Ekonom Lampung soal Makan Siang Gratis: Sulit Terealisasi Konsisten

Disdik Bandar Lampung belum terima arahan uji coba

Intinya Sih...

  • Program 'Makan Siang Gratis' digagas Prabowo dan Gibran menuai pro dan kontra di Lampung
  • Kalkulasi anggaran program mencapai Rp400 triliun/tahun, setara dengan 30% APBN
  • Peringatan dari pengamat ekonomi tentang dampak realisasi program terhadap kepentingan uang rakyat dan pembangunan infrastruktur

Bandar Lampung, IDN Times - Program 'Makan Siang Gratis' digagas Capres - Cawapres, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka kian santer dan menuai pro dan kontra di tengah publik, termasuk dari Provinsi Lampung.

Pengamat Ekonomi asal Lampung, Erwin Oktavianto menilai, program makan siang gratis bakal menyasar anak sekolah, balita, hingga wanita hamil ini diperkirakan sulit terealisasi secara konsisten tiap tahunnya. Alasannya, membutuhkan anggaran terlampau besar mencapai ratusan triliun.

"Program ini akan sulit tercapai tiap tahunnya, apa mungkin, pemerintah akan datang mau atau bisa menyisihkan 20 sampai 30 persen APBN untuk sekadar makan siang gratis, negara mana yang mau mengeluarkan uangnya 20 persen hanya untuk makan siang gratis?," ujarnya kepada IDN Times, Jumat (8/3/2024).

1. Anggaran makan siang gratis setara 30 persen APBN setahun

Ekonom Lampung soal Makan Siang Gratis: Sulit Terealisasi Konsistenidntimes

Berkaca dari kalkulasi Tim Pakar Prabowo dan Gibran kebutuhan anggaran program makam siang gratis mencapai Rp400 triliun/tahun, Erwin mengatakan, nominal tersebut setara dengan 30 persen Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam satu tahun.

Permasalahannya, paslon Prabowo-Gibran dicap sebagai keberlanjutan pemerintahan Presiden Joko "Jokowi" Widodo akankah mengesampingkan urusan pembangunan infrastruktur hingga kebijakan sosial lainnya, demi memuluskan janji politik tersebut.

"Perlu diingat, proporsi APBN itu 60 sampai 70 persen untuk belanja rutin dan sisanya untuk belanja pembangunan serta modal. Dari struktur itu, saya rasa akan sulit terealisasi, tapi mungkin karena ini adalah janji sehingga direalisasikan dalam berbagai bentuk dan tahapan," katanya.

Oleh karenanya meski program itu berlandaskan angka stunting dan gizi buruk di Tanah Air, ia mengingatkan jangan sampai realisasinya justru mengorbankan banyak kepentingan uang rakyat, hingga menimbulkan permasalahan baru. "Pertimbangan aspek anggaran harus benar-benar dipertimbangkan," tambah dia.

2. Wanti-wanti jangan sampai program justru bebankan keuangan negara

Ekonom Lampung soal Makan Siang Gratis: Sulit Terealisasi KonsistenPresiden Joko "Jokowi" Widodo ketika berjabat tangan dengan Prabowo. (www.instagram.com/@prabowo)

Alih-alih menciptakan kesejahteraan rakyat, terutama mengatasi permasalahan stunting dan gizi buruk, Erwin mewanti-wanti jangan sampai penerapan progam makan siang gratis ini justru menjadi beban atau tanggung baru bagi pemerintahan mendatang.

Terlebih sampai detik ini, publik belum mendapatkan pemikiran atau strategi konkret realisasi gagasan progam tersebut, sehingga itu masih terkesan sebatas janji politik.

"Ada kegiatan-kegiatan lain juga membutuhkan anggaran seperti pembangunan infrastruktur lainnya, sehingga ini membutuhkan tahapan dan strategi tertentu," imbuhnya.

Berkaca dari kondisi keuangan Indonesia, ia juga mengingatkan amat tidak elok, bila nanti progam ini bergulir terkesan dipaksakan dengan menambah utang negara sudah menyentuh angka Rp8 ribu triliun hingga pengujung 2023 kemarin. "Apakah kita harus berutang terus menerus untuk menghidupi dengan makan siang saja?," lanjut dia.

Baca Juga: Ironi Negeri Agraris, Harga Beras Melejit Warga Menjerit

3. Dibutuhkan pihak swasta hingga organisasi dunia guna sokong dana program

Ekonom Lampung soal Makan Siang Gratis: Sulit Terealisasi KonsistenIlustrasi menghitung uang. (Pexels.com/Karolina Grabowska)

Bila pada akhirnya progam masuk kategori sosial ini tetap harus bergulir, Erwin melanjutkan, pemerintah mendatang perlu mempertimbangkan implementasi kebijakan secara langsung dari pusat ke masyarakat, sebagai antisipasi penyalahgunaan anggaran di daerah.

Selain itu, pemerintah pusat juga harus menggandeng pihak swasta sampai organisasi pangan dan pertanian dunia (FAO), untuk bisa mendukung pelaksanaannya. Itu agar dana anggaran progam makan siang gratis itu tidak seluruhnya dibebankan kepada APBN.

"Bagaimana caranya ini juga dibebankan kepada CSR-CSR perusahaan, donatur ingin mendominasikan untuk anak Indonesia, bantuan luar negeri berkaitan dengan anak-anak. Itu harus benar-benar dipikirkan sumber anggaran dana yang tidak boleh hanya APBN saja," harap Kepala Peneliti Ekonomi CURS Lampung.

4. Disdik Bandar Lampung belum terima arahan uji coba makan siang gratis

Ekonom Lampung soal Makan Siang Gratis: Sulit Terealisasi KonsistenPKBM Pesona Pulau Tegal. (IDN Times/Rohmah Mustaurida)

Berkaitan progam dimaksud, Kabid Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bandar Lampung, Mulyadi menuturkan, pemerintah kota setempat belum menerima arahan ihwal uji coba makan siang gratis di lingkungan pendidikan setempat.

Tapi sejumlah satuan pendidikan di tingkat Taman Kanak-kanak (TK) hingga sekolah dasar (SD) atas kebijakan sekolah hingga guru masing-masing sudah menerapkan kegiatan makan bersama di kelas.

"Jadi misalnya hari Jumat, ada sekolah meminta anak-anak didiknya bawa bekal dari rumah. Itu sudah berjalan beberapa tahun ini, tapi itu bawaan sendiri bukan ditanggung uang negara," jelasnya.

5. Tunggu instruksi pemerintah pusat dan daerah

Ekonom Lampung soal Makan Siang Gratis: Sulit Terealisasi KonsistenKantor Satu Atap Pemkot Bandar Lampung. (IDN Times/Rohmah Mustaurida)

Terkait usungan progam capres-cawapres 02 tersebut, Mulyadi menyebut, Disdik Kota Bandar Lampung sama sekali belum tahu pasti menyangkut teknis dan aturan pelaksanaannya.

"Belum ada, dari kementerian juga tidak ada semacam edaran atau imbauan. Pembahasan juga di kita belum ada, yang jelas kita menunggu arahan dari pemerintah pusat dan daerah," tandasnya.

Baca Juga: PDAM Klaim Produksi Air Melimpah, Namun Warga Lebih Memilih Air Tanah

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya