Cerita Mahasiswa Palestina di Lampung, Rindu Masakan Ibu

Ingin ke Palestina, tapi bakal sulit kembali ke Indonesia

Bandar Lampung, IDN Times - Jauh dari keluarga menjadi momen cukup menyedihkan bagi anak rantau. Apalagi jika jarak terbentang bukan hanya beda daerah tapi beda negara. Seperti dirasakan salah satu mahasiswa asal Palestina, Mohammad Zyad Shorafa, yang sedang menjalani kuliah di Universitas Lampung (Unila).

Selain pandemik COVID-19, konflik tengah terjadi antara Palestina dan Israel saat ini membuatnya tak bisa pulang menemui keluarganya.

Menurut Mohammad, jika kembali ke Palestina akan sulit untuk kembali lagi ke Indonesia di tengah kondisi saat ini. Sementara masa kuliahnya di Jurusan Ilmu Komputer Unila masih sekitar 1,5 tahun lagi.

IDN Times berkesempatan mewawancara Mohammad Zyad secara khusus. Yuk simak selengkapnya di bawah ini.

1. Tidak bisa memilih universitas

Cerita Mahasiswa Palestina di Lampung, Rindu Masakan IbuKampus Universitas Lampung (Unila). (IDN Times/Silviana).

Menuntut ilmu hingga ke Provinsi Lampung tak pernah dibayangkan oleh sulung dari enam bersaudara ini. Menurutnya ia tak tahu sama sekali jika di Indonesia ada daerah bernama Lampung.

"Bukan saya yang pilih di Unila. Dari kementerian di Palestina Gaza yang pilihkan beasiswa saya ke sini. Saya tak bisa pilih sendiri," cerita Mohammad kepada IDN Times.

Sementara jurusan Ilmu Komputer yang ia pilih memang menjadi keinginannya saat mendaftar. "Saya lihat masa depan dunia ini di pemograman komputer," ujarnya.

Saat mencari tahu tentang Indonesia, ia melihat banyak orang muslim tinggal di negara ini, hal itu kemudian menjadi salah satu motivasinya datang ke Indonesia.

"Tetang orang muslim paling banyak ada di Indonesia jadi bisa betah di sini. Orang suka Palestina banyak di Indonesia juga," ujarnya.

2. Cara Mohammad menyesuaikan diri di Lampung

Cerita Mahasiswa Palestina di Lampung, Rindu Masakan IbuMohammad Zyad Shorafa saat ditemui di kediamannya (IDN Times/Silviana)

Mohammad mengatakan ada banyak kesulitan ia dapat saat tahun pertama berada di Lampung, salah satunya bahasa. Namun ia bersyukur, dosen dan teman-teman di kampusnya banyak membantu. Selain itu ia juga belajar Bahasa Indonesia melalui YouYube.

"Karena mereka suka orang Palestina. Sampai sekarang mereka selalu bantu saya dan apa yang saya butuh mereka siap selalu," ceritanya.

Selain bahasa, makanan juga menjadi hal sulit disesuaikan oleh Mohammad. Sehingga ia memilih untuk memasak sendiri karena hanya beberapa makanan Indonesia yang bisa diterima lidahnya.

"Saya tahu tentang makanan Indonesia tidak sesuai dengan lidah kita. Kita masak sama kaya kalian tapi bumbu dan caranya berbeda. Tapi saya suka rendang," terangnya.

Baca Juga: Gema Takbir Masyarakat Muslim di Lampung Dukung Palestina

3. Banyak mendapat tawaran endorse

Cerita Mahasiswa Palestina di Lampung, Rindu Masakan IbuPotret Mohammad saat mengunjungi Pantai Gigi Hiu di Lampung (Instagram.com/Mohammad.Shorafaa

Selama kuliah, Mohammad tak hanya menghabiskan waktu untuk belajar di kampus saja. Ia banyak melakukan aktivitas di luar kampus terutama menekuni hobinya berolahraga. Ia bahkan mendapat banyak tawaran endorse dari beberapa brand baju di Lampung dan tempat-tempat pariwisata.

"Saya mau beli baju, dia lihat saya terus tanya saya dari mana terus ngobrol nawarin endorse. Ya sudah saya terima. Tapi Saya cuma mau endorse di sini. Kalau di Palestina saya tidak mau, malu. Karena di sini saya beda tidak ada teman asli," ujarnya.

Sedangkan untuk tempat wisata Mohammad mengaku sudah mengunjungi 12 air terjun baik di Lampung mau pun luar Lampung.

"Semua wisata bagus karena di Gaza Palestina tidak ada seperti ini. Saya ke pantai juga banyak karena dapet banyak endorse dari tempat wisata. Jadi saya sering pergi," kata Mohammad.

4. Rindu adik kecil dan masakan ibu

Cerita Mahasiswa Palestina di Lampung, Rindu Masakan IbuIlustrasi Keluarga (IDN Times/Mardya Shakti)

Saat ditanya terkait keluarga di Gaza Palestina, Mohammad nampak gelisah dan tidak merasa nyaman. Itu karena ia ingin sekali pulang ke Palestina menemui keluarganya.

Bahkan saat ditanya apakah selama di Lampung merasa betah, ia menjawab Alhamdulilah mau pulang. Menurutnya ia sangat merindukan adik paling kecilnya berusia enam tahun.

Selain itu ia juga merindukan masakan-masakan ibunya yang sudah dua tahun tidak ia rasakan. "Semua makanan ibu saya masak favorit, semuanya karena sudah lama semua tidak makan," kenangnya.

5. Rumah di Gaza sudah hancur

Cerita Mahasiswa Palestina di Lampung, Rindu Masakan IbuInstagram/amarselan

Namun Mohammad terlihat lega mendengar kabar keluarganya dalam kondisi baik di Gaza. Meski kondisi rumahnya sudah hancur sehingga keluarganya harus pindah rumah.

"Dari saudara lain ada dua orang yang luka tapi tidak bahaya," tuturnya.

Saat ini ia mengaku sangat ingin segera kembali berkumpul dengan keluarganya karena merasa tidak tenang mendengar kabar setiap harinya ratusan orang meninggal di sana.

"Setiap lihat kabar saya takut ada nama keluarga saya. Saya mau pulang karena tidak mau jauh sama keluarga. Kalau mau meninggal kita semua, jangan tinggalkan saya," ungkapnya.

Baca Juga: Cerita Mahasiswa Palestina di Lampung, Rumah di Gaza Diserang Israel

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya