Nasib Seni Teater di Lampung, Seniman Senior: Rusak Parah

Ekosistem seni di Lampung belum terbentuk

Bandar Lampung, IDN Times - Teater merupakan seni drama menampilkan perilaku manusia tak hanya bisa dinikmati indra penglihatan saja tapi indra pendengaran juga.

Menariknya, pertunjukan teater kerap menyampaikan kritik sosial bagi masyarakat luas hingga pemerintah. Tak hanya itu, teater juga menjadi media mempertahankan budaya daerah setempat.

Selain itu, setiap daerah tentu memiliki grup teater sesuai ciri khas masing-masing. Namun bagaimana dengan teater di Provinsi Lampung? Apakah masih menampilkan pertunjukan teater dengan budaya khas daerahnya? Lalu bagaimana peran pemerintah dalam mendukung kegiatan seni drama mulai tergerus kemajuan zaman ini?

IDN Times sudah merangkum pendapat disampikan seniman senior di Lampung, pelaku seni teater dan Ketua Komite Teater Dewan Kesenian Lampung. Simak selengkapnya di bawah ini ya.

1. Tak ada teater tradisional di Lampung

Nasib Seni Teater di Lampung, Seniman Senior: Rusak ParahPertunjukan teater dari Orion berjudul Machbet karya William Shakespare digelar di Gedung Kesenian Lampung PKOR Way Halim Bandar Lampung, Sabtu (18/9/2021). (IDN Times/Silviana).

Seniman senior di Lampung, Ari Pahala Hutabarat gamblang menyatakan, kesenian di Lampung khususnya sastra teater hancur. Menurutnya, di Lampung tidak memiliki teater tradisional menampilkan lakon dengan bahasa khas daerah.

Bahkan Ari mengatakan, untuk grup teater modern hanya nol koma satu persen menggunakan bahasa daerah Lampung dalam pertunjukan teater.

"Komunitas Berkat Yakin pernah melakonkan teater Pinangan karya Anton Chekov Saduran Jim Lim total dengan Bahasa Lampung. Kemudian akhir tahun 2020 lalu sekitar 80 persen. Selebihnya belum pernah ada grup lain," kata sutradara teater Komunitas Berkat Yakin saat diwawancara IDN Times, Jumat (27/5/2022).

2. Pelaku teater suku Lampung sedikit

Nasib Seni Teater di Lampung, Seniman Senior: Rusak Parah(Ilustrasi) Dok. Djarum Foundation

Lebih lanjut penyair berdarah Medan dan Lampung itu menyampaikan, masalah nomor satu jarangnya pertunjukan di Lampung menggunakan bahasa daerah karena populasi suku Lampung kurang lebih hanya 14 persen. Dari jumlah tersebut, yang masih berbudaya Lampung dan hidup dalam tradisi Lampung menurut Ari tidak sampai tujuh persen.

"Tentu saja pelaku teater suku Lampung lebih sedikit lagi. Bukan tentang kurang minatnya, tapi memang tidak ada pelakunya. Kalau pun ada aktor orang Lampung, kadang gak satu grup. Sedangkan main teater kan bukan cuma satu orang, bisa dua sampai empat orang. Jadi, satu kelompok ya harus bisa bahasa Lampung semua," jelas alumni FKIP Bahasa dan Sastra Unila itu.

Menurutnya, ini bukan soal gempuran budaya asing. Sebab teater itu sendiri memang berasal dari Eropa. Namun secara lokal, teater bisa menjadi media mempertahankan bahasa daerah.

"Semestinya kita bisa menggunakan bentuk-bentuk Eropa-Amerika itu memberdayakan lokalitas kita. Itu disebut berpikir global bertindak lokal. Kalau kita kan berpikir global, bertindaknya global juga," ucap Ari.

Baca Juga: Intip Trik Sukses Ngonten Ala Tiktokers Lampung Iam Guntara

3. Tak ada strategi untuk seni dan kebudayaan di Lampung

Nasib Seni Teater di Lampung, Seniman Senior: Rusak ParahPameran rupa di Gedung Dewan Kesenian Lampung (IDN Times/Silviana)

Selain masalah SDM, menurut pria kelahiran 1975 itu, pemerintah tidak turun secara efektif untuk memberdayakan tradisi dan budaya Lampung. Bahkan, dalam kondisi seperti sekarang, menurutnya tradisi Lampung khususnya bahasa tidak akan lebih baik dan semakin tergerus budaya asing.

"Intinya, pemerintah daerah atau orang-orang kebudayaan di Lampung itu gak punya strategi kebudayaan yang benar. Bagaimana caranya memberdayakan dan menumbuh kembangkan kebudayaan Lampung menjadi tuan rumah di negeri sendiri," tuturnya.

Ari mengambil contoh, strategi kebudayaan dilakukan pemerintah Korea Selatan, fenomena K-pop dan K-Drama bukan tidak sengaja. Namun sebuah desain dibuat oleh pemerintah Korea bekerjasama dengan pihak swasta, kementerian pendidikan, pariwisata dan lainnya.

"Bagaimana mengembangkan, memberdayakan, mengekspor habis-habisan budaya Korea ke dunia. Jadi ekosistem seni di Korea itu benar-benar diberdayakan. Isinya jelas, bagaimana mendapat keuntungan ekonomis dari ekspor budaya itu. Strategi semacam itu di Lampung tidak jalan," jelasnya .

Menurutnya, pemerintah sama sekali tidak pernah peduli dengan grup teater dan kesenian di Lampung. Tidak ada bantuan, beasiswa dan biaya untuk riset. Namun, lanjut Ari, pegiat seni menggali kebudayaan untuk banding dengan budaya asing.

"Kita sendiri yang gali, duitnya dari mana? Emang gali gak perlu cangkul? Terus hasil temuannya siapa yang masarin? Pentas tetap harus bayar gedung. Gua yang gali, gua yang nyangkul, gua yang masarin sendiri, gua yang nyari duit. Terus orang menuntut harus memberdayakan budaya lokal. Itu gak tau diri namanya," tegasnya.

4. Ekosistem seni di Lampung hancur

Nasib Seni Teater di Lampung, Seniman Senior: Rusak ParahPertunjukan teater dari Orion berjudul Machbet karya William Shakespare digelar di Gedung Kesenian Lampung PKOR Way Halim Bandar Lampung, Sabtu (18/9/2021). (IDN Times/Silviana).

Ari menjelaskan, peran teater selalu memberi kesaksian bagi proses pembangunan peradaban. Seni khususnya teater sejak muasalnya selalu kritis. Sehingga kritis dan evaluatif itu diperlukan untuk menyesuaikan pembangunan berjalan di jalur yang tepat.

"Ini gak diberdayakan habis-habisan, khususnya oleh pemerintah. Jadi ekosistem seni khususnya teater sastra di Lampung itu hancur, rusak parah. Tidak ada sinergi yang cakep antara pemerintah, dalam hal ini Disdikbud, taman budaya, kantor bahasa, kampus, bahkan pelaku seni semua asik masing-masing," jelasnya.

Menurutnya, bukan tidak memiliki kegiatan, namun tidak pernah memiliki visi besar bersama membawa kebudayaan Lampung lebih keren.

5. Semakin tertarik belajar teater meski meski kerap dianggap hiburan semata

Nasib Seni Teater di Lampung, Seniman Senior: Rusak ParahTeater Mahasiswa Nasional (IDN Times/Masdalena Napitupulu)

Tanggapan senada juga disampaikan Novian Pratama, mahasiswa Universitas Lampung aktif mengikuti kegiatan seni Teater. Novian merasa teman-temannya di teater memiliki semangat luar biasa dalam berproses menampilkan pertunjukan.

"Semangatnya ada, tapi kalau di Lampung ekosistem teater belum terbentuk. Jadi ruang bersama untuk manggung itu masih kurang. Kaya gak ada yang merhatiin dan gak dianggap penting gitu. Seakan-akan teater itu pertunjukan permainan dan hiburan senang-senang," ujar sutradara teater  di Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni Unila ini.

Bagi Novian, teater adalah hobi yang sudah digeluti sejak duduk di bangku SMA. Selama kuliah, Novian semakin mendalami perkembangan dan kondisi teater di Lampung saat ini.

"Seru teater itu, meski di Lampung banyak hal yang kurang dibandingkan teater di daerah lain. Tapi semakin tahu pentingnya teater untuk kebudyaan Lampung semakin menarik dan asik," ujarnya.

Baca Juga: Kiat Ampuh Cegah Hepatitis Akut ala Orang Tua Bandar Lampung

6. Dampak teater bagi diri sendiri dan masyarakat

Nasib Seni Teater di Lampung, Seniman Senior: Rusak ParahPertunjukan teater dari Orion berjudul Machbet karya William Shakespare digelar di Gedung Kesenian Lampung PKOR Way Halim Bandar Lampung, Sabtu (18/9/2021). (IDN Times/Silviana).

Novian menjelaskan, dasyatnya dampak teater pada diri sendiri dan juga masyarakat luas. Menurutnya, teater merupakan cabang seni paling lengkap dibanding seni lain seperti musik, rupa atau tari.

"Teater itu melatih semua komponen yang ada dalam diri. Karena media teater adalah tubuh kita sendiri, jadi untuk menciptakan seni teater harus dipersiapkan adalah diri kita," terangnya.

Menurut Novian, ada tiga kebutuhan mendasar teater harus diolah dalam tubuh manusia, yakni otak, emosi dan tubuh. Keunikan seniman itu, lanjutnya, bagaimana mengolah emosi, empati dan rasa.

"Seorang aktor harus memiliki kepekaan lebih tinggi. Kemudian tubuh juga harus dipersiapkan. Baik dari vokal, cara menyampaikan dialog, adegan dan segala macam. Ini sangat jarang di cabang seni lain," kata Novian.

Kemudian bagi masyarakat luas, menurut Novian, teater mampu menampilkan realitas ideal terhadap realitas yang ada. Sekaligus "mengolok-olok" sesuatu yang sudah terlihat mapan.

7. Akan ada program teater berbahasa daerah

Nasib Seni Teater di Lampung, Seniman Senior: Rusak ParahIST/Teaterkoma

Menurut Ketua Teater Dewan Kesenian Lampung, Desi Susanti, setiap tahun selalu dirancang program untuk mendukung kegiatan seni di Lampung.

"Kita bikin kegiatan workshop dan pementasan melibatkan pekerja seni. Jadi bagaimana caranya agar mereka ada kegiatan. Karena seniman di Lampung itu kumpulnya pas lagi ada kegiatan aja. Kalau gak ada program ya udah. ​​Cuma beberapa grup aja yang memang rutin latihan," ujar Desi .

Namun di tahun 2022 ini komite teater belum bergulir. Biasanya, baru bergulir pertengahan tahun. Sedangkan 2023 mendatang sudah direncanakan akan ada temu seni se-Nusantara di Lampung.

"Selain itu, salah satu program akan diusung dewan komite teater adalah lomba teater menggunakan bahasa daerah Lampung tapi tingkat SMA," terangnya.

8. Dana kesenian sudah dianggarkan

Nasib Seni Teater di Lampung, Seniman Senior: Rusak ParahIlustrasi Uang (IDN Times/Arief Rahmat)

Terkait dana bagi pegiat seni di Lampung menurutnya sudah dianggarkan oleh pemerintah melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan yang dikelola oleh Dewan Kesenian Lampung.

"Nominalnya sudah ada. Tinggal bagaimana kita membuat kegiatan yang berfungsi untuk apa dan ekosistemnya siapa saja. Bergantung dari komite masing-masing mau ada program apa. Supaya kita juga guyub dan program ini berdampak," jelasnya.

Baca Juga: Kisah Heri Susanto, Dulu Jawara Gulat Lampung Kini Marbot Masjid 

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya