Melongok Perjuangan Kader PATBM Lampung, Siap jadi Pos Curhat 1x24 Jam

Relawan memiliki rasa empati dan peduli tinggi

Bandar Lampung, IDN Times – Julukan Pejuang Pembela Perempuan dan Anak sepertinya bisa disematkan pada Kader Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) di 126 kelurahan Kota Bandar Lampung.
 
Pasalnya, meski berstatus kader, nyatanya mereka adalah relawan memiliki rasa empati dan peduli tinggi mengedukasi masyarakat tentang kekerasan pada perempuan dan anak. Serta menjadi wadah keluh kesah masyarakat menghadapi masalah keluarga.
 
Seperti penuturan Iin Nasoka, Kader PATBM di Kelurahan Segala Mider, Kecamatan Tanjungkarang Barat, Kota Bandar Lampung sejak 2018. Ia menempatkan dirinya bukan sebagai kader melainkan teman, sahabat, serta orang yang nyaman bagi masyarakat di sekitar lingkungannya.
 
“Namanya masuk ke dalam ‘masalah keluarga’ orang lain tentu gak mudah. Tapi sebelum saya jadi kader, saya memang sudah sering terjun dalam kegiatan sosial, ketemu masyarakat karena saya ada pengajian di rumah dan rumah saya sudah seperti pos curhat. Jadi ketika saya menjadi kader malah bersyukur, Alhamdulillah,” katanya, Sabtu (25/6/2022).
 
Pada awalnya, Iin mengatakan ada ketakutan tidak diterima oleh masyarakat sebagai tempat berbagi cerita dan melapor ketika ada kasus kekerasan dalam rumah tangga. Namun rupanya kekhawatiran itu hanya dalam bayangannya saja. Status guru ngaji pada dirinya, tanpa disadari telah membangun rasa percaya orang lain.
 
Maka sosialisasi pertama ia lakukan adalah kepada komunitas terdekatnya. Kebetulan murid ngaji Iin dari anak-anak, ibu-ibu, hingga lansia. Ia juga tergabung dalam kader PKK dan posyandu sehingga dalam setiap kegiatan selalu menyempatkan untuk berbicara tentang bahaya dan penanganan kekerasan pada perempuan dan anak.
 
“Jadi saya sampaikan pada mereka, kalau mengalami hal seperti itu, jangan takut melapor, atau ketika melihat, kita harus peduli. Pokoknya jangan sampai ada yang merasa sendiri ketika punya masalah seperti itu,” ujarnya.

Pengalaman penanganan kasus

Melongok Perjuangan Kader PATBM Lampung, Siap jadi Pos Curhat 1x24 JamKader PATBM Bandar Lampung sedang mengikuti pelatihan dari Dinas PPPA Kota. (IDN Times/Rohmah Mustaurida).

Ada beberapa kasus telah ditangani Iin bersama kawan kader PATBM-nya. Di antaranya adalah kasus penganiayaan oleh tetangga dekatnya. Ia mengatakan, saat itu belum semua masyarakat mengetahui PATBM sebagai tempat melapor, sehingga korban langsung melapor kepada pihak berwajib.
 
“Setelah mereka ke polsek, mereka baru ke saya, dan langsung saya teruskan ke dinas PPPA. Kasus hukumnya saat itu tetap berjalan tapi pada akhirnya berdamai,” imbuhnya.
 
Selain kasus, Iin lebih banyak menerima curhatan ketika ada perempuan dalam rumah tangga mendapat masalah hingga kekerasan dalam keluarganya.
 
“Kalau dicurhati itu sering, biasanya langsung bisa diselesaikan. Seperti kasus pertengkaran suami istri waktu itu saya langsung datang ke rumah dan memberikan masukan baik ke suami dan istri. Alhamdulillah semua menerima termasuk suaminya, malah saya juga dapat cerita dari sisi suaminya. Jadi pada intinya, kalau kita mau pasangan kita baik, ya kita juga harus bersikap baik, itu saja,” katanya.
 
Sayangnya, sampai saat ini kader PATBM belum memiliki sekretariat khusus. Sehingga Iin menyampaikan jika ada yang ingin melapor atau sekadar curhat masalah dalam keluarganya, bisa langsung datang ke rumahnya.
 
“Sekretnya sementara rumah saya dulu, jadi kalau mau langsung ke rumah saya saja, terbuka 24 jam. Bisa juga tanya ke kelurahan, nanti bisa langsung difasilitasi PATBM. Jujur saya sebenarnya ingin ada sekret khusus, tapi kelurahan kami kan kecil, tidak bisa di sana. Sedangkan mau curhat itu kan perlu tempat yang nyaman juga, gak bisa ditempat terbuka dan keramaian,” jelasnya.

Berstatus relawan

Melongok Perjuangan Kader PATBM Lampung, Siap jadi Pos Curhat 1x24 JamKader PATBM Bandar Lampung sedang mengikuti pelatihan dari Dinas PPPA Kota. (IDN Times/Rohmah Mustaurida).

Tak seperti kader posyandu dengan honor rutin dan telah dianggarkan oleh pemerintah, kader PATBM rupanya belum pakem sepenuhnya sehingga sifatnya masih relawan. Jika ada insentif pun, tidak bulanan dan hanya sebatas uang transport ketika mendapatkan pelatihan.
 
Hal itu disampaikan oleh Pendamping Kasus Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Kota Bandar Lampung, Sri Yuwiati. Hal ini dikarenakan selama pandemik COVID-19, banyak anggaran OPD dialihkan termasuk dinas PPPA sehingga belum ada pendanaan khusus untuk itu. Sehingga kader saat ini memang merupakan orang terpilih yang rela dan peduli pada masyarakat sekitarnya.
 
Ia menambahkan, empati merupakan salah satu teknik harus dipahami para kader PATBM di tiap kelurahan. Selain itu mereka juga harus punya pengetahuan terkait hak anak dan kesetaraan gender.
 
“Maka kami adakan pelatihan. Mereka juga harus tahu tentang pencegahan dan bagaimana cara menangani kasus tersebut. Karena kasus ini kan sebenarnya seperti gunung es, banyak terjadi tapi sedikit dilaporkan. Kita juga mau kader ini sebagai pendorong agar masyarakat mau melapor melalui pertemuan warga,” ujar Ati sapaan akrabnya.

Desa ramah perempuan dan peduli anak

Melongok Perjuangan Kader PATBM Lampung, Siap jadi Pos Curhat 1x24 JamKepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Bandar Lampung, Sri Asiyah. (IDN Times/Rohmah Mustaurida).

Kepala Dinas PPPA Kota Bandar Lampung, Sri Asiyah mengatakan, 2022 Pemerintah Kota Bandar Lampung berkomitmen merealisasikan amanah dalam UU TPKS (Tindak Pidana Kekerasan Seksual) untuk mewujudkan Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak.
 
“Bu wali kota kemarin menyampaikan siap menjadikan setiap kelurahan jadi ramah anak dan perempuan, tapi memang bertahap. Maka awal Juli 2022 ini Insya Allah mau ada pelatihan dari kementerian, nanti ada fasilitator tiap wilayah yang akan dilatih dan turun langsung ke kelurahan di sana. Setelah itu nanti ada 10 orang relawan tambahan dari kelurahan masing-masing, termasuk kader yang sudah ada,” katanya. 
 
Saat ini, Sri mengatakan kader PATBM di tiap kelurahan Bandar Lampung berjumlah 2 orang, sehingga total di 126 kelurahan adalah 252 orang. Ia berharap, bertambahnya kader atau relawan ini nantinya bisa mengurangi bahkan menghapus angka kekerasan pada perempuan dan anak di tingkat desa.
 
“Selama 2022 saja, kasus kekerasan pada anak yang kita tangani langsung itu ada 13 kasus. Belum yang ditangani oleh lembaga lain, karena tempat melapor kasus ini tak hanya di kita saja, ada di LAdA DAMAR, LPA, Polresta, dan banyak lagi. Rata-rata kasus anak ini adalah kekerasan seksual,” ujarnya.
 
Mirisnya, pelaku adalah orang terdekat korban seperti orang tua kandung, kakek kandung, tetangga, dan guru. Korban juga didominasi usia di bawah 13 tahun, dan banyak faktor yang menjadi penyebab hal ini terjadi.
 
“Kalau kita turun ke rumah korban, faktor paling dominan dari kasus kekerasan itu adalah karena ekonomi. Keimanan atau pendidikan agama juga menurut saya mempengaruhi. Contohnya saat pandemik itu, banyak yang di PHK, stres, gak ada aktifitas akhirnya menyimpang, ya kalau agamanya kuat insya Allah kan enggak terjadi,” katanya.
 
Saat ini, pihaknya juga masih terus melakukan pembimbingan untuk memberdayakan perempuan bersama dinas tenaga kerja. Dengan pelatihan, diharapkan perempuan-perempuan ini dapat mandiri secara ekonomi dan dapat membantu perekonomian keluarga.

Baca Juga: Simalakama Legalisasi Ganja di Thailand, Bagaimana Kondisi di Lampung?

Topik:

  • Rohmah Mustaurida
  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya