Curhatan Petani Lampung Hadapi El Nino, Kekeringan hingga Hama Wereng

Produksi padi turun 50 persen sampai gagal panen

Lampung Selatan, IDN Times - Joko Umboro (46), belum bisa sumringah menyambut musim panen padi dalam waktu dekat. Kondisi ini ditengarai ancaman penurunan hasil produksi gabah kering diperkirakan mencapai 50 persen akibat kekeringan dampak fenomena El Nino.

Warga Desa Sidomakmur, Kecamatan Way Panji, Kabupaten Lampung Selatan itu terpaksa harus gigit jari. Itu lantaran menghadapi kenyataan bakal kehilangan berton-ton hasil panen padi dari lahan seluas 2 hektare sawahnya.

Nasib ini diakui berbanding terbalik, bila dibandingkan kondisi cuaca normal yang mampu menghasilkan dan memproduksi lebih dari 15 ton gabah kering panen.

"Lahan saya tanami ada 2 hektare, tinggal nunggu hari buat panen, kalau normal tidak terkendala seperti ini, 1 hektare bisa panen 7 sampai 8 ton. Jadi 2 hektare bisa 15 ton lebih. Ini fakta sekarang, 1 hektare hanya mampu 4,2 ton saja sudah kategori bagus," ujarnya kepada IDN Times, Jumat (15/9/2023).

Baca Juga: Anggota DPRD Condrowati Minta Pemprov Lampung Serius Tangani El Nino

1. Kekeringan plus serangan hama wereng

Curhatan Petani Lampung Hadapi El Nino, Kekeringan hingga Hama WerengPenampakan kekeringan sawah terjadi di Desa Sidomakmur, Kecamatan Way Panji, Kabupaten Lampung Selatan. (IDN Times/Istimewa).

Terlepas dari penurunan hasil panen tersebut, Joko mengaku masih bersyukur bisa menikmati produktivitas musim gadu. Itu dikarenakan banyak petani di desa setempat mengalami puso alias gagal panen karena memulai tanam padi di pertengahan dan akhir Juni 2023.

Penyebabnya, tak lain akibat kekeringan hingga para petani kesulitan mendapatkan pengairan sawah, ditambah, serangan hama wereng kian memperparah kondisi tanaman padi masyarakat desa.

"Kita juga bingung, sepengetahuan kami hama wereng ini ketika tanah kering tidak ada, sebab kesenangannya di tanah lembab. Ternyata kondisi berkata lain, justru hama meledak," tukasnya.

Bersyukur, suplai pupuk subsidi bagi para petani desa setempat terbilang normal dan mencukupi. "Alhamdulillah lancar, pupuk subsidi tidak ada kendala, yang penting komunikasi dan koordinasi sama kelompok tani," tambah Joko.

2. Harapkan bantuan sumur sibel dan pinjaman modal

Curhatan Petani Lampung Hadapi El Nino, Kekeringan hingga Hama WerengPenampakan kekeringan sawah terjadi di Desa Sidomakmur, Kecamatan Way Panji, Kabupaten Lampung Selatan. (IDN Times/Istimewa).

Terkait sederet kendala para petani tersebut, Joko berharap pemerintah daerah kabupaten hingga provinsi, bisa bergerak cepat memberikan bantuan berupa pengeboran fasilitas sumur sibel tambahan di sejumlah titik lahan pertanian desa.

Termasuk memperhatikan nasib para petani terancam gagal panen akibat kekeringan. Misalnya mempermudah hingga memberikan pinjaman permodalan untuk menyambung hidup.

"Sampai saat ini saya belum dapat info langkah-langkahnya seperti apa (batuan pemerintah), karena ada anggota ada yang ngebor (sumur) pribadi sudah kedalaman 60 meter tidak keluar air. Kita minta pemerintah bisa menampung aspirasi para kelompok tani," imbuh Ketua Gapoktan Makmur Sejati tersebut.

3. Kekeringan berpotensi petani tunda musim tanam

Curhatan Petani Lampung Hadapi El Nino, Kekeringan hingga Hama WerengPenampakan kekeringan sawah terjadi di Desa Sidomakmur, Kecamatan Way Panji, Kabupaten Lampung Selatan. (IDN Times/Istimewa).

Joko melanjutkan, bila kondisi serupa terus dibiarkan, tidak menutup kemungkinan ratusan petani desa setempat memilih menunda musim tanam, seraya berharap kekeringan dapat segera berakhir.

"Kalau di lokasi kita tidak memungkinkan (padi sawah diubah padi ladang). Kita berharap di Desember masuk musim penghujan, baru nanti di bulan itu baru kita mulai tanam," ucapnya lirih.

4. Dampak El Nino hantui petani

Curhatan Petani Lampung Hadapi El Nino, Kekeringan hingga Hama WerengBupati Tulangbawang Barat Umar Ahmad. (tulangbawangbaratkab.go.id)

Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Provinsi Lampung, Umar Achmad mengamini dampak kekeringan akibat El Nino menghantui para petani di provinsi setempat. Terlebih, bagi mereka memiliki lahan persawahan jauh dari pengairan alias irigasi.

Menurutnya, kondisi cuaca kekeringan belakangan terjadi memaksa para kelompok tani kini memanfaatkan keberadaan embung-embung, untuk mengairi lahan sawah demi menunjang hasil panen.

"Dampak El Nino di Lampung sangat terasa. Jelas ada penurunan (hasil panen) karena luas lahan yang ditanami turun, otomatis pasti produksinya (gabah kering panen) turun," paparnya.

5. Ajak petani tetap produktif

Curhatan Petani Lampung Hadapi El Nino, Kekeringan hingga Hama WerengIlustrasi lahan sawah mengalami kekeringan. (ANTARA FOTO/Jojon)

Dikatakan Umar, kondisi panceklik bukan hanya dialami petani sawah, melainkan juga dirasakan para petani karet. Pasalnya, produktivitas turun siginifikan akibat kemarau, itu tidak diimbangi kenaikan harga.

"Keluhan mulai soal ketersediaan pupuk sampai harga. Untuk petani karet, banyak pemilik lahan kesulitan mencari orang mau bekerja menderes karet di kebunnya," imbuh dia.

Di tengah masa-masa sulit ini, Umar kembali mengajak para petani di Provinsi Lampung untuk tetap produktif. "Kami juga akan mendorong pemerintah daerah untuk bisa meratakan penerimaan bantuan kepada para petani," tandas eks Bupati Tulang Bawang Barat dua periode tersebut.

Baca Juga: El Nino Mengancam, Bulog Lampung Jamin Stok Beras hingga Akhir 2023

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya