Inflasi Lampung Januari 2021 Lebih Tinggi dari Nasional dan Sumatera

Dipicu peningkatan tekanan harga pada sub kelompok makanan

Bandar Lampung, IDN Times - Di tengah pandemik COVID-19 saat ini faktor penentu inflasi lebih condong pada leningkatan jumlah permintaan jenis barang namun stok atau supply terbatas.

Hal itu disampaikan Kepala Peneliti Bidang Ekonomi di Central for Urban and Regional Studies, Erwin Octavianto saat dikonfirmasi terkait inflasi awal 2021 Provinsi Lampung. Menurutnya, lonjakan harga yang tinggi tapi tidak dibarengi pendapatan masyarakat yang meningkat justru akan membahayakan ekonomi daerah.

"Namun melihat pergerakannya saat ini masih wajar dan terkendali (inflasi). Karena YOY (year on year atau perbandingan tahunan) masih 1,87 persen  (inflasi Januari 2021). Artinya tidak ada lonjakan harga yang fantastis," jelas Erwin, Kamis (4/2/2021).

Ia menambahkan, kondisi tersebut justru harus dipertahankan. Hal ini merujuk pada kondisi pertumbuhan ekonomi yang masih rendah, dan sedang tahap pemulihan.

Untuk itu Erwin menilai, mempertahankan inflasi yang rendah ini sangat penting untuk menjaga stabilitas harga barang. Itu lantaran, pendapatan masyarakat saat ini menurun akibat adanya pandemik COVID-19.

1. Faktor kenaikan inflasi

Inflasi Lampung Januari 2021 Lebih Tinggi dari Nasional dan SumateraIlustrasi makanan di restoran mewah (IDN Times/Fitang Budhi Adhitia)

Berdasarkan pemaparan Erwin, faktor kenaikan harga barang terus menerus atau inflasi secara umum disebabkan oleh meningkatnya jumlah permintaan (demand) pada suatu jenis barang tertentu. Saat permintaan naik, namun stok atau suplai terbatas, pasti akan terjadi lonjakan harga.

Kemudian biaya produksi sebuah barang atau jasa mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan karena terjadi peningkatan harga bahan baku maupun upah pekerja. Dari situlah, produsen akan mengambil tindakan mengerek harga jual barang atau jasa.

Merujuk pada hasil pantauan Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI), di antara sembilan kelompok jenis barang mengalami inflasi, yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau, pendidikan, kesehatan, perawatan pribadi dan jasa lainnya, pakaian dan alas kaki, informasi, komunikasi, dan jasa keuangan dan lain-lain.

Kelompok barang ini menjadi terdampak inflasi pada masa pandemik. Hal ini dikarenakan kondisi ekonomi yang masih lesu, kemudian peningkatan kebutuhan akan pangan, kesehatan, dan pendidikan.

"Sementara mobilisasi terbatas sehingga supply barang tersebut terhambat, sehingga menimbulkan Inflasi," papar Erwin.

Baca Juga: BI Lampung: Inflasi 2021 Balam dan Metro 3 Plus Minus Satu Persen

2. Langkah-langkah pengendalian inflasi

Inflasi Lampung Januari 2021 Lebih Tinggi dari Nasional dan SumateraKepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Budiharto Setyawan (IDN Times/Istimewa)

Dalam rangka mengantisipasi beberapa risiko, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung membuat program pengendalian inflasi yang konkrit. Tujuannya, menjaga inflasi tetap rendah dan stabil di antaranya, memastikan keterjangkauan harga cara melakukan pemantauan harga harian dan perbandingan harga dengan daerah lain

Program lainnya, memastikan ketersediaan pasokan sebagai antisipasi lonjakan permintaan akibat optimisme masyarakat akan adanya vaksin COVID-19.

Kepala Kantor Perwakilan BI Provinsi Lampung, Budiharto Setyawan, mengatakan, lonjakan permintaan barangperlu diwaspadai dengan memastikan ketersediaan pasokan agar tidak meningkatkan tekanan kenaikan harga.

"Untuk itu, TPID provinsi/kabupaten/kota perlu meningkatkan intensitas koordinasi. Salah satunya melalui Kerjasama Antar Daerah (KAD) dalam hal pemenuhan komoditas pangan strategis menghadapi risiko kenaikan harga," papar Budi sapaan akrabnya.

Ia menambahkan, pengendalian inflasi lainnya berupa memastikan kelancaran distribusi melalui TPID dan Satgas Pangan. Caranya, melakukan koordinasi untuk memastikan kembali kecukupan pasokan dan kelancaran akses distribusi bahan pokok.

Selain untuk menjaga stabilitas harga, kelancaran distribusi dapat memudahkan petani memasarkan produk dan mendapatkan harga yang wajar. Terakhir meningkatkan komunikasi efektif terkait ketersediaan pasokan dan upaya pemerintah dalam pemenuhan pasokan perlu disampaikan oleh Pemerintah Daerah untuk menjaga ekspektasi positif bagi masyarakat dan menjaga stabilitas harga.

3. Lebih tinggi dibanding nasional dan Sumatera

Inflasi Lampung Januari 2021 Lebih Tinggi dari Nasional dan SumateraKomoditi pangan, cabai merah (ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman)

Berdasarkan catatan BI Provinsi Lampung, tekanan inflasi merujuk Indeks Harga Konsumen (IHK) wilayah setempat periode Januari 2021 meningkat sebesar 0,76 persen month to month (mtm). Itu lebih tinggi dibandingkan realisasi inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,66 persen (mtm), namun lebih rendah dari rata-rata inflasi Januari tiga tahun terakhir sebesar 0,80% (mtm).

Jika merujuk perbandingan inflasi bulanan nasional dan Sumatera, Inflasi Provinsi Lampung 0,76 persen itu lebih tinggi masing-masing 0,25 persen (mtm) dan 0,52 peren (mtm).

Secara tahunan (yoy), inflasi Provinsi Lampung tercatat sebesar 1,78 persen (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional diangka 1,55% namun lebih rendah dari inflasi Sumatera sebesar 1,88 persen.

Secara spasial, dibandingkan 90 kota perhitungan inflasi nasional, inflasi Kota Bandar Lampung dan Kota Metro Januari 2021 tergolong relatif tinggi dan masing-masing menempati urutan ke-9 dan ke-23.

4. Kelompok makanan andil terbesar

Inflasi Lampung Januari 2021 Lebih Tinggi dari Nasional dan SumateraIlustrasi Pasar (IDN Times/Besse Fadhilah)

Dilihat dari sumbernya, tekanan inflasi Januari 2021 dipicu peningkatan tekanan harga pada sub kelompok makanan dengan andil sebesar 0,52 persen (mtm) dan sub kelompok pendidikan dengan andil sebesar 0,07% (mtm).

Beberapa komoditas penyumbang inflasi terbesar antara lain cabai rawit, cabai merah, tempe, bimbingan belajar dan beras dengan andil masing-masing sebesar 0,23 persen, 0,18 persen, 0,12 persen, 0,07 persen, dan 0,05 persen.

"Peningkatan tekanan inflasi, khususnya cabai rawit dan cabai merah disebabkan oleh terganggunya produksi di tengah meningkatnya curah hujan. Mengacu pada laporan BMKG periode Desember 2020, La Nina diperkirakan mempengaruhi kondisi cuaca Provinsi Lampung sejak Januari 2021 dan akan melemah pada Maret 2021." jelas Budi.

Menurutnya harga tempe juga naik dipengaruhi oleh meningkatnya bahan baku kedelai. Sementara itu, kenaikan harga beras terjadi seiring dengan berkurangnya pasokan pada periode tanam di beberapa daerah. Di sisi lain, kenaikan tarif bimbingan belajar merupakan penyesuaian tarif memasuki semester baru

Baca Juga: Desember 2020 Ekspor Lampung 395,5 Juta Dolar, Ini 10 Barang Utama Ekspor

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya