Pulau Pasaran Dijadikan Pilot Projek Inovasi Penanganan Sampah

Bandar Lampung dicemari 276.649,16 ton sampah

Bandar Lampung, IDN Times - Kota Bandar Lampung, tepatnya Pulau Pasaran akan menjadi salah satu pilot projek inovasi penanganan masalah sampah di daerah pesisir. Projek itu diinisiasi Yayasan Anak Bangsa Bisa (YABB) dan Catalayst Changemakers Lab (CCL).

Selain Bandar Lampung, ada dua kota lain yang juga menjadi pilot projek penanganan sampah, yaitu Makassar dan Semarang. Chairwoman YABB Monica Oudang, mengatakan ketiga daerah menjadi pilot projek penanganan sampah ini dipilih berdasarkan pada tingkat permasalahan sampah.

Baca Juga: Mahasiswa ITERA 'Sulap' Sampah Jadi Ecobrick, Hari Peduli Sampah Nasional

1. Bandar Lampung dipilih karena masalah sampah belum rampung

Pulau Pasaran Dijadikan Pilot Projek Inovasi Penanganan SampahIlustrasi sampah di Laut Bandar Lampung. (IDN Times/Rohmah Mustaurida).

Monica menjelaskan, tiap tahunnya, ada sebanyak 276.649,16 ton sampah di Kota Bandar Lampung. Itu membuat kami memilih Kota Bandar Lampung sebagai pilot proyek Yayasan Anak Bangsa Bisa (YABB) dan Changemakers Catalyst Changemakers Lab (CCL),” katanya dalam pertemuan virtual Briefing CCL, Selasa (22/3/2022).

Tak hanya itu imbuhnya, studi kasus dilakukan YABB dan CCL juga menemukan permasalahan akses air minum yang cukup rendah, pencemaran sampah di sumber dan badan air, hingga rentan bencana hidrometeorologi di ketiga kota pilihan tersebut.

“Ketiga kota ini juga berisiko terkena dampak dari global warming yaitu naiknya debit air laut dan penurunan permukaan tanah,” lanjutnya.

2. Sampah di Pulau Pasaran salah satu terparah

Pulau Pasaran Dijadikan Pilot Projek Inovasi Penanganan SampahPertemuan virtual Briefing CCL. (IDN Times/Istimewa).

Project Director Gajahlah Kebersihan, Dicky Dwi Alfandy, menjelaskan permasalahan sampah di Pulau Pasaran memberikan dampak negatif bagi masyarakat setempat, khususnya nelayan.

Ia juga menjelaskan, dampak itu salah satunya berupa sulitnya nelayan dalam mencari ikan. Banyaknya titik laut yang sudah tercemar sampah membuat nelayan harus ekstra dalam mencari ikan.

“Sehingga jangkauan melautnya semakin jauh. Sampah itupun kebanyakan sampah plastik yang butuh bertahun-tahun untuk terurai,” katanya.

3. Saran pengelolaan sampah

Pulau Pasaran Dijadikan Pilot Projek Inovasi Penanganan SampahIlustrasi sampah di Laut Bandar Lampung. (IDN Times/Rohmah Mustaurida).

Salah satu penyebab masalah sampah yang tak kunjung habis ini, Dicky menduga diakibatkan pengelolaan sampah di Pulau Pasaran yang masih belum tertangani baik.

“Belum ada pengelolaan sampah seperti truk pengangkut sampah. Sehingga masyarakat Pulau Pasaran membuang sampah ke laut," ujarnya.

Sehingga, Pulau Pasaran memang menjadi tempat yang tepat untuk memulai projek manajemen sampah. Pengelolaan sampah diperlukan karena menurutnya, masyarakat masih berpikir bahwa sampah rumah tangga mereka merupakan akhir dan tak dapat dikelola kembali.

“Masih berhubungan dengan saran pertama, maka dirasa perlu untuk mengedukasi masyarakat terkait pengelolaan sampah. Kemudian perlu juga adanya platform penjemputan sampah dari Pulau Pasaran, pemilahan sampah hingga teknologi daur ulang sehingga sampah bisa lebih bernilai ekonomis,” jelasnya.

Baca Juga: Setahun Menjabat, Masalah Sampah Masih Jadi Kajian Wali Kota Eva

Topik:

  • Rohmah Mustaurida
  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya