Gelombang Panas Sampai Lampung, Suhu Mencapai 38 Celcius!

Kenaikan suhu dipengaruhi musim kemarau dan pemanasan global

Intinya Sih...

  • Gelombang panas mencapai wilayah Lampung, suhu maksimum diprediksi mencapai 38°C pada Mei 2024
  • Penyebab gelombang panas adalah musim kemarau dan pemanasan global yang menyebabkan peningkatan suhu udara secara ekstrem
  • BMKG Lampung menggarisbawahi pentingnya kerja sama global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan beradaptasi dengan dampak perubahan iklim

Bandar Lampung, IDN Times - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Provinsi Lampung menyebut Gelombang Panas mencapai wilayah Lampung.  Berdasarkan data model NWP, suhu maksimum diprediksi terjadi di wilayah Lampung pada Mei 2024 adalah 38 derajat Celcius.

Itu berpotensi terjadi pada 17-20 Mei 2024 mendatang di wilayah Lampung Utara, Lampung Tengah, Tulang Bawang Barat, Tulang Bawang, Way Kanan dan Mesuji.

Namun, untuk periode tanggal 8-16 Mei 2024 suhu maksimum terjadi di wilayah Lampung diprediksi pada rentang 36-37 derajat Celcius. Gelombang panas yang terjadi tidak secara langsung berdampak terhadap wilayah Lampung, namun peningkatan suhu ini dipengaruhi oleh musim kemarau yang berlangsung dan juga pemanasan global yang masih terus terjadi sampai saat ini.

Baca Juga: Periode April 2024, Lampung Diguncang 28 Kejadian Gempa Bumi

1. Penyebab gelombang panas bermacam-macam

Gelombang Panas Sampai Lampung, Suhu Mencapai 38 Celcius!ilustrasi panas terik (pexels.com/A M)

Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mendefinisikan gelombang panas sebagai periode di mana suhu maksimum harian melebihi selama lebih dari lima hari berturut-turut suhu maksimum normal dengan selisih 9 derajat Fahrenheit (5 derajat Celcius), dibandingkan dengan kondisi normalnya.

Penyebab gelombang panas bisa bermacam-macam, tetapi seringkali dikaitkan dengan fenomena cuaca yang disebut "blocking pattern". Pola tekanan udara tinggi terperangkap di atas suatu wilayah untuk jangka waktu yang lama, menghambat aliran udara yang normal.

Hal ini dapat menyebabkan suhu udara terus meningkat tanpa adanya aliran udara baru membawa udara lebih dingin.

2. Dampak perubahan iklim

Gelombang Panas Sampai Lampung, Suhu Mencapai 38 Celcius!ilustrasi global warming (unsplash.com/Matt Palmer)

BMKG Lampung juga menjelaskan dampak perubahan iklim dapat memengaruhi frekuensi dan intensitas gelombang panas. Dalam beberapa dekade terakhir, telah terjadi peningkatan kejadian gelombang panas ekstrem di berbagai belahan dunia,  diyakini sebagai dampak dari pemanasan global dan perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia.

Tak hanya itu, perubahan iklim berkaitan erat dengan peningkatan kejadian dan intensitas blocking pattern dalam beberapa dekade terakhir. Ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya, perubahan Suhu Permukaan Laut.

Pemanasan global telah menyebabkan peningkatan suhu permukaan laut di berbagai wilayah. Suhu laut yang lebih tinggi dapat memengaruhi pola aliran jet, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi pembentukan pola blokade.

Faktor lainnya adalah Perubahan Jet Stream, yaitu aliran angin kuat di atmosfer atas yang berperan penting dalam membawa sistem cuaca di seluruh dunia. Perubahan iklim dapat memengaruhi pola aliran jet, yang dapat mengakibatkan pembentukan blocking pattern yang lebih persisten dan intens.

Lalu, Peningkatan Kelembaban Atmosfer. Pemanasan global juga dapat meningkatkan kelembaban atmosfer. Kelembaban yang lebih tinggi dapat memengaruhi pembentukan awan dan pola cuaca, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi blocking pattern.

Serta interaksi dengan pola cuaca ekstrem lainnya. Perubahan iklim juga dapat mempengaruhi interaksi antara pola cuaca ekstrem lainnya, seperti El Niño dan La Niña, Interaksi ini dapat memperkuat atau melemahkan pembentukan blocking pattern.

3. Langkah utama atasi pemanasan global

Gelombang Panas Sampai Lampung, Suhu Mencapai 38 Celcius!ilustrasi hutan yang gundul karena penebangan liar (unsplash.com/Collab Media)

BMKG Lampung menyebut, untuk mengatasi pemanasan global ini membutuhkan kerja keras dan kerjasama global dari berbagai sektor, termasuk pemerintah, industri, masyarakat sipil, dan individu. Beberapa langkah yang harus segera dilakukan di antaranya, mengurangi emisi gas rumah kaca.

Langkah utama adalah mengurangi emisi gas rumah kaca, terutama karbon dioksida (CO2) yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil. Ini dapat dicapai dengan beralih ke sumber energi terbarukan seperti energi matahari, angin, dan air, serta meningkatkan efisiensi energi.

Kemudian, meningkatkan efisiensi energi di berbagai sektor, termasuk industri, transportasi dan bangunan, dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca.

Lalu, perlindungan hutan dan lahan basah karena berperan penting dalam menyerap karbon dari atmosfer. Melindungi hutan dan memulihkan lahan basah dapat membantu mengurangi emisi serta meningkatkan penyerapan karbon.

4. Jangan lupa mempersiapkan diri dan adaptasi dengan dampak perubahan iklim

Gelombang Panas Sampai Lampung, Suhu Mencapai 38 Celcius!Ilustrasi perubahan iklim (unsplash.com/Matt Palmer)

Selanjutnya, kamu juga bisa melakukan pengelolaan limbah dengan baik, termasuk mengurangi limbah organik yang membusuk dan menghasilkan metana, dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca.

Tak kalah penting adalah, meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya mengurangi jejak karbon mereka dan mengadopsi gaya hidup yang berkelanjutan dapat membantu mengurangi emisi secara keseluruhan.

Upaya lainnya adalah kerjasama internasional dalam pengembangan teknologi bersih, pertukaran pengetahuan dan dukungan keuangan untuk negara-negara berkembang dapat membantu mengatasipemanasan global secara efektif.

Selain upaya untuk mengurangi emisi, penting juga untuk mempersiapkan diri dan beradaptasi dengan dampak perubahan iklim yang sudah tidak terhindarkan. Ini termasuk mengembangkan infrastruktur tahan iklim, meningkatkan sistem peringatan dini dan mengurangi kerentanan terhadap bencana alam yang terkait dengan pemanasan global.

Baca Juga: Berat! Calon Kepala Daerah Independen di Lampung Bakal Sepi Peminat

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya