Demi Informasi Sejarah, Komunitas Sahabat Dokterswoning Lelang Kavling

Lelang diminati wakil gubernur hingga anggota DPD RI

Metro, IDN Times – Beragam cara dilakukan komunitas di Kota Metro, Lampung untuk melestarikan bangunan bersejarah peninggalan kolonial. Satu bangunan ingin tetap dilestarikan dan jadi sarana edukasi adalah rumah dokter pemerintah (dokterswoning).

Adalah komunitas Sahabat Dokterswoning berinisiatif ingin membentuk Rumah Informasi Sejarah (RIS) Metro.  Rumah Informasi Sejarah Metro ini rencananya terletak di dalam bangunan cagar budaya Rumah Dokter (Dokterswoning) berlokasi di Jalan Brigjend Sutiyoso Nomor 2, Kota Metro.

Cara terbaru dilakukan komunitas ini adalah menggelar lelang kavling display. Ternyata ide tersebut mendapat dukungan dari berbagai kalangan. Berikut IDN Times rangkum ceritanya.

1. Lelang untuk pembuatan unit display setiap blok

Demi Informasi Sejarah, Komunitas Sahabat Dokterswoning Lelang KavlingRumah Dokterswoning Metro. (IDN Times/Istimewa).

Perwakilan komunitas Sahabat Dokterswoning, Ahmad Satibi mengatakan, lelang amal kavling display informasi sejarah bertujuan untuk biaya pembuatan unit display di setiap blok di desain Rumah Informasi Sejarah.

Pembuatan unit display tersebut, membutuhkan barang interior telah didapatkan dari dukungan publik mulai dari set kursi, televisi zaman dulu, smart tv, LCD,layar proyektor, sound system dan lain sebagainya.

“Ada 15 blok yang ditawarkan nantinya para donatur akan membiayai masing-masing blok display. Sebagai apresiasi nama setiap donatur akan tercantum di masing-masing display yang dibiayainya” jelasnya, Rabu (28/7/2021)

2. Dari 15 display untuk lelang, 10 sudah terisi

Demi Informasi Sejarah, Komunitas Sahabat Dokterswoning Lelang KavlingDokterswoning Metro. (IDN Times/Istimewa).

Relawan Sahabat Dokterswoning  Akhmad Khumaedi menjelaskan, biaya bahan dan pembuatan masing-masing blok display sejarah dimulai dari termurah Rp680.000 hingga Rp5.850.000 tergantung luas displaynya.

“Alhamdulillah dari lelang amal kapling display informasi sejarah per periode yang ditawarkan kepada para donatur 10 dari 15 display telah terisi,” jelasnya

Akhmad menambahkan, hingga saat ini donatur yang telah ikut mendukung lelang amal display ini diantaranya adalah Wakil Gubernur Chusnunia Chalim, anggoda DPD RI Jihan Nurlela, Anggota DPRD Lampung Garinca Reza Pahlevi, Wakil Bupati Lampung Tengah Ardito Wijaya. Donatur lainnya, anggota DPRD Metro Ancilla Hernani, Plt Asisten 1 Pemkot Metro Ika Pusparini Anindita, Kepala BKD Metro Welly, Kepala Dinas Perhubungan Metro Zulpikri, Kadis PU Irianto, Plt Kadis Pendidikan Puspita, Kabid Kebudayaan Seprita dan Kasie Cagar Budaya dan Museum Heri S Widarto.

“Lewat konsep urunan publik kami masih terus membuka kesempatan pada berbagai kalangan untuk ikut berpartisipasi dalam urunan dana publik untuk Rumah Informasi Sejarah Metro ini, tak hanya pejabat rakyat juga bisa berpartisipasi,” jelasnya.

Baca Juga: Eko Yuli, Dulu Pengembala Kambing Kini Atlet Koleksi 4 Medali Olimpiade

3. Diapresiasi wakil gubernur

Demi Informasi Sejarah, Komunitas Sahabat Dokterswoning Lelang KavlingInstagram @zulihendriyanto

Wakil Gubernur Lampung Chusnunia mengapresiasi inisiatif Sahabat Dokterswoning secara aktif ikut melestarikan cagar budaya di Metro.

"Metro selain telah memiliki TACB (Tim Ahli Cagar Budaya) juga telah menetapkan dua cagar budaya, selain itu juga peran komunitasnya begitu aktif serta kreatif dalam proses pemanfaatan cagar budaya," terang Nunik sapaan akrabnya.

Hal senada disampaikan anggota DPD RI Jihan Nurlela yang secara aktif mengikuti perkembangan cagar budaya di Metro. "Kebetulan saya mengikuti perkembangan cagar budaya di Metro dari sebelum hingga saat ditetapkan karenanya saya ikut mendukung insiatif ini,"jelasnya

Sebelumnya dukungan juga datang dari Anggota DPR RI Taufik Basari, kepala kejaksaan tinggi Lampung, ketua pengadilan Negeri Sukadana, Hakim PTUN Surabaya Hakim Yustisial, Mahkamah Agung dan PKKPHAM FH Unila.

4. Bagian kebijakan kolonisasi

Demi Informasi Sejarah, Komunitas Sahabat Dokterswoning Lelang Kavlinghistori.id

Menilik dari sejarah, sejak diberlakukannya Politik Etis mulai tahun 1905, salah satu kebijakan yang diterapkan kala itu yakni migrasi atau perpindahan penduduk Jawa ke Tanah Seberang (luar Jawa), terus dilaksanakan sampai dengan berakhirnya pemerintahan kolonial Hindia Belanda (1942).

Belajar dari pengalaman pada Fase Percobaan, segala sesuatu yang menjadi catatan dievaluasi dan diperbaiki pada Fase Perluasan. Metro wilayah yang baru ada setelah pembukaan Kolonisasi Sukadana pada tahun 1935, dengan desa induk pertama adalah Trimurjo.

Sebagai bagian dari kebijakan kolonisasi pada tahap perluasan, perencanaan dan persiapan pembukaan Kolonisasi Sukadana dapat dikatakan lebih matang. Pemerintah Hindia Belanda telah memiliki rencana pembangunan ruang ibukota Kolonisasi Sukadana (Metro) dalam beberapa tahap, yang akan diselesaikan dalam waktu 10 tahun sejak dibukanya Kolonisasi Sukadana (1935).

Dalam rencana pembangunan tersebut, lokasi-lokasi telah disiapkan yang diperuntukan bagi rumah pengawas, (controleurs) dan calon pengawas (aspirant-controleur), rumah dokter pemerintah (dokterswoning), rumah sakit pemerintah (Gouvernements ziekenhuis), kantor administrasi nasional (Binnenlandsch Bestuur kantoor). Lokasi lainnya, kantor pekerjaan umum irigasi (Waterstaats-kantoor), kawasan perumahan pegawai pemerintah tingkat rendah (woningen kleine ambtenaren geprojecteerd), serta persiapan kawasan pemukiman bangsa Eropa (Europeesche woonwijk).

Sedangkan untuk rumah dokter atau dokterswoning, belum diperoleh tanggal tepat dimulainya pembangunan tersebut, sumber anonim menyebutkan tahun 1939.

5. Jadi kediaman dokter pemerintah

Demi Informasi Sejarah, Komunitas Sahabat Dokterswoning Lelang KavlingRumah Dokterswoning Metro. (IDN Times/Istimewa).

Surat kabar Deli Courant terbit April 1939 mewartakan tentang seseorang yang diangkat sebagai dokter kolonisasi, yaitu Mas Soemarno Hadiwinoto. Dokter tersebut diberi tugas pelayanan kesehatan bagi para kolonis di pusat kolonisasi Sukadana, dan untuk sementara waktu dr. Mas Soemarno Hadiwinoto masih bertempat di Gedong Tataan sambil menunggu sebuah rumah untuknya di Metro selesai dibangun.

Hingga memasuki era kemerdekaan, Rumah Dokter ini masih menjadi kediaman bagi dokter pemerintah yang bertugas di Metro. Meski pun masih kokoh berdiri, dalam kondisi yang relatif baik dan terawat, namun sangat minim catatan mengenai riwayat pengguna dari bangunan ini.

Bangunan ini sempat direnovasi seperti lantai pada ruang tamu, penambahan atap pada bagian serambi atau teras, dan deformasi atap dilakukan sehingga nampak seperti yang sekarang dapat dilihat.

Sebagaimana keterangan yang disampaikan oleh anggota keluarga dr. Winaya Duarsa, pada masa itu Rumah Dokter menjadi salah satu tempat publik bisa dengan mudah mengaksesnya, seperti penggunaan bagian halaman depan sebagai sarana olah raga bulu tangkia, serta tempat publik sekitar Rumah Dokter itu dapat melihat hiburan televisi pada malam hari.

6. Ditetapkan inventaris cagar budaya sejak 2015

Demi Informasi Sejarah, Komunitas Sahabat Dokterswoning Lelang KavlingBangunan bersejarah Rumah Dokter di Kota Metro. (IDN Times/istimewa).

Pada tahun 2015, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang, menetapkan bangunan Rumah Dokter ini ke dalam daftar inventaris cagar budaya dalam Surat Keputusan Kepala BPCB Serang dengan nomor: 429/CB4/LL/2015, tentang Daftar Inventaris Cagar Budaya di Kota Metro.

Sejak saat itu, pengelolaan bangunan Rumah Dokter ini dialihkan dari Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota Metro ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Status kepemilikan tanah dan bangunan Rumah Dokter ini sampai dengan saat ini masih di bawah Departemen Kesehatan, dan sedang dalam proses pengalihan kepemilikan kepada Pemerintah Kota Metro.

Baca Juga: Keren! Millenials Kota Metro Desain Rumah Informasi Sejarah

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya