Warga Metro Titipkan Meja Berusia 1 Abad di Rumah Informasi Sejarah
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Metro, IDN Times - Antusiasme publik akan kehadiran Rumah Informasi Sejarah (RIS) Metro terus bertumbuh. Meski belum dibuka secara resmi berbagai partisipasi warga mulai tumbuh.
Setelah sebelumnya Adit menyerahkan koleksi kamera Yashica tahun 1957 kini giliran Lexsi Mufahir menyerahkan meja marmer berusia lebih dari 100 tahun.
Berikut IDN Times rangkum cerita uniknya.
Baca Juga: Rumah Informasi Sejarah Metro Diharapkan Berkembang jadi Museum
1. Diterima langsung wakil wali kota
Lexsi datang langsung bersama putranya ke RIS Metro membawa meja peninggalan keluarganya yakni Poerba ratoe kepala district.
"Meja ini adalah meja yang pernah digunakan kakek kami yang pernah bertugas sebagai Kepala Negeri Sukadana Syarbini Abdoel Jabbar,"ungkap Lexsi.
Meja koleksi keluarga tersebut diterima langsung oleh Wakil Wali Kota Metro Qomaru yang kebetulan tengah berkunjung ke RIS. "Semoga partisipasi Warga Metro ke depan semakin luas dalam pelestarian sejarah dan budaya," katanya.
2. RIS harapannya tempat pembelajaran sejarah Metro
Wakil wali kota juga berdiskusi dengan para pegiat sejarah dan TACB Metro. Qomaru berharap ke depan RIS akan menjadi tempat pembelajaran sejarah.
Ia juga mendukung misi penelusuran arsip sejarah Metro ke Belanda yang digagas oleh para pegiat sejarah dan cagar budaya.
"Mari bersama-sama kita tata dan kelola RIS ini agar nyaman dan bermanfaat," katanya.
3. Garap film dokumenter
Raden Yusuf seorang konten kreator muda sedang mengerjakan film dokumenter pengerjaan Dokterswoning menjadi Rumah Informasi Sejarah (RIS) Metro. "Saya ikut terpanggil untuk juga ikut berkontribusi pada pengenalan sejarah lokal. Apalagi saya sendiri kelahiran Metro," ujarnya.
Yusuf menjelaskan, film dokumenter yang digarap mencoba menggambarkan proses pengerjaan RIS Metro. "Didalamnya ada gambaran singkat bagaimana ide RIS dan prosesnya dikerjakan serta pihak-pihak yang terlibat didalamnya," katanya.
Ia berharap, melalui media film generasi muda akan lebih mudah memahami tentang sejarah itu sendiri.
Adi Setiawan dari Sahabat Dokterswoning mengatakan, keterlibatan berbagai kalangan dalam pengembangan sejarah lokal tentu menjadi kabar yang menggembirakan. "Kini sejarah tak hanya bisa dinikmati lewat buku-buku semata, melainkan lewat film, desain grafis, foto dan media-media lainnya," tambah pria yang berprofesi sebagai guru sejarah tersebut.
Baca Juga: Rumah Informasi Sejarah Metro Bakal Dibikin Film Dokumenter