Sekolah Lapang Iklim Inklusif, jadi Ruang Belajar Baru di Lampung

Bangun kemampuan antisipasi, mitigasi dan adaptasi

Intinya Sih...

  • Yayasan Konservasi Way Seputih (YKWS) Lampung adakan Sekolah Lapang Iklim Inklusif di Kecamatan Katibung Lampung Selatan.
  • SLI bertujuan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat nelayan pesisir dalam antisipasi, mitigasi, dan adaptasi perubahan iklim.
  • Program melibatkan perguruan tinggi, organisasi, BMKG, Pemda Lampung Selatan, pamong desa, komunitas perempuan, dan disabilitas dalam upaya memperkuat kapasitas menghadapi ancaman perubahan iklim.

Lampung Selatan, IDN Times - Yayasan Konservasi Way Seputih (YKWS) Lampung bersama beberapa universitas dalam negeri dan luar negeri berinisiatif menyelenggarakan kegiatan Sekolah Lapang Iklim Inklusif (SLI) di Kecamatan Katibung Lampung Selatan.

Direktur Eksekutif YKWS Febrilia Ekawati mengatakan, SLI bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat dan komunitas nelayan pesisir melakukan antisipasi dan mitigasi perubahan iklim.

“Tak hanya itu, kami juga berharap dengan adanya SLI ini, masyarakat dan kelompok nelayan pesisir bisa beradaptasi terhadap dampak dari perubahan iklim yang memang cukup rentan khususnya di wilayah pesisir,” katanya, Jumat (3/5/2024).

Baca Juga: Modus Beli Seserahan, 2 IRT Lampung Tengah Nekat Gasak Emas Rp10 Juta

1. SLI melibatkan stakeholder lain seperti pemerintah dan komunitas

Sekolah Lapang Iklim Inklusif, jadi Ruang Belajar Baru di Lampungilustrasi kampanye lingkungan (unsplash.com/The Climate Reality Project)

Febri menyebutkan, perguruan tinggi dan organisasi yang ikut dalam inisiasi ini di antaranya adalah Universitas Mataram, ITS Surabaya, Charles Darwin University Australia dan Konsepsi.

“Melalui Program Riset Aksi KONEKSI ini kami tak hanya menghimpun, tapi juga mendiskusikan bersama masyarakat serta komunitas rencana aksi di tingkat desa terkait upaya memperkuat kapasitas dan mengurangi kerentanan dalam menghadapi ancaman perubahan iklim,” jelasnya.

Sehingga tak hanya melibatkan masyarakat, program ini juga mengundang stakeholder terkait lainnya seperti BMKG, organisasi perangkat daerah Pemda Lampung Selatan, pamong desa, hingga komunitas perempuan dan disabilitas.

“SLI ini juga sebenarnya rangkaian acara dari Program Riset Aksi KONEKSI yang dilakukan di empat provinsi, dan di Lampung dipilih Lampung Selatan. Hasil riset ini nantinya akan kami seahkan kepada Pemkab Lampung Selatan dan masyarakat untuk menjadi bahan dan dasar kebijakan serta upaya mitigasi dan adaptasi dari dampak perubahan iklim,” tambahnya.

2. Masyarakat harus paham agar dampak bencana akibat perubahan iklim dapat diminimalisir

Sekolah Lapang Iklim Inklusif, jadi Ruang Belajar Baru di LampungSekolah Lapang Iklim Inklusif di Lampung Selatan. (Dok. YKWS)

Febri juga sempat berbagi pada kegiatan SLI, masyarakat mendapat beberapa materi dasar dari BMKG Provinsi Lampung misalnya seperti produk informasi iklim BMKG, akses informasi BMKG, aplikasi pendukung pembelajaran SLI, pemanfaatan data dan informasi iklim, isu iklim terkini, dan lainnya.

Selain itu, Plt Kepala BPBD Lampung Selatan Ariswandi juga menyampaikan kepada peserta SLI pentingnya pengetahuan terkait perubahan iklim karena kejadian bencana akibat perubahan iklim telah banyak terjadi dan mengakibatkan kerugian ekonomi dan korban jiwa.

“Masyarakat harus selalu siap, siaga dan tanggap terhadap bencana yang bisa datang kapan saja. Dengan begitu jika pun nanti terjadi kerugian bisa diminimalisir. Oleh karena kesadaran dan kemampuan mitigasi itu sangat penting,” kata Ariswandi.

3. Indonesia jadi negara rentan akibat perubahan iklim

Sekolah Lapang Iklim Inklusif, jadi Ruang Belajar Baru di LampungClimate Change. (Pinterest)

Dalam data yang dihimpun YKWS, laporan terbaru dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) 2022 menjelaskan, dampak negatif perubahan iklim semakin parah ketika pemanasan global melampaui 1,5 derajat Celsius.

“Di masa depan, risiko akan meningkat terutama pada negara-negara dengan kondisi kekurangan sumber daya dan kelompok masyarakat yang terpinggirkan semakin terdampak,” kata Febri.

Ia menyebut, Indonesia merupakan salah satu di antara negara dengan kerentanan sangat tinggi terhadap peningkatan cuaca ekstrem akibat perubahan iklim karena akan berdampak pada peningkatan frekuensi bencana alam.

Di wilayah laut, perubahan kondisi iklim laut dapat memengaruhi ekosistem laut dan aktivitas masyarakat pesisir. Wilayah pesisir juga rentan terkena dampak abrasi, banjir rob, dan gelombang pasang akibat peningkatan tinggi permukaan laut.

Baca Juga: Sah! Ini Nama 85 Anggota DPRD Provinsi Lampung Terpilih Pemilu 2024

Topik:

  • Rohmah Mustaurida
  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya