Hari Masyarakat Adat Sedunia, Millenials Lampung Khawatir Adat Punah

Indonesia berdiri atas semangat masyarakat adat

Bandar Lampung, IDN Times - Kamu sudah tahu belum kalau 9 Agustus adalah hari masyarakat ada sedunia?. Peringatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan melindungi hak-hak populasi masyarakat adat dunia.

Acara ini juga mengakui pencapaian dan sumbangan yang masyarakat adat buat untuk memperbaiki isu-isu dunia, seperti perlindungan lingkungan.

Tapi bagaimana ya kondisi masyarakat adat di Lampung saat ini ya? Berikut IDN Times rangkum pendapat dari tokoh pemuda adat Lampung dan millenials suku Lampung.

1. Indonesia berdiri atas semangat masyarakat adat

Hari Masyarakat Adat Sedunia, Millenials Lampung Khawatir Adat PunahAcara adat sekura Lampung Barat (Instagram.com/Dedioktawijaya)

Menurut Bima Novian Zurlan selaku tokoh pemuda kerajaan adat Paksi Pak Sekala Brak, peringatan hari masyarakat adat dunia menjadi salah satu bentuk perlindungan terhadap hak hak masyarakat adat itu sendiri.

Menurutnya, tanpa disadari khususnya di Lampung dan Indonesia pada umumnya, rakyat ini adalah mereka yang disebut dengan masyarakat adat.

"Jadi Indonesia ini berdiri juga atas semangat masyarakat adat yang ingin merdeka," kata Bima Novian kepada IDN Times, Senin (9/8/2021).

2. Tidak menghilangkan nilai kearifan lokal dan identitas

Hari Masyarakat Adat Sedunia, Millenials Lampung Khawatir Adat PunahInstagram.com/bima_novian

Alumni Universitas Lampung itu mengatakan, masyarakat adat khususnya Provinsi Lampung, hidup dan berkembang di masing-masing wilayah adatnya.

"Seperti saya sendiri meski saya lahir dan dibesarkan di wilayah adat Kerajaan Paksi Pak Sekala Brak yang saat ini masuk Kabupaten Lampung Barat tapi kami tidak menghilangkan nilai-nilai kearifan lokal dan identitas kami sebagai masyarakat adat," terangnya.

Bima menyampaikan, banyak yang harus diperjuangkan dari masyarakat adat saat ini, bukan hanya pengakuan saja. Tapi juga hak-hak sebagai masyarakat adat harus mendapat legalitas.

"Seperti misalnya legalitas tanah adat, hutan adat, legalitas peninggalan sejarah, dan mendaftarkan adat Lampung sebagai warisan budaya tak benda," ungkapnya.

3. Perlunya legalitas masyarakat adat

Hari Masyarakat Adat Sedunia, Millenials Lampung Khawatir Adat PunahTari Tradisional Lampung Melinting (Instagram.com/sanggar tapis berseri)

Menurutnya upaya legalitas untuk masyarakat adat itu harus didukung penuh oleh pemerintah, karena yang mengeluarkan kebijakan tersebut adalah pemerintah.

Sebagai masyarakat adat Bima berharap perhatian dari pemerintah terkait hak-hak masyarakat adat saat ini. Agar ke depannya nilai-nilai yang selama ini diwariskan dan dijaga oleh masyarakat adat di Lampung akan tetap lestari.

4. Perlunya pengenalan adat Lampung pada generasi muda

Hari Masyarakat Adat Sedunia, Millenials Lampung Khawatir Adat PunahNuwo sesat adat Lampung (dekoruma)

Fitria Wulandari, millenial lahir di Lampung dan bersuku Lampung cukup khawatir acara adat dan budaya Lampung 10-20 tahun mendatang akan punah atau dilupakan. Menurutnya itu tergambar dari kondisi saat ini di setiap daerah di Lampung melestarikan adat budaya Lampung.

Menurutnya masyarakat saat ini lebih memilih hal-hal yang simple sebab acara adat sering dianggap memakan waktu, menguras tenaga dan menggunakan biaya cukup banyak.

"Tapi di kampung saya di Lampung Utara, Desa Bumi Makmur masih sering ada acara Begawi dan Cangget Muli Mekhanai," bebernya.

Senada dengan Bima, Fitria juga berharap pemerintah atau pengurus adat di daerah lebih giat lagi melestarikan dan mengampanyekan budaya-budaya Lampung yang hampir punah. Setidaknya generasi millenial tahu dan tidak buta dengan budaya adat istiadat.

"Kalau bisa dibikin buku yang banyak, sehingga mudah buat didapat itu buku. Selalu di update dan diperkenalkan ke generasi penerus sama jadi mata pelajaran wajib terkait sejarah Lampung, jangan hanya fokus sama aksara atau bahasa saja," terangnya.

5. Gelaran adat di desa mulai luntur

Hari Masyarakat Adat Sedunia, Millenials Lampung Khawatir Adat PunahProsesi mosok adat Lampung Pepadun, memberikan suapan kepada kedua mempelai (Web/Widrializa)

Di Kabupaten Lampung Selatan khususnya di Desa Bulok, Deny juga mengatakan gelaran adat di daerahnya sudah luntur. Hal itu lantaran masyarakat menilai acara adat memakan biaya cukup banyak.

"Kecuali dia ada keturunan raja baru biasanya diadain, Itupun kalau keluarganya mau dan sanggup," kata Deny.

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya