Kisah Nakes Lampung Curi Waktu Tidur hingga Seberangi Laut Antar Pasien

COVID-19 membuat nakes kewalahan dan banyak belajar

Bandar Lampung, IDN Times -Sudah satu tahun pandemik COVID-19 terjadi di Provinsi Lampung. Di awal pandemik tentu saja semua masyarakat terlebih tenaga medis (nakes) sangat tidak siap menerima kedatangan virus ini.

Sebagai garda terdepan dalam memerangi COVID-19 tentunya ada banyak kisah suka dan duka yang dialami para nakes karena kerap mendampingi pasien yang terpapar COVID-19.

Berikut ini IDN Times rangkum cerita inspiratif nakes Lampung. Ada yang sempat terpapar COVID-19 karena padatnya aktivitas di rumah sakit serta cerita perawat di puskesmas Kecamatan Pulau Pisang, Kabupaten Pesisir Barat menyeberangi laut demi antar pasien.

1. Upgrade kemampuan menangani COVID-19

Kisah Nakes Lampung Curi Waktu Tidur hingga Seberangi Laut Antar PasienPerawat penderita virus corna di Wuhan menangis putus asa. news.com.au

Namanya Gofur. Ia merupakan salah satu perawat di Puskesmas Pulau Pisang Pesisir Barat. Pria asal Lampung Timur ini mengatakan, cukup banyak perubahan yang terjadi setelah adanya pademik ini.

Ia menjadi orang pertama yang menerima dan mendampingi pasien, ia harus benar-benar paham dengan medan yang dihadapi. Banyak hal yang harus dipelajari, sebab materi tentang penanganan virus ini belum pernah ia dapatkan di bangku kuliah dulu.

"Selama pandemik ini kita harus update ilmu. Jadi ada seminar virtual tentang ilmu keperawatan di tengah pandemik," tutur Gofur kepada IDN Times, Jumat (19/3/2021).

2. Menyebrang lautan pakai APD lengkap untuk antar pasien

Kisah Nakes Lampung Curi Waktu Tidur hingga Seberangi Laut Antar PasienANTARA FOTO/Mohamad Hamzah

Situasi lain yang membuatnya cukup lelah adalah harus mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap saat mengantar pasien ke rumah sakit rujukan. Ia rela harus menempuh perjalanan di tengah laut selama satu jam dan perjalanan darat satu jam baru sampai ke rumah sakit rujukan.

"Kita harus menyeberangi lautan dan itu menggunakan APD yang lengkap dari atas kepala sampai ujung kaki. Belum lagi jika mengenakan APD di lingkungan Pulau Pisang cuacanya sangat panas dan tidak ada fasilitas penunjang seperti kipas atau pendingin ruangan," kenangnya.

Baca Juga: Insentif Nakes Bandar Lampung Belum Dibayar, Ini Rencana Eva Dwiana 

3. Perlengkapan rapid test masih minim

Kisah Nakes Lampung Curi Waktu Tidur hingga Seberangi Laut Antar PasienIlustrasi Rapid Test Tim IDN Times (IDN Times/Herka Yanis)

Namun Gofur cukup bersyukur karena sejak pandemik APD di Puskesmas Pulau Pisang sangat mencukupi karena mendapat donasi dari relawan. Tapi di sisi lain, peralatan seperti rapid test menurutnya masih sangat minim sehingga tak semua pasien bisa melakukan rapid antigen. 

"Jadi semua pasien yang akan dirujuk ke rumah sakit harus tes antigen. Tapi karena kita tidak memiliki fasilitas itu jadi kita membatasi hanya untuk pasien yang menunjukkan gejala COVID-19 saja," paparnya.

4. Cukup sulit mengubah mindset masyarakat terkait COVID-19 dan vaksin

Kisah Nakes Lampung Curi Waktu Tidur hingga Seberangi Laut Antar PasienIlustrasi Virus Corona. IDN Times/Mardya Shakti

Menurut Gofur masyarakat di Pulau Pisang cukup percaya dengn nakes. Namun tetap saja ada yang tidak percaya dengan COVID-19 dan tidak bersedia divaksin.

Alhasil, itu menjadi tugas yang berat karena tidak mudah mengubah mindset masyarakat yang sudah terlanjur menganggap virus ini hanya rekayasa politik. Dia berharap pandemik segera berakhir dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan lebih meningkat.

Gofur juga berpesan kepada teman-teman perawat lain agar tetap memberikan pelayanan yang terbaik untuk masyarakat. "Karena profesi kita walau pun masih dipandang sebelah mata, tidak ada gebrakan dari pemerintah untuk keperawatan tapi kita tetap harus semangat untuk menunjukkan bahwa kita masih dibutuhkan masyarakat," tandasnya.

5. Sudah patuhi prokes tetap terpapar COVID-19

Kisah Nakes Lampung Curi Waktu Tidur hingga Seberangi Laut Antar PasienIlustrasi Tenaga Medis. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

Cerita lain datang dari nakes dr Aditya M Biomed yang pernah terpapar COVID-19 pada akhir Januari lalu. Menurutnya, itu karena padatnya aktivitas di rumah sakit sehingga tidak mengontrol kondisi tubuh yang lemah.

Sebagai kepala lab kesehatan Provinsi Lampung dr Adit sapaan akrabnya memang cukup kewalahan menerima hasil swab masyarakat di Lampung. Belum lagi harus mengurus organisasi kedokteran dan bertemu dengan pasien.

"Mungkin saya yang kurang hati-hati. Padahal saya sudah menerapkan prokes dengan ketat," ungkap Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Bandar Lampung ini. 

6. Mencuri waktu tidur di jam praktik

Kisah Nakes Lampung Curi Waktu Tidur hingga Seberangi Laut Antar PasienIlustrasi tenaa kesehatan (ANTARA FOTO/Fauzan)

Dr Adit mengaku hampir tak memiliki waktu libur. Bahkan, di hari libur pun tetap harus mengurusi hasil test swab yang akan diperiksa.

“Jadi memang tantangannya makin berat sehingga keluarga bukan dikesampingkan tapi saat ini prioritasnya masih ke sini. Jadi saya sudah tidak pernah merasakan tidur siang lagi sekarang. Kalau dulu pulang jam tiga nyuri-nyuri tidur sebelum praktik, sekarang full seharian,” ujar ayah dari lima anak ini.

Menurutnya, keluarganya sudah beradaptasi dengan kondisi saat ini yang tidak bisa sembarangan mendekatinya saat dia pulang bekerja serta harus merelakan waktu liburnya untuk berada di lab.

“Anak-anak saya bahkan yang paling kecil sudah paham kalau saya baru sampai di rumah mereka nggak ada yang deket saya dulu. Nunggu saya bersih-bersih baru bisa main bareng sama mereka,” ujarnya.

7. Tak pedulikan dana insentif

Kisah Nakes Lampung Curi Waktu Tidur hingga Seberangi Laut Antar PasienIlustrasi insentif (IDN Times/Arief Rahmat)

Baik Gofur mau pun dr Adit mengaku belum mendapat insentif COVID-19 tahun ini. Gofur bahkan lupa kapan terakhir kali mendapatkan insentif karena seingatnya pemberian insentif selalu dirapel dalam beberapa bulan.

"Untuk tahun ini belum dapet. Kalau tahun lalu sudah dapet aku lupa bulan berapa karena dirapel gitu beberapa bulan dijadikan satu," ujarnya.

Sementara itu dr Adit menjelaskan, terakhir kali dana insentif diberikan pada Juli 2020 lalu. Namun pihaknya tak mempersoalkan dana insentif tersebut.

"Saya udah gak mikirin lagi terserah, udah pasrah. Kita gak tau juga ngadunya ke siapa. Temen-temen juga bilang ya udah kalau dikasih bonus ya kita kan tetap kerja juga," katanya

8. Eva Dwiana akan beri reward untuk tenaga medis

Kisah Nakes Lampung Curi Waktu Tidur hingga Seberangi Laut Antar PasienWali Kota Bandar Lampung Eva Dwiana saat diwawancara awak media usai rapat paripurna (IDN Times/Silviana)

Wali Kota Bandar Lampung, Eva Dwiana, mengatakan, akan segera menindaklanjuti persoalan dana insentif yang belum diberikan tersebut. Bahkan pihaknya akan memberi reward kepada tenaga medis di Kota Bandar Lampung.

"Kita akan beri prioritas kepada tenaga kesehatan. Selama mereka sakit akan kita bantu karena mereka sudah luar biasa melakukan yang terbaik untuk masyarakat. Nanti kita data dan akan kita bicarakan dengan DPRD," paparnya.

Eva juga memohon kepada masyarakat Kota Bandar Lampung agar bisa bekerja sama dengan baik dalam menghadapi pandemik ini. "Bunda berharap sekali ya, kita mau zona hijau ini kalau cuma bunda sama DPRD gak akan bisa," harapnya.

Baca Juga: 18.840 Vaksin COVID-19 Tiba, Sasar Petugas Pelayanan Publik Lampung

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya