Cerita Warga Lampung Tengah Kembangkan Teknologi Biogas

Ramah lingkungan dan hemat kantong

Gunung Sugih, IDN Times -  Di era modernisasi saat ini, peran perempuan tidak hanya sebagai penggerak ekonomi keluarga namun telah bertransformasi menjadi penggerak ekonomi bangsa.

Salah satunya dilakukan kelompok-kelompok wanita tani yang tergabung dalam Asosiasi Wanita Tani. Mereka mengembangkan konsep ramah energi, dimana fasilitas yang tersedia panel 1.000 watt surya untuk penerangan dan dapur yang dilengkapi instalasi biogas.

Berikut IDN Times rangkum cerita mereka. 

1. Kembangkan desa energi berdikari

Cerita Warga Lampung Tengah Kembangkan Teknologi BiogasIDN Times/Gregorius Aryodamar P

Kelompok wanita tersebut baru saja meresmikan rumah binaan yaitu Aula ASKOWANI, yang dijadikan sebagai rumah percontohan biogas dan sebagai rumah display untuk produk-produk UMKM.

Berada di Kabupaten Lampung Tengah, pengembangan desa berdikari meliputi 40 unit teknologi biogas dan 40 unit instalasi cocok tanam rumah hidroponik untuk 40 rumah tangga yang terdiri dari 166 anggota keluarga penerima manfaat.

2. Mendukung pembangunan berkelanjutan

Cerita Warga Lampung Tengah Kembangkan Teknologi BiogasPinterest

Tujuannya untuk menciptakan kemandirian energi, pelestarian lingkungan, ketahanan pangan, peningkatan perekonomian keluarga, dan pemberdayaan masyarakat untuk pemanfaatan energi terbarukan berbasis masyarakat.

Selain itu, pembangunan rumah biogas yang terintegrasi dengan penerapan cocok tanam hidroponik rumahan juga sebagai upaya mendukung pemerintah daerah mencapai target pembangunan berkelanjutan.

Baca Juga: Ratusan Rumah Terdampak Puting Beliung, Pertamina Donasi Sembako

3. Banyak manfaat ditawarkan teknologi biogas

Cerita Warga Lampung Tengah Kembangkan Teknologi Biogashttps://www.google.com/img

Unit pembangunan biogas ini menghasilkan energi terbarukan yang dapat menjadi alternatif bahan bakar memasak penggunaan LPG subsidi 3 Kg. Sekaligus pemanfaatan ampas biogas atau biasa disebut  bio-slurry the scale house of the fromedance pangan keluarga.

Berbagai manfaat yang ditawarkan oleh teknologi biogas tak hanya gasnya yang digunakan untuk memasak. Bio-slurry juga dapat digunakan sebagai pupuk alami dalam bentuk cair maupun padat.

Sebab, kaya akan nutrisi dan mikroba probiotik yang memiliki keunggulan dalam pembenahan struktur tanah dan meningkatkan kesuburan tanah. Sehingga berdampak kepada kualitas dan kuantitas hasil panen.

Selain itu, program ini berkontribusi untuk pencapaian lapangan pekerjaan dan pelayanan serta peningkatan ekonomi masyarakat.

4. Biaya dikeluarkan lebih hemat dalam jangka waktu satu bulan

Cerita Warga Lampung Tengah Kembangkan Teknologi BiogasIlustrasi Uang (IDN Times/Arief Rahmat)

Selama lebih dari tiga bulan program telah berjalan, dampak signifikan yang didapatkan oleh penerima manfaat program adalah peningkatan ekonomi keluarga.

Tercatat, penghematan pengeluaran untuk tiga tabung LPG Subsidi 3 Kg senilai hingga Rp75 ribu per bulan untuk satu keluarga. Kemudian penghematan dengan menanam sayur untuk konsumsi keluarga yang dihasilkan dari hidroponik sekitar Rp150 ribu per bulan untuk satu keluarga. Total penghematan senilai Rp225 ribu per bulan untuk satu keluarga. 

Tak hanya itu, program ini telah membuka lapangan pekerjaan baru untuk 33 orang tenaga kerja untuk pembangunan biogas dan 6 orang tenaga kerja untuk instalasi cocok tanam hidroponik rumahan.

Selain itu, dengan mendapatkan pupuk gratis bio-slurry penerima manfaat dapat menggunakannya untuk lahan pertanian sendiri senilai 450 Kg per bulan atau peluang usaha penjualan kembali bio-slurry senilai Rp675 ribu per keluarga dalam satu bulan.

5. Manfaat dirasakan warga

Cerita Warga Lampung Tengah Kembangkan Teknologi BiogasIDN Times/Istimewa

Khasanah salah satu penerima manfaat program energi berdikari, berharap energi terbarukan biogas dapat terus dikembangkan sehingga lingkungan menjadi lebih bersih dan tersedianya gas untuk memasak setiap waktu.

Biasanya, Khasanah menggunakan gas LPG 3 Kg, dua hingga tiga tabung per bulannya untuk keperluan memasak di rumah. Setelah adanya biogas, dia sama sekali tidak menggunakan LPG 3 Kg untuk kebutuhan sehari-hari.

"Saya mengembangkan bio-slurry untuk menanam sayuran dan untuk memenuhi pakan lele sehingga dapat meningkatkan ekonomi keluarga, karena dapat mengurangi biaya pupuk dan pakan,” jelasnya.

Senada dengan Khasanah, warga lainnya Masrokah juga merasakan manfaat biogas ini. Menurutnya pengeluaran untuk token listrik lebih hemat. Jika biasanya Rp50 ribu untuk 14 hari, saat ini bisa sampai 20 hari.

Manfaat lain yang dirasakan warga adalah menghemat pengeluaran untuk pupuk sayuran. Jupri misalnya, biasanya harus membeli pupuk kimia seharga Rp75 ribu untuk satu tanaman. Saat ini sudah tidak lagi sebab menggunakan biogas.

"Hasil sayuran saya gunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan saya jual juga,” ujarnya.

Baca Juga: Hore! Diskon BBM Pertalite Seharga Premium Terealisasi di Lampung

6. Program biogas memiliki potensi besar

Cerita Warga Lampung Tengah Kembangkan Teknologi BiogasIDN Times/Istimewa

Terkait dengan Sustainable Development Goals (SDGs) atau Target Pembangunan Berkelanjutan (TPB), melalui program ini PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region (MOR) II mendukung pemerintah daerah dalam pencapaian TPB 2, 7, 8, dan 13. Itu adalah ketahanan pangan, energi bersih dan terjangkau, mendorong pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, serta penanganan perubahan iklim.

Arya Dwi Paramita, VP CSR & SMEPP Management berharap program ini dapat terus berjalan dan mampu berkembang karena memiliki potensi yang besar untuk pengembangan energi terbarukan berbasis masyarakat.

"Kami berterima kasih karena program ini mendapat dukungan yang besar dari Pemerintah Daerah sehingga kemandirian masyarakat bersama-sama dapat terus kita kembangkan,” ujarnya saat melakukan kunjungan langsung ke Lampung Tengah, Rabu (10/3/2021).

7. Kontribusi Pertamina penanganan perubahan iklim

Cerita Warga Lampung Tengah Kembangkan Teknologi BiogasIDN Times/Istimewa

Sebagai bukti komitmen Pertamina untuk terus mengembangkan mitra binaannya, strategi yang dilakukan untuk keberlanjutan program yakni pelatihan pengoperasian dan pemeliharaan teknologi biogas rumah.

Kemudian, perbaikan reaktor biogas dan penggantian apliansi dilaksanakan oleh Biogas Service Center (BSC) setempat, serta pelatihan pemanfaatan dan pengolahan bio-slurry untuk pertanian berkelanjutan.

Dengan profil penerima manfaat yang berprofesi sebagai peternak dan petani, pemanfaatan bio-slurry untuk instalasi cocok tanam rumahan hidroponik begitu tepat guna.

Selain itu program energi berdikari merupakan salah satu kontribusi Pertamina dalam penanganan perubahan iklim (TPB 13) dengan penurunan gas emisi sekitar 2,6 ton CO2e per reaktor per tahun atau setara dengan total 104 ton CO2e per tahun dari 40 unit biogas terbangun.

Baca Juga: Taman Gita Persada Berhasil Konservasi 191 Spesies Kupu-kupu Sumatera

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya