Curhatan Warga Bandar Lampung Ihwal Kebijakan Migrasi Televisi Digital

Harga alat set top box mahal

Bandar Lampung, IDN Times - Matahari petang perlahan hilang dan mulai berganti gelap. Sayup-sayup dari luar rumah terdengar suara lantunan lagu bersumber dari televisi, suaranya sedikit terhalang rerintikan hujan menghujam salah satu atap rumah berada di ujung Gang Raja Ratu Residence Kecamatan Kedaton Kota Bandar Lampung.

Rumah itu miliki Sunarto dan keluarga, bangunan tipe ukuran 36 tersebut dihuni bersama sang istri serta 2 putrinya. Ruang tamu tak begitu luas dilengkapi televisi di salah satu sudut serta kasur lantai terbentang, cukup membuat keluarga itu marasa nyaman untuk sekadar menghabiskan sedikit waktu bersama berbagai kisah pascamenjalani aktivitas sehari penuh.

Rutinitas itu kini sedikit terusik, seiring kebijaksanaan pemerintah menerapkan Analog Switch Off (ASO) atau migrasi siaran televisi analog beralih ke digital. Itu dikarenakan sebagian tayangan biasa menghiasi kini menghilang.

"Kita sekeluarga kebiasaan ya begini, sering kumpul-kumpul bareng habis salat Magrib buat sekadar cerita-cerita ditemani nonton TV. Tapi dari kemarin ada beberapa siaran channel yang hilang, kalau kata anak-anak harus pakai alat biar TV-nya digital," curhat Sunarto saat ditemui IDN Times di rumahnya, Jumat (12/11/2022).

1. Akui harga alat STB terlampau mahal

Curhatan Warga Bandar Lampung Ihwal Kebijakan Migrasi Televisi DigitalPenjual alat Set Top Box untuk televisi digital di Bandar Lampung. (IDN Times/Tama Yudha Wiguna).

Meski kebijakan itu perlahan mulai mengganggu, namun Sunarto sadar betul perkembangan zaman harus memaksa pria berusia 52 tahun tersebut ikut mengimbangi kecanggihan teknologi. Termasuk urusan penyiaran televisi.

Layaknya kala ia harus mengubah kebiasaan menggunakan handphone jadul kini dipaksa bisa mengoprasionalkan smartphone. "Mau dibilang keberatan pakai TV digital ya tidak juga, sebab kita ini hidup harus bisa menyesuaikan diri. Ya kita ikut aturan pemerintah saja, selagi itu baik dan tidak memberatkan," imbuhnya.

Oleh sebabnya, Sunarto didampingi salah satu putrinya belum lama ini sudah sempat mencari alat penyiaran televisi digital yaitu, Set Top Box (STB). Sayangnya, barang tersebut cukup sulit didapat di pasaran, sekalinya ada harga terbilang cukup tinggi.

"Kemarin hampir beli, tapi masih mahal alatnya 250-350 ribuan. Saya pikir nanti saja, toh masih bisa nonton walaupun gak semua siaran," lanjut dia.

2. Berharap bisa terima STB subsidi

Curhatan Warga Bandar Lampung Ihwal Kebijakan Migrasi Televisi DigitalKeluarga Sunarto saat menyaksikan tayangan televisi di kediamannya. (IDN Times/Tama Yudha Wiguna)

Meski sempat berkeinginan membeli alat set top box, Sunarto mengatakan, perwakilan kelurahan setempat pernah menyambangi kediamannya guna mensosialisasikan penggunaan alat STB. Bahkan, mengutarakan pemerintah bakal mensubsidikan alat tersebut secara gratis.

Meski demikian, ia tak berharap banyak mengingat kepastian tersebut hingga kini belum ada tindak lanjut dan memilih nonton siaran tayangan ala kadarnya. Itu sambil menunggu harga alat STB sedikit terjangkau.

"Kalau channelnya hilang total ya tidak, tapi ada beberapa TV nasional yang hilang. Ya kita tonton saja dulu mana yang bisa, mudah-mudahan ada bantuan buat alat itu. Sebab harganya sekarang mahal," ucapnya.

Baca Juga: Minim Infrastruktur, Kendaraan Listrik di Lampung Bisa Dihitung Jari

3. Penjual sebut kenaikan harga menyentuh 40 persen

Curhatan Warga Bandar Lampung Ihwal Kebijakan Migrasi Televisi DigitalKo Anton pemilik toko elektronik di Pasar Tengah Tanjungkarang, Bandar Lampung. (IDN Times/Tama Yudha Wiguna)

Banderol harga tinggi pada alat STB di Kota Bandar Lampung diaminkan Ko Anton, selaku pemilik toko eletronik di Pasar Tengah Tanjungkarang 'Sinar Berkat'. Ia menyebutkan, kenaikan harga tersebut mencapai sekitar 30-40 persen dari harga normal. Itu pascapemberlakuan kebijakan menuju siaran televisi digital per 2 November 2022 lalu.

"Jenisnya (alat STB) banyak, harganya juga bervariasi. Kalau untuk sekarang dari 250 sampai 400 ribu juga ada. Ya tinggal disesuaikan budget masing-masing konsumen, yang jelas kualitasnya juga beda-beda," ucapnya.

Ihwal kenaikan harga STB menurutnya bukan tanpa sebab. Kondisi ini dikarenakan permintaan kebutuhan pasar terbilang banyak, namun suplai alat STB terbilang masih terbatas di Kota Tapis Berseri.

"Beberapa hari lalu kita sudah pesan ke daerah Jawa, tapi memang lagi susah barang sampai sekarang belum ada. Ini masih sisa stok kemarin-kemarin," jelas pria berkacamata ini.

Anton tak menampik, beberapa hari terakhir banyak konsumen singgah ke toko menanyakan ketersediaan STB. Mulai dari sekadar bertanya maupun menawar harga hingga serius membeli alat tersebut.

"Tapi memang rata-rata masyarakat kita ini belum beli semua. Sebagian tayangan televisi masih bisa ditonton normal," katanya.

4. Pembagian subsidi alat STB berdasarkan DTKS Kemensos

Curhatan Warga Bandar Lampung Ihwal Kebijakan Migrasi Televisi DigitalKepala Dinas Dinas Komunikasi, informatika dan Statistik (Kominfotik) Provinsi Lampung, Ganjar Jationo saat dimintai keterangan ihwal penyiaran televisi digital di Lampung. (IDN Times/Tama Yudha Wiguna)

Menyikapi kebijakan ASO tersebut, Kepala Dinas Dinas Komunikasi, informatika dan Statistik (Kominfotik) Provinsi Lampung, Ganjar Jationo mengatakan, pemerintah daerah telah menerima arahan untuk mensosialisasikan kebijakan tersebut ke semua tingkatkan masyarakat di Lampung.

"Alhamdulillah sejak tahun lalu sudah kita sosialisasi kebijakan ini baik di media cetak, online, hingga televisi. Terutama kanal-kanal media dikelola pemerintah," katanya.

Selain itu imbuhnya, pemerintah juga memiliki kebijakan bantuan subsidi alat STB untuk membantu masyarakat miskin, agar ikut menikmati atau memiliki alat penyiaran televisi digital.

"Bantuan ini sementara diinformasikan menggunakan DTKS (Data Terpadu Kesejahteraan Sosial) Kemensos. Tapi apakah semua yang terdata di sana dapat atau tidak, kami juga masih menunggu arahan lebih lanjut," paparnya.

Terkait teknis penyaluran bantuan subsidi alat STB tersebut di antaranya bakal memanfaatkan layanan distribusi via Kantor Pos. "Kami pemerintah daerah tentu akan memaksimalkan penerapan kebijakan ini, tapi memang teknis wewenang penyalurannya sampai sekarang masih ada di pusat, yang kebetulan melibatkan PT Pos Indonesia," ucap dia.

5. Kantor Pos distribusikan sekaligus instalasi STB subsidi

Curhatan Warga Bandar Lampung Ihwal Kebijakan Migrasi Televisi DigitalPenjual alat Set Top Box untuk televisi digital di Bandar Lampung. (IDN Times/Tama Yudha Wiguna).

Deputi EGM Pos KCU Bandar Lampung, Ady Chandra mengamini pendistribusian subsidi alat STB tersebut bakal disalurkan menggunakan pendataan DTKS Kemensos. Namun tentunya telah disetujui Kementerian Komunikasi dan Informatika RI untuk wilayah Lampung.

Selain itu, pihaknya bukan sekadar mendistribusikan melainkan juga menginstalasi alat tersebut hingga terkoneksi dengan televisi masing-masing penerima manfaat.

"Kita akan petakan data sesuai by name by address masing-masing penerima, nanti petugas kami akan mendatangi langsung rumahnya sekaligus instalasi. Yang jelas kami di daerah akan mendukung kebijakan di pusat," tandasnya.

6. Pembagian wilayah ASO dan non ASO di Lampung

Curhatan Warga Bandar Lampung Ihwal Kebijakan Migrasi Televisi DigitalIlustrasi tayangan siaran televisi digital. (Tim Komunikasi Publik dan Edukasi Migrasi TV Digital)

Berdasarkan data Diskominfotik Lampung, berikut IDN Times rangkum pembagian wilayah di Provinsi Lampung termasuk area ASO dan non-ASO.

Tidak termasuk ASO

Wilayah Lampung 2
Tulang Bawang
Mesuji

Wilayah Lampung 4
Lampung Barat
Tanggamus
Pesisir Barat

Dijadwalkan ASO

Wilayah Lampung 1
Lampung Selatan
Lampung Tengah
Lampung Timur
Pesawaran
Bandar Lampung
Metro

Wilayah Lampung 3
Lampung Utara
Way Kanan
Tulang Bawang Barat

Baca Juga: Cerita Dalang Muda Lampung Semangat Lestarikan Wayang Meski Diremehkan

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya