Buruh Migran Lampung Disiksa, Dampak Sistem Migrasi Tak Aman 

Pekerja migran dari Lampung mayoritas perempuan

Bandar Lampung, IDN Times - Momentum hari buruh sedunia 2023, Solidaritas Perempuan Sebay Lampung (SPSL) bersama perempuan buruh migran di Lampung, akan menggelar Talkshow bertajuk "Migran Perempuan Berjuang untuk Hak Asasi Manusia dan Keadilan Migrasi". 

Acara tersebut akan berlangsung 12 Mei 2023 pukul 09.00 WIB sampai selesai, di Cafe Kopi Legend, Jalan Pagar Alam No 102, Gang PU Segala Mider, Bandar Lampung.

Ketua SPSL, Armayanti Sanusi menyampaikan, acara tersebut akan menghadirkan perempuan buruh buruh migran telah kembali ke desa sebagai narasumber serta akademisi dan aktivis di Lampung sebagai penanggap.

1. Lampung jadi provinsi terbesar ke lima penempatan pekerja migran

Buruh Migran Lampung Disiksa, Dampak Sistem Migrasi Tak Aman Ilustrasi pekerja migran Indonesia (PMI). (ANTARA FOTO/Reza Novriandi)

Armayanti menyampaikan, SPSL menangani isu pemenuhan hak perempuan buruh migran di provinsi Lampung sejak 1999. Pada 2022 SPSL memperkuat 475 perempuan buruh migran dan anggota keluarganya memperjuangkan keadilan dan pelanggaran hak akibat dampak sistem migrasi tidak aman.

Menurutnya, Lampung merupakan provinsi terbesar kelima penempatan pekerja migran. Berdasarkan data Badan Pelindungan Pekerja Migran Insonesia (BP2MI) Lampung, Mei 2022 penempatan pekerja migran sebanyak 11.023.

Rinciannya, pekerja migran laki-laki 3.987 sekitar 36 persen dan pekerja migran perempuan 7.036 atau 64 persen pada sektor formal dan informal dengan lima negara penempatan tertinggi seperti Hong Kong, Taiwan, Singapura, Korea Selatan dan Italia.

Baca Juga: Cek! Ini 15 Ruas Jalan Rusak Lampung Diperbaiki Sesuai Janji Jokowi

2. Rentan alami kasus penyiksaan

Buruh Migran Lampung Disiksa, Dampak Sistem Migrasi Tak Aman IDN Times/Sukma Shakti

Lebih lanjut pihaknya menjelaskan, pekerja migran asal Lampung Timur merupakan kabupaten tertinggi pengiriman penempatan, berdasarkan data dari Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indoneia (BP3TKI) Lampung.

Totalnya ada 5.469 pekerja pada sektor informal, 10 laki-laki dan 3.794 merupakan perempuan. Sedangkan pada sektor formal sebanyak 1.665 pekerja.

Sementara itu, data penanganan kasus Solidaritas Perempuan Sebay Lampung tahun 2022 terdapat 7 kasus di antaranya 1,17 persen pemerkosaan, 2,29 persen hilang kontak dan 4, 57 persen perdagangan manusia.

"Pekerja migran di Lampung khususnya  bekerja di sektor domestik rumah tangga mayoritasnya perempuan," jelas Armayanti.

Menurutnya, dari data pemetaan masalah SPSL di 5 Desa Margototo, Sumber Gede, Sumber Agung, Margosari, Giri Kelopomulyo Kabupaten Lampung Timur, rentan mengalami kasus. Misalnya, penyiksaan, kekerasan fisik, seksual, eksploitasi jam kerja, gaji tidak dibayar, pemalsuan dokumen, trafficking, hilang kontak, penipuan, penahanan dokumen, hingga kematian di seluruh proses tahapan migrasi.

3. Penyebab masyarakat Lampung memilih bekerja di luar negeri

Buruh Migran Lampung Disiksa, Dampak Sistem Migrasi Tak Aman Ilustrasi pekerja migran Indonesia (PMI) (IDN Times/Athif Aiman)

Arma mengatakan, berbagai faktor ketidakadilan dan kekerasan berlapis dialami perempuan buruh migran di antaranya kebutuhan global dalam menyerap tenaga kerja dimanfaatkan oleh pemerintah untuk menempatkan buruh migran. Sekaligus sebagai strategi ketika lapangan pekerjaan di dalam negeri semakin sulit.

"Tapi berdasarkan fakta di komunitas yang didokumentasikan oleh SP, pilihan bekerja di luar negeri merupakan imbas dari hilangnya sumber kehidupan di desa dan situasi ekonomi semakin sulit. Hal ini diperparah dengan sistem pendidikan  masih tidak merata," jelasnya.

Bagi sebagian besar perempuan buruh migran, lanjutnya, negara-negara di kawasan Timur Tengah tetap menjadi pilihan karena dianggap lebih dekat secara budaya dan agama sehingga merasa lebih nyaman untuk bekerja di Arab Saudi maupun negara Timur Tengah lainnya.

Menurut Arma, anggapan ini merupakan kultur yang tidak dapat diubah dalam sekejap mata. Selain itu, modus dilakukan oleh agen perekrut dengan iming-iming atau menjanjikan sesuatu untuk memikat calon perempuan buruh migran juga menjadi faktor yang menentukan.

4. Bangun gerakan solidaritas suarakan nasib buruh migran

Buruh Migran Lampung Disiksa, Dampak Sistem Migrasi Tak Aman Aktivis buruh migran di Hong Kong asal Indonesia, Eni Lestari, menggambarkan pekerja migran yang isoman di tenda di taman Hong Kong (www.hongkongfp.com)

Arma berharap, adanya kegiatan talkshow tersebut dapat menyuarakan pengalaman ketidakadilan dan pelanggaran hak perempuan buruh migran dan anggota keluarganya, akibat migrasi tidak aman di seluruh tahapan migrasi.

Selain itu, membangun gerakan solidaritas untuk menyuarakan persoalan perempuan buruh migran asal Lampung Timur. 

"Bisa memperluas informasi dan menciptakan kesadaran masyarakat akan pentingnyamemperjuangkan kesetaraan dan keadilan bagi perempuan buruh migran," tandasnya.

Baca Juga: Fakta Baru Uang Ratusan Juta di Rekening Pelaku Penembakan Kantor MUI

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya