Aksi Sawer Ustazah saat Baca Al-Quran, Ketua PBNU Mukri: Tidak Etis

Lantunan ayat Al-Quran tidak dilihat sisi entertain

Bandar Lampung, IDN Times - Aksi dua pria menyawer seorang ustazah atau qariah saat melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran di Tangerang, Banten menuai banyak kecaman. Sikap serupa turut disoroti Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Provinsi Lampung, Prof Mohammad Mukri menilai tindakan tersebut amat tidak etis.

Menurut Mukri, tindakan tersebut jelas telah mengganggu kekhusyukan dan khidmahan sang qariah dalam membaca ayat Al-Quran. Apalagi, saweran berupa uang itu turut diberikan dengan cara tidak biasa yakni, sempat diselipkan dijilbab dan ditabur-taburkan.

“Mestinya dalam suasana tersebut, orang-orang mendengarkan dengan khusyuk dan meresapi maknanya. Bukan malah melakukan saweran dengan cara yang tidak baik,” ujarnya, Senin (9/1/2023).

Baca Juga: Festival Nganik Community Krui, Ajang Pamer Produk UMKM dan Kuliner 

1. Kedepankan akhlakul karimah

Aksi Sawer Ustazah saat Baca Al-Quran, Ketua PBNU Mukri: Tidak EtisTangkap layar video dua pria sawer ustazah saat melantunkan ayat suci Al-Qur'an. (Instagram/@idntimes.video).@

Mukri mengimbau kepada masyarakat, khususnya umat Islam untuk dapat mengedepankan akhlakul karimah alias tingkah laku baik dalam melakukan sesuatu. Termasuk saat memberikan sesuatu kepada orang lain.

Ia menilai, sebenarnya kemungkinan orang melakukan saweran tersebut bisa jadi memiliki tujuan sekedar ingin memberi hadiah. Namun amat disayangkan, cara telah dilakukan tidak etis dan tak sesuai pada tempatnya.

"Ini tidak etis, jika ingin memberi apresiasi terkait merdu dan indahnya bacaan Al-Quran yang dilantunkan, baiknya lakukan setelah pembacaan ayat Al-Quran rampung," kata Mukri.

2. Pemberian hadiah harus ikhlas bukan ingin dilihat atau dipuji

Aksi Sawer Ustazah saat Baca Al-Quran, Ketua PBNU Mukri: Tidak EtisIlustrasi pemberian. (IDN Times/Sukma Shakti)

Dalam konteks memberikan hadiah, Mukri menambahkan, pemberian itu harus benar-benar ikhlas tanpa ada niatan lain seperti ingin dilihat atau dipuji oleh orang lain.

"Peristiwa ini tentu baiknya tidak mengganggu khidmah acara, sekaligus tidak memamerkan hadiah atau sedekah yang diberikan," ucap mantan Rektor UIN Raden Intan Lampung tersebut.

Guna mengantisipasi tindakan serupa agar tidak terulang atau bahkan menjadi kebiasaan umum, ia turut mengingatkan pihak pelaksanaan acara. "Panitia harus ingatkan yang hadir, untuk tidak melakukan hal-hal semacam ini," sambung pria juga merupakan Ketua Umum MUI Provinsi Lampung itu.

3. Lantunan ayat suci Al-Quran tidak dilihat dari sisi entertain

Aksi Sawer Ustazah saat Baca Al-Quran, Ketua PBNU Mukri: Tidak EtisGoogle Image

Ketum Pimpinan Pusat Jam’iyyatul Qurra’wal Huffazh Nahdlatul Ulama (PP JQHNU), KH Saifullah Ma’shum menambahkan dan mengingatkan, lantunan ayat suci Al-Quran tidak dapat dilihat dari sisi entertain atau hiburan. Melainkan, perenungan atas kandungan ayat bacaan tersebut yang harus diperkuat.

Menurutnya, jika seseorang memang takjub atau kagum terhadap lantunan sedemikian indah atas ayat-ayat Al-Quran, maka boleh diaktualisasikan dengan cara beradab dan menghormat sang pembaca dan Al-Quran.

“Lakukan dengan cara-cara beradab, bisa dengan membaca tasbih dan takbir. Jangan sampai, perbuatan kita justru mengurangi keelokan dan kesyahduan dalam bacaan Al-Quran,” tandas Saifullah.

Baca Juga: Carut Marut dan Solusi Atasi Krisis Dokter Spesialis di Indonesia

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya