Begini Upaya Pemulihan TPA Bakung Setelah 5.000 Ton Sampah Terbakar

Sistem sanitary landfill sampai pengolahan sampah

Bandar Lampung, IDN Times - Pasca kebakaran TPA Bakung, Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung melakukan beberapa upaya pemulihan TPA di berbagai aspek. Mulai dari upaya pencegahan sampai pengelolaan.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung, Budiman P Mega mengatakan, dalam kebakaran tersebut, sekitar 5.000 ton sampah habis terbakar. Sehingga membuat gelombang sampah TPA menjadi tak karuan.

“Sekiranya ada 5.000 ton lah sampah yang kebakar karena kebakaran kemarin. Kan itu jadi banyak legokan (cekungan) nanti kita rencananya akan ratakan awal musim hujan ini,” katanya, Minggu (5/11/2023).

Baca Juga: Lahan TPA Bakung Ditambah 5 Ha, WALHI: Justru akan Memperluas Masalah

1. Akan dipertimbangkan dilakukan sistem sanitary landfill lahan TPA baru

Begini Upaya Pemulihan TPA Bakung Setelah 5.000 Ton Sampah TerbakarAsap dari Kebakaran di TPA Bakung. (IDN Times/Rohmah Mustaurida)

Budiman mengatakan, pemerataan sampah-sampah ini berguna agar gundukan sampah pada titik tertentu tidak terlalu tinggi dengan cara mendorongnya ke area-area cekungan sampah.

Selain itu, pihaknya juga berencana untuk menambah lahan TPA sebanyak 5 hektare. Lahan ini juga masih di area sekitar TPA Bakung sehingga bukan lahan di lokasi baru.

“Kita pun ada sebenarnya rencana apakah mau pakai sistem sanitary landfill nanti setelah penambahan TPA ini tapi juga masih ada pertimbangan karena sistem itu kan makan biaya besar,” ujarnya.

Diketahui selama ini TPA Bakung masih menggunakan sistem open dumping di mana sampah hanya ditumpuk dalam satu lokasi saja tanpa ada pengolahan lebih lanjut.

2. TPA Bakung sempat menggunakan sistem sanitary landfill saat awal pembangunannya

Begini Upaya Pemulihan TPA Bakung Setelah 5.000 Ton Sampah TerbakarKepala Dinas Lingkungan Hidup Bandar Lampung, Budiman P Mega. (IDN Times/Rohmah Mustaurida)

Sedangkan sanitary landfill, Budiman melanjutkan sistemnya masih lebih baik dari open dumping di mana sampah akan ditumpuk dengan tanah, lalu akan ditumpuk dengan sampah, lalu ditumpuk dengan tanah lagi. Sehingga waktu dekomposisi sampah bisa lebih cepat dibanding open dumping.

“Dulu TPA Bakung itu kan sanitary landfill juga pas awal-awal bangun itu. Ya sekitar Tahun 1995 lah. Karena dulu Bakung masih curam, jadi mau diuruk itu gampang gak terlalu makan biaya,” katanya.

Namun seiring berkembangnya zaman dan perluasan kota, pemukiman penduduk semakin padat dan volume sampah semakin banyak. Ia mengatakan untuk mempertahankan sanitary landfill sudah tak bisa.

Sehingga dengan perluasan TPA pada 2024 mendatang tersebut, Budiman mengatakan pihaknya bisa saja mengeruk tanah untuk sistem sanitary landfill pada lahan itu nantinya.

3. DLH masih menunggu hasil studi kelayakan sampah TPA Bakung untuk menarik investor

Begini Upaya Pemulihan TPA Bakung Setelah 5.000 Ton Sampah TerbakarPemkot Bandar Lampung. (IDN Times/Rohmah Mustaurida)

Selain itu, DLH juga saat ini masih menunggu hasil studi kelayakan sampah TPA Bakung oleh Kementerian ESDM beberapa waktu lalu sebagai bahan untuk menarik minat investor agar mau mengolah sampah Bakung menjadi bahan bakar briket.

“Kemudian ada juga studi kelayakan dari kementerian ESDM itu kita masih menunggu. Desember ini katanya selesai. Kalau kita udah ada hasil studi itu enak, nanti kita kalau sudah jadi investor gak perlu kaji-kaji lagi,” imbuhini Budiman. 

Karena selama ini, ia menyebutkan kendala investor untuk mengolah sampah bakung menjadi briket adalah mereka selalu tertahan pada tahapan studi kelayakan. Ia berharap setelah studi kelayakan berhasil investor bisa segera mengolah sampah Bakung.

4. Beberapa investor asing berasal dari China, Arab Saudi dan Korea Selatan

Begini Upaya Pemulihan TPA Bakung Setelah 5.000 Ton Sampah TerbakarIlustrasi investor (IDN Times/Aditya Pratama)

Budiman menjelaskan, secara prinsip bagaimana sampah-sampah yang sudah bertahun-tahun ini bisa dimanfaatkan. "Gitu aja. Jadi berkurang dan malah menghasilkan pendapatan untuk PAD,” ujarnya.

Ia pun mengatakan, sejak menjabat menjadi kepala dinas, sudah ada puluhan investor baik dalam negeri dan luar negeri tertarik untuk berinvestasi untuk mengolah sampah di TPA Bakung tersebut.

“Banyak sekali. Kalau dari luar negeri itu ada dari China yang banyak, terus ada dari Arab Saudi, Korea Selatan. Ya itu, kebanyakan memang dari China,” jelasnya.

Baca Juga: Bara Api Padam, Tim Pergoki Ada Upaya Pembakaran Kembali TPA Bakung

Topik:

  • Rohmah Mustaurida
  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya