memang persoalannya banyak," ujarnya dikonfirmasi, Rabu (24/7/2024).

2. Kebanyakan dipicu permasalahan pribadi

Marak Kasus Gantung Diri Dipicu Depresi di Lampung: Fenomena Gunung EsKorban J, IRT di Kabupaten Lampung Timur ditemukan gantung diri. (Dok. Polres Lampung Timur).

Retno melanjutkan, sejatinya para korban mengalami depresi hingga mengakibatkan gangguan mental dan kejiwaan, itu amat sangat membutuhkan tempat atau orang lain untuk bercerita dan berbagai ruang terhadap permasalahan kehidupan.

"Walaupun mungkin masalahnya belum terselesaikan, tetapi ada orang lain memiliki kemampuan untuk empati," ucapnya.

Apalagi faktor-faktor pemicu bunuh diri umumnya datang dari permasalahan pribadi, misalnya terlilit utang, jenuh mengidap penyakit kronis, hingga terjerumus penggunaan narkotika. "Biasanya ada persoalannya (beragam), tetapi dia kesulitan untuk menyelesaikan persoalan dengan baik," lanjut dia.

3. Akses layanan kesehatan kejiwaan di 119

Marak Kasus Gantung Diri Dipicu Depresi di Lampung: Fenomena Gunung EsIlustrasi komunikasi dengan kekasih (pexels.com/Karolina Kaboompics)

Dari catatan kasus-kasus gantung diri sepekan terakhir, Retno menyimpulkan, para korban memiliki kecenderungan mengambil jalan singkat guna mengakhiri hidup, setelah tidak mampu menyelesaikan konflik pada dirinya masing-masing.

Pasalnya, hampir dipastikan para korban memiliki kepribadian tertutup didukung tidak mendapatkan dukungan dari orang-orang terdekat maupun pihak keluarga.

"Perlu kita ingatan, Kementrian Kesehatan sebenarnya sudah membuka layanan hotline service kejiwaan pada nomor 119. Disitu, korban bisa menyampaikan keluh kesah masalah pada dirinya, hingga mendapat layanan pengobatan," jelasnya.

4. Pentingnya memberikan rasa empati kepada korban

Marak Kasus Gantung Diri Dipicu Depresi di Lampung: Fenomena Gunung EsIlustrasi bunuh diri. (IDN Times/Mardya Shakti

Menurut Retno, orang mengalami depresi umumnya memiliki ciri acapkali murung, enggan bersosialisasi dengan orang lain atau mengurung diri, menangis tanpa sebab, hingga mudah tersinggung.

Sejalan dengan indikasi ciri tersebut, Retno menyarankan kepada orang-orang terdekat dengan korban dapat lebih mendekatkan diri kepada pengidap depresi, serta bisa menunjukkan rasa empati terhadap korban.

"Kemampuan empati ini yang diperlukan bagi orang-orang yang memiliki keinginan untuk bunuh diri. Itu sebenarnya pertolongan pertama, supaya dia mengurangi persoalannya," tandas Retno.

Baca Juga: Temukan Istri Tewas Gantung Diri, Suami di Bandar Lampung Malah Kabur

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya