26 Desa di Tanggamus Masih Locus Stunting, Guru PAUD Ikut Pelatihan

Guru PAUD diharapkan menjadi leader bagi pencegahan stunting

Bandar Lampung, IDN Times - Kabupaten Tanggamus masih menjadi salah satu kabupaten kasus stunting tinggi di Indonesia. Sampai tahun 2021 terdapat 26 pekon/desa dari 9 kecamatan di wilayah setempat masih menjadi locus stunting.

Data itu disampaikan Febrilia Ekawati Direktur Eksekutif Yayasan Konservasi Way Seputih (YKWS). Fakta lain disampaikannya adalah baru 6 kabupaten/kota di Lampung sudah mendeklarasikan sebagai daerah Open Defecation Free (ODF) atau setop Buang Air Besar Sembarangan (BABS).

"Di Kabupaten Tanggamus baru 39 pekon yang sudah ODF atau 11,6 persen. "Sehingga masih ada sekitar 88 persen yang belum ODF dan harus kita selesaikan bersama-sama," kata Febri, Minggu (26/9/2021).

Baca Juga: Melongok 5 Hari Ops Patuh Krakatau Polres Tanggamus, Tak Ada Tilang

1. 20 guru ikut TOT

26 Desa di Tanggamus Masih Locus Stunting, Guru PAUD Ikut Pelatihancertybox.com

Merujuk kasus stunting di Tanggamus, YKWS menggelar Training of Trainers (TOT) rangkaian dari Program CERDAS (Cegah Stunting dari Rumah dan Sekolah) dihadiri 20 guru PAUD mewakili 20 kecamatan di kabupaten Tanggamus. Febri mengatakan, program TOT salah satu program peningkatan kualitas tenaga pendidik PAUD yang nantinya akan dijadikan trainers, untuk mengedukasi orangtua siswa atau pun lembaga pendidikan usia dini.

"Diharapkan program CERDAS dapat menjadi gerakan bersama sehingga pencegahan stunting di kabupaten Tanggamus dapat berjalan maksimal," harapnya.

Selain itu, setelah mengikuti TOT ini diharapkan peserta mampu menjadi leader bagi pencegahan stunting di kabupaten Tanggamus.

"TOT ini menjadi inisiasi bagi terbentuknya sinergi antara HIMPAUDI, IGRA dan IGTKI dengan Pemerintah Kabupaten Tanggamus," imbuh Febri.

2. Pentingnya gizi seimbang

26 Desa di Tanggamus Masih Locus Stunting, Guru PAUD Ikut Pelatihanpixabay.com/donateonedollar

Menurut Febri, stunting adalah kondisi anak memiliki tinggi badan tidak sesuai dengan usianya. Stunting dapat terjadi karena kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK).

Tak hanya itu, stunting juga disebabkan karena pola asuh yang salah, penyakit bawaan dan perilaku hidup bersih dan sehat yang kurang baik. Selain itu, sanitasi faktor sensitif  menyebabkan stunting pada anak.

Perilaku bersih dan sehat, pengolahan makanan dan minuman yang sehat, dan kebersihan lingkungan menjadi sangat penting bagi kesehatan anak.

Merujuk hal itu Febri menjelaskan, stunting pada anak usia dini perlu mendapat perhatian khusus. Itu karena menyebabkan buruknya kemampuan kognitif, terhambatnya pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan status kesehatan serta rendahnya produktivitas.

Untuk itu, intervensi melalui peningkatan pemahaman akan pentingnya konsumsi gizi seimbang, metode pengajaran di sekolah, pendidikan parenting, dan perilaku hidup sehat menjadi hal krusial.

3. STBM upaya pencegahan

26 Desa di Tanggamus Masih Locus Stunting, Guru PAUD Ikut PelatihanIDN Times/Istimewa

Kepala Seksi Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Tanggamus, David Erwin Gunawan, mengatakan kegiatan TOT bagi guru PAUD sangat penting. Program lain harus diperhatikan adalah Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

"STBM adalah upaya mendekatkan masyarakat kepada perilaku yang layak higiene dan sanitasinya. Sehingga tercipta perilaku hidup sehat dengan memiliki jamban sehat, sarana cuci tangan, pengelolaan sampah, limbah dan mengkonsumsi air bersih," paparnya.

David menambahkan, pembuatan jamban atau WC sebagai bagian program STBM sejatinya tanggungjawab pekon/desa masing-masing. Itu dapat memanfaatkan dana desa penyiapan dan pembuatan sarana jamban aman.

Baca Juga: Pemasaran Kopi Tanggamus Ada Kendala, Bupati Dewi Curhat ke Kementan

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya