CSR Pertamina Ajak Warga Pesisir Lampung Kelola Sampah Jadi Ecobrick

Warga olah sampah menjadi barang bernilai seni dan ekonomis

Bandar Lampung, IDN Times - Kesadaran masyarakat mengelola sampah menjadi barang bernilai ekonomi semakin meningkat. Sudah banyak bank-bank sampah mampu menghasilkan produk dan dijual di pasaran.

Ironisnya, ada sekelompok ibu-ibu rumah tangga di Kelurahan Panjang Utara, Kecamatan Panjang, Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung yang sudah berjuang mengolah sampah menjadi barang yang bernilai seni dan ekonomi masih belum mendapatkan tempat untuk berjualan serta menunggu dukungan pemerintah.

Sampai akhirnya PT Pertamina (Persero) Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Panjang melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) menggulirkan sejumlah program mendukung pemberdayaan masyarakat di bidang lingkungan.

1. Pertamina gulirkan program CSR ke masyarakat pesisir berupa pembuatan ecobrick berbahan sampah sejak 2019

CSR Pertamina Ajak Warga Pesisir Lampung Kelola Sampah Jadi Ecobrickibu rumah tangga di Kelurahan Panjang Utara, Kecamatan Panjang, Kota Bandar Lampung mengelola sampah plastik menjadi produk bernilai ekonomis dan didukung CSR Pertamina. (IDN Times/Istimewa).

Region Manager Communication, Relations & CSR PT Pertamina (Persero) melalui Marketing Operation Region (MOR) II Sumbagsel, Dewi Sri Utami, mengatakan, inisiatif pihaknya menggulirkan sejumlah program CSR pengelolaan sampah dilatarbelakangi penggunaan produk plastik tidak ramah lingkungan di Kelurahan Panjang Utara menyebabkan berbagai masalah lingkungan hidup yang serius. Sampah plastik saat ini menjadi masalah di daerah pesisir atau lautan.

"Dampak negatif sampah berbahan plastik tidak hanya merusak kesehatan manusia, membunuh berbagai hewan dilindungi, tetapi juga merusak lingkungan secara sistematis. Jika tidak dikelola serius, pencemaran sampah di Kelurahan Panjang utara ini akan sangat berbahaya bagi keberlanjutan hidup," paparnya, Jumat (30/10/2020). 

Merujuk hal itu imbuh Dewi, PT Pertamina Integrated Terminal Panjang membuat program ecobrick untuk mengatasi masalah sampah di wilayah pesisir. Konsep program berupa memanfaatan sampah plastik menjadi produk turunan yang memiliki nilai jual seperti kursi dan meja. Jenis bantuan yang digulirkan berupa pengadaan alat dan bahan serta sarana prasarana pembuatan ecobrick.

Selain itu, Pertamina melakukan pendampingan dan memberikan pelatihan penjualan secara online melalui e-commerce, pelatihan pembuatan produk turunan dan pelatihan foto produk yang bekerja sama dengan Rumah Zakat. Program CSR ini bergulir sejak 2019 lalu dan terus berlanjut hingga 2021 mendatang. Sampai saat ini, program sudah menjangkau 25 warga atau satu kelompok komunitas yang mengelola sampah menjadi ecobrick.

2. Kesadaran itu muncul, karena fenomena di lapangan sampah di pesisir kian menumpuk

CSR Pertamina Ajak Warga Pesisir Lampung Kelola Sampah Jadi EcobrickIDN Times/Istimewa

Turina, salah satu warga Kampung Baru, Kelurahan Panjang Utara, Kecamatan Panjang menceritakan awal ketertarikan dengan kegiatan lingkungan penanganan sampah. Ia mengatakan, aktif mengikuti kegiatan lingkungan sejak 2014 seperti bersih pesisir pantai, pembuatan kompos, serta pembuatan pupuk cair atau mol (mikro organisme lokal).

Menurutnya kesadaran itu muncul bukan karena banyaknya dia mengikuti kegiatan lingkungan melainkan karena melihat fenomena sampah yang ada di sekitarnya. Saat ini ia aktif mengikuti kegiatan-kegiatan secara daring untuk meningkatkan kemampuannya dalam memasarkan produk ecobrick.

“Saya kan nggak tau gimana cara masarin ecobrick itu. Jadi ya ini lagi belajar buat bikin nama sendiri kaya di IG, Facebook gitu,” tandasnya.

Baca Juga: Cegah COVID-19, Pertamina Imbau Konsumen Transaksi Nontunai Isi BBM

3. Berkhayal mengolah sampah menjadi sesuatu yang bernilai

CSR Pertamina Ajak Warga Pesisir Lampung Kelola Sampah Jadi EcobrickIDN Times/Istimewa

Bermodalkan semangat untuk memerangi sampah yang kian hari kian menumpuk di lingkungan sekitar rumahnya, Turina salah satu warga Kampung Baru, Kelurahan Panjang Utara, Kecamatan Panjang meyakinkan teman-temannya untuk melakukan pengelolaan sampah menjadi barang yang lebih berguna.

“Saya awalnya punya bank sampah. Tapi kalau bank sampah itu gak laku kan. Terus saya mikir gimana ya caranya ngelola sampah ini. Karena ngeliat di pantai banyak sampah plastik yang ancurnya lama, kalau dibakar juga bikin polusi. Seandainya dibuat apa gitu bisa nggak ya,” ujarnya, Kamis (15/10/2020).

Kebingungan Turina pun terjawab,  pada November 2019, ada rumah zakat yang memberikan tawaran untuk mengadakan program ecobrick. Program tersebut bekerjasama dengan CSR Pertamina yang memberikan pelatihan untuk masyarakat tentang bagaimana mengelola sampah menjadi barang yang bernilai ekonomi.

4. Mulanya warga berkarya tanpa memikirkan keuntungan

CSR Pertamina Ajak Warga Pesisir Lampung Kelola Sampah Jadi EcobrickIDN Times/Istimewa

Mengelola sampah menjadi barang yang bernilai ekonomi melalui ecobrick menjadi hal baru bagi warga Kampung Baru, Kelurahan Panjang Utara, Kecamatan Panjang. “Setelah diberi tahu apa itu ecobrick dan dikasih contoh gimana cara pembuatannya kita langsung mulai nentuin jadwal kumpul dan bikin ecobrick,” terang Turina yang didaulat menjadi Ketua gerakan ecobrick.

Selama proses pembuatan, lima orang ibu-ibu dari kader posyandu yang ikut dalam program tersebut membuat jadwal pertemuan satu minggu sekali. Setiap pertemuan wajib mengumpulkan tujuh botol ecobrick.

“Jadi kita bikinnya sesempatnya karena bikin di rumah masing-masing. Setiap hari Senin kita kumpul buat belajar olahan lain sambil ngumpul hasil yang udah kita buat,”ujarnya.

Menurut Turina, proses pembuatan ecobrick tersebut didasari ingin mengurangi sampah yang ada. Sekitar enam bulan sejak program itu bergulir, mereka belum mengetahui akan dijual kemana dan bagaimana cara pemasarannya.

“Saya kan awalnya ngajak-ngajak aja yang penting bikin dulu, dapet ilmu dulu masalah uang ya nomor sekian lah. Alhamdulillah ya ibu-ibu yang saya aja tertarik dan mau belajar,” jelasnya.

5. Tak ingin sampah kembali berhamburan, emak-emak inisiasi pembuatan kursi berbahan sampah

CSR Pertamina Ajak Warga Pesisir Lampung Kelola Sampah Jadi Ecobrickibu rumah tangga di Kelurahan Panjang Utara, Kecamatan Panjang, Kota Bandar Lampung mengelola sampah plastik menjadi produk bernilai ekonomis dan didukung CSR Pertamina. (IDN Times/Istimewa).

Komitmen para emak-emak Kampung Baru, Kelurahan Panjang Utara, Kecamatan Panjang membuat ecrobick dan sempat mengadakan launching produk tak bertepuk sebelah tangan. Karya mereka mendapatkan tempat di hati masyarakat.

Tak mau hasil karyanya terbuang sia-sia dan kembali menjadi sampah, kelompok yang saat ini mengubah nama menjadi Bengkel Ecobrick tersebut, membuat konsep pembuatan kursi. "Nah ini kan kita udah buat banyak dan nggak terjual daripada nanti malah program ini berhenti sampahnya juga berhamburan lagi akhirnya kita inisiatif dibikin jadi kursi sofa,” jelasnya.

Menurut Turina, masih ada saja masyarakat yang menganggap ecobrick tak memiliki nilai jual. “Sebenarnya acobrick bisa jadi pengganti bata rumah juga, tapi masih belum pada tahu. Terus kadang udah dibuat kaya gini tetep aja dianggep sampah kalau ngeliatnya nggak dari nilai seninya,”ujar Turina.

Baca Juga: Pertamina Gagas Bangun 2.400 Pertashop hingga Pelosok Desa di Lampung

6. Warga berencana membuat program lainnya berupa tanaman hidroponik dan budidaya ikan melalui program CSR Pertamina

CSR Pertamina Ajak Warga Pesisir Lampung Kelola Sampah Jadi EcobrickIDN Times/Istimewa

Turina mengatakan program ecobrick melalui CSR Pertamina bergulir secara jangka panjang. Komunitas ini menandatangani kontrak yang lebih lama dan berencana menambah program lain. “Saya juga rencananya mau ngajuin (bantuan) bikin tanaman hidroponik sama budidaya ikan,” katanya.

Turina menambahkan, akan membuat ecobrick dengan bahan-bahan yang lebih murah sehingga harga jualnya pun akan lebih terjangkau. Selain itu, anggota Bengkel Ecobrick kini ada 10 orang. Rinciannya, lima perempuan dan lima laki-laki.

7. Berharap pemerintah hadir dan mendukung kreatifitas masyarakat

CSR Pertamina Ajak Warga Pesisir Lampung Kelola Sampah Jadi Ecobrickibu rumah tangga di Kelurahan Panjang Utara, Kecamatan Panjang, Kota Bandar Lampung mengelola sampah plastik menjadi produk bernilai ekonomis dan didukung CSR Pertamina. (IDN Times/Istimewa).

Melihat karya yang dibuatnya masih belum bisa dipasarkan hingga hari ini. Turina berharap pemerintah ikut mendorong kreativitas mereka agar tetap berjalan dan membantu perekonomian masyarakat setempat.

“Pemerintah kan besar ya, ada kelurahan kecamatan itukan banyak ada dinas dinas juga. Maksud saya gini loh, pemerintah itu ikut sih, terus beli loh produk kita untuk contoh. Jadi istilahnya kaya sejenis memaksakan enggak cuma inginnya sih diwajibkan sebagai dukungan juga,” harapnya.

Menurut Turina, jika program ini tidak ada tempat penjualannya otomatis programnya berhenti, sampahnya pasti akan menumpuk lagi. “Kalau kita bikin satu botol ini aja yang 600 mili botol air mineral itu, kita masukin gak sembarang masukin loh itu ada berat-beratnya. Jadi kapasitas berat itu menentukan. Satu botol itu 250 gram. Itu sampahnya kalau belum kita masukin situ empat kresek merah yang gede itu masuk itu jadi satu botol,” jelasnya.

Region Manager Communication, Relations & CSR PT Pertamina (Persero) melalui Marketing Operation Region (MOR) II Sumbagsel, Dewi Sri Utami, menyatakan, mengatasi kendala warga pesisir dari segi pemasaran produk agar bernilai ekonomis menjadi tantangan saat ini. Itu karena sulitnya pemasaran hasil produk ecobrick dikarenakan masih banyak masyarakat atau konsumen yang menganggap hasil produk ecobrick tetaplah hasil produk yang berasal dari sampah dan tidak memiliki nilai guna.

"Padahal ada potensi ekonomis dari pembuatan produk seperti ini. Ini menjadi tantangan untuk membuka persepsi masyarakat. Peluang memasarkan produk ini agar mendapat tempat di hati masyarakat selalu terbuka," ujar Dewi.

8. Kondisi laut Lampung sudah seperti "supermarket"

CSR Pertamina Ajak Warga Pesisir Lampung Kelola Sampah Jadi Ecobrickgoogle

Sampah di pesisir Kota Bandar Lampung kian menjamur. Tak hanya mencemari biota laut masyarakat yang tinggal di pesisir pun cukup terganggu dengan pemandangan sampah dan bau menyengat di sekitar area pesisir. Selain itu jika air naik maka sampah-sampah tersebut akan masuk ke dalam rumah.

Hal tersebut dirasakan langsung oleh Aminah salah satu warga Pulau Pasaran. “Iya kalau banjir tetep naik sampahnya semua,” ujarnya.

Turina warga Kampung Baru yang tinggal di dekat pesisir pantai juga menduga bintik-bintik merah yang ada di kaki anak-anak kecil akibat dari berenang di air laut yang sudah bercampur dengan sampah dan tinja. “Mungkin itu karena berenang di air laut kan udah kotor. Soalnya saya suka liat kakinya anak-anak itu pada bintik-bintik gitu,”  

Dicky Dwi Alfandy, Co Founder Gajahlah Kebersihan, sebuah komunitas yang bergerak di bidang pendidikan lingkungan  di Lampung, menyatakan, sampah di perairan laut Lampung sudah seperti supermarket.

Hal tersebut ia buktikan sendiri saat melakukan hobinya menyelam di laut Lampung. “2017 saya sering banget nyelsm di lautan Lampung. Di sana saya liat banyak banget sampah laut dari yang dipinggir pantai sampai kalau kita nyelam ke dasar laut itu banyak banget udah kaya supermarket,” jelasnya.

Baca Juga: Peternak Lampung Mitra Binaan Pertamina Dapat Tips Cara Beternak Sapi

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya