Konsorsium Pengembangan Sains Material Umumkan Program Pertamanya

Konsorsium berfokus pada program pendidikan kolaboratif

Intinya Sih...

  • Institut Teknologi Sumatera (ITERA) dan universitas terkemuka di Indonesia meluncurkan Program Komprehensif pertama, versi 1.0 pada 5 Februari 2024.
  • Program bertujuan mengubah penelitian, aplikasi, dan pendidikan Sains Material di Indonesia dengan fokus pada pemanfaatan sumber daya alam dan mineral Indonesia serta meningkatkan penelitian dan pengembangan terdepan.
  • Konsorsium berfokus pada program pendidikan kolaboratif, lokakarya, inisiatif pertukaran informasi, serta bermitra dengan industri lokal untuk transfer teknologi dan pengembangan solusi material inovatif.

Bandar Lampung, IDN Times - Pada awal tahun ini, Institut Teknologi Sumatera (ITERA) bersama beberapa universitas terkemuka di Indonesia, masyarakat ilmiah dan organisasi penelitian BRIN, pendiri Konsorsium Pengembangan Sains Material (CMSD), mengumumkan peluncuran Program Komprehensif pertama, versi 1.0. pada 5 Februari 2024.

Hal tersebut merupakan inisiatif inovatif bertujuan untuk mengubah penelitian, aplikasi, dan pendidikan Sains Material di Indonesia dengan area kritis mulai dari pemanfaatan sumber daya alam dan mineral Indonesia yang melimpah hingga memajukan penelitian dan pengembangan terdepan.

Baca Juga: ITERA Raih Peringkat Ke 9 Nasional Kampus Terbaik Versi Nature Index

1. Belum ada riset komprehensif untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri

Konsorsium Pengembangan Sains Material Umumkan Program PertamanyaRevitalisasi Ekologi Laut: Inovasi Terkini dalam Konservasi dan Penelitian Kelautan

Ketua Presidium CMSD, Prof Kuwat Triyana, mengatakan, Program CMSD tersebut disusun antara lain sebagai respons terhadap kekayaan sumber daya mineral di Indonesia yang sangat beragam.

Menurutnya, seiring diterbitkannya Keputusan Menteri (Kepmen) Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 296.K/MB.01/MEM.B/2023 yang menetapkan Jenis Komoditas Yang Masuk dalam Klasifikasi Mineral Kritis, kesadaran akan pentingnya mineral kritis semakin meningkat .

Namun, keahlian serta fasilitas penelitian mendukung eksploitasi mineral kritis saat ini dioperasikan tanpa adanya koordinasi yang kuat. Banyak penelitian di bidang Sains Material di berbagai wilayah di Indonesia dilakukan tanpa arah yang jelas, terutama dalam konteks pengembangan, pengolahan, dan pemanfaatan mineral kritis.

“Dampaknya pengembangan tanpa arahan tersebut menurutnya, hingga saat ini belum ada penelitian komprehensif di bidang material yang telah mencapai tahap hilirisasi dan melibatkan industri terkait secara signifikan, yang berpotensi besar untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri,” jelasnya melalui pertemuan secara dalam jaringan, Rabu ( 7/2/2024).

2. Perlunya program hibah terbuka untuk memajukan penelitian

Konsorsium Pengembangan Sains Material Umumkan Program Pertamanyailustrasi penelitian (unsplash.com/National Cancer Institute)

Kuwat, menyatakan program komprehensif tersebut bukan hanya tentang kemajuan ilmiah, namun tentang membentuk masa depan berkelanjutan untuk Indonesia.

Melalui kolaborasi, inovasi dan fokus pada keinginan, Kuwat menuturkan siap bekerja sama dengan semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, untuk menciptakan dampak yang substansial baik secara nasional maupun global.

“Tindakan perdana Presidium CMSD dalam advokasi kebijakan diwujudkan dalam surat usulan kepada pemangku kepentingan, seperti kementerian, industri, dan lembaga pendanaan,” ujarnya.

Menurutnya, surat tersebut menekankan perlunya program hibah terbuka yang bersifat fokus, untuk memajukan penelitian dan pengembangan dalam meningkatkan nilai sumber daya mineral kritis Indonesia dan sektor sumber daya alam secara lebih luas.

3. Meningkatkan kapabilitas dan dampak kolektif dalam cakupan materi sains

Konsorsium Pengembangan Sains Material Umumkan Program Pertamanyailustrasi wanita di bidang sains (pexels.com/Artem Podrez)

Lebih lanjut Kuwat mengatakan, selain dari program perdana CMSD, setiap lembaga pendiri, yang terdiri dari empat himpunan keilmuan, tiga organisasi riset BRIN, dan sembilan universitas terkemuka di Indonesia, telah berkomitmen untuk menyelaraskan program penelitian dan kolaborasi mereka dengan tujuan konsorsium. Penyelarasan strategis ini dirancang untuk menciptakan sinergi yang kuat, meningkatkan kapabilitas dan dampak secara kolektif dalam lingkup Sains Material.

"Komitmen CMSD terhadap inovasi dan keunggulan pendidikan terlihat dalam sepuluh area kunci. Ini termasuk pendirian laboratorium mutakhir untuk penelitian di bidang nanoteknologi, biomaterial, dan material berkelanjutan, serta inisiatif untuk mengurangi emisi menggunakan sumber daya alam Indonesia," terangnya.

4. Konsorsium berfokus pada program pendidikan kolaboratif

Konsorsium Pengembangan Sains Material Umumkan Program Pertamanya(pexels.com/fauxels)

Kuwat menambahkan, konsorsium berfokus pada program pendidikan kolaboratif, termasuk lokakarya dan inisiatif pertukaran informasi, serta bermitra dengan industri lokal untuk transfer teknologi dan pengembangan solusi material inovatif.

Menurutnya, meskipun perjalanan masih memerlukan pentahapan dan penentuan skala prioritas yang cermat, hal tersebut adalah momen penting bagi komunitas ilmiah Indonesia.

"Dengan mengintegrasikan sumber daya alam yang kaya dengan penelitian terdepan dapat membuka pintu menuju peluang tak terbatas dalam Sains Material," imbuhnya.

Baca Juga: ITERA Minta Dukungan Kemenkes Riset Immunoglobulin Antisipasi Wabah  

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya