Fakta-fakta yang Kamu Perlu Tahu tentang Pilpres AS 2020  

Donald Trump mengancam gak mau terima hasilnya jika kalah!

Jakarta, IDN Times – Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) tahun 2020 menarik perhatian dunia. Pasalnya, Presiden AS sering disebut sebagai orang paling berkuasa di dunia yang bebas. Keputusan yang diambil orang nomor satu di negeri itu berpengaruh terhadap bagaimana dunia menanggapi krisis internasional seperti perang, pandemik global, sampai perubahan iklim.

Tahun ini, Pilpres AS diwarnai ketidakpastian karena pandemik dan sikap sang petahana, Presiden Donald J. Trump.

"Kita alami situasi di mana ada kekhawatiran soal legitimasi dan akurasi dari sistem pemilihan di negara ini,” kata Darry Sragow, ahli strategi Partai Demokrat yang juga guru besar ilmu politik di University of Southern California, kepada Buzzfeed (1/8/2020).

Pilpres di AS dilakukan setiap empat tahun. Meski pun jadi magnet isu politik dunia, namun banyak yang gak paham tentang bagaimana, sih, mekanisme Pilpres di AS?

Laman BBC News memuat bagaimana cara gampang memahami Pilpres di negara yang sempat dianggap rujukan sistem demokrasi itu. Bagaimana sistem elektoral bekerja? Apa, sih, yang disebut sebagai battleground state, atau negara bagian yang bisa dimenangi oleh kandidat Presiden dari Partai Republik mau pun Partai Demokrat?

Berikut IDN Times merangkum segala yang kamu perlu tahu tentang Pilpres AS.

1. Siapa yang bertarung di Pilpres AS 2020?

Fakta-fakta yang Kamu Perlu Tahu tentang Pilpres AS 2020  Presiden AS Donald Trump mengadakan acara kampanye di Bandara Central Wisconsin di Mosinee, Wisconsin, Amerika Serikat, Kamis (17/9/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Tom Brenner)
Fakta-fakta yang Kamu Perlu Tahu tentang Pilpres AS 2020  Capres AS dari Demokrat, Joe Biden, menganggap karena ketidakmampuan Trump, AS harus menderita kerugian besar. Ilustrasi (twitter.com/Laura Ingraham)

Seperti disebutkan di atas, Pilpres AS 2020 jatuh pada hari Selasa pertama, sesudah Senin pertama di bulan November, yang berarti itu pada 3 November 2020. Sistem politik di AS didominasi oleh dua partai politik. Meski di proses awal selalu ada yang mencoba mencalonkan diri dari jalur independen atau parpol lain, yang bertarung di etape terakhir selalu kandidat dari dua parpol.

Partai Republik adalah parpol yang identik dengan kelompok konservatif di AS. Kandidat mereka di Pilpres 2020 adalah petahana, Donald J. Trump. 

Partai Republik juga dikenal sebagai GOP atau Grand Old Party. Dalam beberapa tahun terakhir, mereka mendukung kebijakan pengenaan pajak yang lebih rendah, hak kepemilikan senjata oleh warga, dan pembatasan ketat terhadap imigran. Mereka yang tinggal di daerah, terutama wilayah pedesaan AS, menjadi basis pendukung yang kuat bagi Partai Republik. Mantan Presiden dari partai ini termasuk George W.Bush senior dan putranya George W. Bush Jr., Ronald Reagan, dan Richard Nixon.

Sementara di kubu lain, ada Partai Demokrat yang merupakan parpol kubu liberal di AS dan di tahun 2020 ini kandidat mereka adalah Joe Biden. 

Dia adalah politisi yang sangat berpengalaman, dan menjadi Wakil Presiden dalam dua periode kekuasaan Presiden Barack Obama. Tak heran jika dalam kampanye Pilpres, baik Obama mau pun mantan Ibu Negara Michele Obama, rajin terjun langsung mempromosikan Biden.

Partai Demokrat diidentikkan dengan posisi liberal dalam sejumlah isu seperti penghargaan terhadap hak-hak sipil, imigrasi, dan perubahan iklim. Partai Demokrat cenderung percaya bahwa negara seharusnya memainkan peran lebih besar dalam kehidupan rakyat, termasuk menyediakan asuransi kesehatan. 

Dukungan terhadap parpol ini cenderung lebih besar di kalangan yang tinggal di perkotaan AS. Mantan Presiden dari partai ini termasuk John F. Kennedy, Bill Clinton, dan tentu saja, Barack Obama.

Baik Trump mau pun Biden saat ini ada di usia 70-an mereka. Trump bakal berusia 74 tahun, sementara Biden berumur 78 tahun. Jika nanti terpilih, Biden akan menjadi Presiden AS tertua dalam sejarah AS saat memulai periode kepemimpinannya.

2. Bagaimana penentuan pemenang dalam Pilpres AS? Dan apa itu "battleground states"?

Fakta-fakta yang Kamu Perlu Tahu tentang Pilpres AS 2020  sbs.com.au

Berbicara soal pemenang Pilpres, di sini menariknya Pemilu di Amerika Serikat. Pada Pilpres AS, pemenangnya tak selalu yang meraih suara pemilih terbanyak secara nasional. Ingat Pilpres 2016 lalu? Kandidat Presiden Hillary Clinton meraup lebih banyak suara pemilih dibanding lawannya, Donald Trump.

Saat itu, Hillary Clinton, ibu negara di era Presiden Bill Clinton yang juga Menteri Luar Negeri AS di era Obama, meraih hampir 3 juta suara pemilih lebih banyak dibandingkan dengan Trump. Pasalnya, Clinton mendapatkan suara pemilih di negara bagian yang kuat bagi Demokrat seperti New York dan California. Akan tetapi, Trump mengalahkan dia dalam suara elektoral secara telak. Trump unggul dengan 304 suara elektoral, sementara Clinton dapat 227. Keunggulan Donald Trump di sejumlah negara bagian jadi kunci kemenangannya kala itu.

Jadi, kandidat Pilpres AS harus memenangi suara elektoral. Setiap negara bagian mendapatkan suara elektoral berdasarkan jumlah populasinya. Ada 538 suara elektoral yang harus diraih, sehingga siapa yang dapat 270 atau lebih suara elektoral, dia yang jadi Presiden.

Memang, sebagaimana sistem pemilihan suara langsung, sistem elektoral selalu memicu kontroversi. Tetapi, sistem ini dihormati sebagai bagian dari sejarah pembentukan negara AS. Biasanya, suara elektoral mencerminkan suara populer. Namun dalam lima Pilpres AS terakhir, termasuk tahun 2016 ketika Trump menang, hal itu tidak terjadi.

Artinya, ketika seseorang memilih kandidat Presiden, mereka memilih di tingkat negara bagian ketimbang di tingkat nasional.

Jadi, siapa pun kandidat yang mendapatkan suara tertinggi, mendapatkan semua suara elektoral itu. Kebanyakan negara bagian cenderung berpihak kepada salah satu dari dua partai. Tak heran jika para kandidat Presiden biasanya fokus kepada sejumlah negara bagian di mana mereka berpotensi menang. Ini yang dimaksudkan dengan istilah “battleground states”.

Negara bagian ini ada juga yang disebut sebagai negara bagian yang belum menentukan keberpihakan dalam Pilpres atau swing states, akan melihat dalam proses kampanye, siapa yang akan mereka pilih. Negara bagian yang secara tradisional masuk dalam kategori ini termasuk Florida dan Ohio.

Negara bagian lain yang rekam jejaknya mendukung Partai Republik adalah Arizona dan Texas. Pada Pilpres 2020, dua negara bagian ini menjadi battleground states karena meningkatnya dukungan terhadap kandidat dari Partai Demokrat. Bahkan di kalangan pemilih Partai Republik, banyak yang mengkritisi Trump, terutama selama pandemik COVID-19.

Baca Juga: Jelang Pilpres AS, Donald Trump Disebut Kekurangan Dana Kampanye

3. Siapa yang berhak memilih dan bagaimana mereka menggunakan hak pilihnya di Pilpres AS?

Fakta-fakta yang Kamu Perlu Tahu tentang Pilpres AS 2020  Pendukung Presiden AS Donald Trump membawa papan tanda saat Trump memberikan pidato kampanye di Bandara Reigional Arnold Palmer di Latrobe, Pennsylvania, Amerika Serikat, Kamis (3/9/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Leah Millis)

Mereka yang menyandang status sebagai warga negara AS dan berusia 18 tahun memiliki hak pilih di Pilpres.

Tahun 2016, sekitar 245 juta warga AS memiliki hak pilih. Namun, hanya ada kurang dari 140 juta yang menggunakan hak pilihnya. BBC News mengutip data dari Biro Sensus AS, mayoritas dari mereka yang tidak menggunakan hak pilihnya beralasan mereka gak tertarik dengan politik. Mereka yang terdaftar dan tidak memilih mengatakan mereka gak suka dengan kedua kandidat yang bertarung di 2016: Trump dan Hillary Clinton.

Begitu pun, banyak negara bagian telah menerbitkan aturan hukum lokal yang mewajibkan pemilih untuk menunjukkan dokumen identifikasi diri, untuk membuktikan diri sebelum mereka menggunakan hak pilihnya.

Aturan di tingkat negara bagian ini dijadikan alasan oleh pihak Partai Republik yang mengatakan mereka perlu jaminan untuk menghindari pelanggaran hak suara. Pihak Demokrat menuduh Republik menggunakan aturan ini sebagai tekanan terhadap warga untuk memilih, karena banyak di antara warga adalah kaum miskin dan kelompok minoritas yang seringkali tidak dapat menunjukkan kartu identitas diri seperti izin mengemudi.

Negara bagian juga memiliki aturan yang berbeda soal apakah mereka yang dipenjara boleh memilih dalam Pilpres. Mayoritas dari penghuni bui kehilangan hak pilihnya, tetapi mendapatkan haknya kembali setelah mereka menjalani masa hukuman penjara.

Mayoritas warga melaksanakan hak pilihnya di bilik suara pada hari Pilpres. Namun, cara alternatif untuk menjalankan hak pilih makin banyak digunakan. Pada Pilpres 2016, banyak juga yang mengirimkan suara lewat pos surat.  

Berapa banyak yang bakal menggunakan hak pilihnya tahun ini, masih jadi tanda tanya, mengingat situasi pandemik COVID-19. Sejumlah politisi menyarankan pemilihan lewat surat pos lebih banyak. Presiden Trump sendiri keberatan dan mengatakan bahwa sistem ini mengundang banyak pelanggaran suara. Trump sendiri tidak menyertakan bukti soal opininya ini.

Studi yang ada di tingkat nasional menunjukkan bahwa tidak ditemukan pelanggaran yang signifikan dalam hal ini.

4. Apakah Pemilu 3 November 2020 hanya menentukan siapa Presiden AS?

Fakta-fakta yang Kamu Perlu Tahu tentang Pilpres AS 2020  Ilustrasi Kongres AS. (Website cityandstate.com)

Jawabannya, tidak. Memang perhatian dunia tertuju kepada siapa yang menang Pilpres 2020. Tapi, warga AS sebenarnya sekalian memilih siapa yang bakal mewakili mereka untuk duduk di Kongres.

Nah, lembaga yang disebut Kongres ini dalam sistem politik di AS tugasnya membuat dan membahas Undang-Undang. Kongres terdiri dari dua kamar yaitu Dewan Perwakilan Rakyat dan Senat. Anggota DPR di AS memiliki masa kerja dua tahun, sedangkan senator bertugas selama enam tahun dan dibagi dalam tiga kelompok. Artinya, sepertiga dari mereka harus dipilih kembali setiap dua tahun.

Partai Demokrat saat ini sudah memiliki kontrol di DPR-nya, jadi pasti mereka berupaya mempertahankan posisi ini, seraya menguasai senat pula. Jika mereka meraih suara mayoritas baik di DPR mau pun senat, mereka bakal mampu mencegah atau memperlambat program-program Presiden Trump seandainya terpilih lagi.

Sebanyak 435 kursi di DPR AS akan menghadapi pemilihan kembali tahun ini, sementara di senat, ada 33 kursi yang juga dipertarungkan tanggal 3 November ini. Tahun ini, sebagaimana dikutip dari CBS, Trump mengancam tidak akan menerima hasil Pilpres 2020 kalau dia kalah.

Fakta-fakta yang Kamu Perlu Tahu tentang Pilpres AS 2020  Infografis Fakta-Fakta Pemilihan Presiden Amerika Serikat pada 2020 (IDN Times/Arief Rahmat)

5. Kapan hasil Pemilu dan Pilpres AS bakal diketahui?

Fakta-fakta yang Kamu Perlu Tahu tentang Pilpres AS 2020  Joe Biden dan Kamala Harris. twitter.com/KamalaHarris

Biasanya butuh beberapa hari untuk setiap suara dihitung dengan teliti. Tapi, menggunakan metode survei, biasanya hasilnya bisa diketahui setidaknya keesokan hari setelah Pemilu dilakukan.

Pada Pemilu 2016, Trump naik ke panggung yang disiapkan untuknya di New York, sekitar pukul 03.00 dini hari waktu setempat, untuk menyampaikan pidato kemenangan di depan pendukungnya.

Bagaimana tahun ini? Para petugas Pemilu sejak awal mengingatkan bahwa mereka mungkin butuh waktu lebih lama, bisa beberapa hari, bahkan beberapa minggu, untuk menghitung perolehan suara. Pasalnya, diperkirakan yang melakukan hak pilih lewat surat pos jumlahnya naik drastis.

Ada dua cara menggunakan hak pilih di AS, yakni pergi ke bilik suara pada hari pemilihan atau gunakan surat. Tapi aturannya berbeda bergantung pada negara bagian di mana pemilih tinggal. Semua negara bagian mengizinkan menggunakan hak pilih lewat surat, tetapi ada yang mewajibkan pemilih menyampaikan alasan mengapa mereka tidak bisa datang langsung ke bilik suara ada hari Pemilu. Beberapa negara bagian menerima situasi pandemik COVID-19 sebagai alasan kuat untuk gunakan hak pilih lewat surat. Tapi, belum semua melakukannya.

Pada Pilpres AS tahun 2000, hasilnya belum jelas dalam beberapa jam setelah pelaksanaan Pemilu digelar. Pemenangnya lantas harus ditentukan oleh keputusan Mahkamah Agung (MA) AS sebulan kemudian. 

Saat itu, pertarungan antara kandidat Partai Republik George W. Bush dan kandidat dari Demokrat, Al Gore, hasilnya sangat ketat, di mana di negara bagian Florida hanya beberapa ratus suara selisih di antara mereka.  

Kondisi ini memicu sengketa hukum yang memaksa penghitungan suara ulang yang membuat MA harus terlibat. Hasilnya, Bush diputuskan menang dengan meraih total 25 suara elektoral di Florida dan membuatnya memenangi 271 suara elektoral. Al Gore kala itu menghormati proses hukum ini dan menerima kekalahan.

6. Kapan pemenang Pilpres AS mulai berkantor di Gedung Putih?

Fakta-fakta yang Kamu Perlu Tahu tentang Pilpres AS 2020  Gedung Capitol AS. (Website/visitthecapitol.com)

Kalau Biden memenangi Pilpres 2020, dia gak bisa seketika langsung menggantikan Trump karena ada periode transisi.  Di sini, Presiden yang terpilih akan punya waktu untuk menyusun anggota kabinetnya dan membuat rencana kerja.

Presiden terpilih akan diambil sumpahnya secara resmi pada tanggal 20 Januari 2021 di acara inaugurasi, yang biasanya dilakukan di depan Gedung Capitol, di Washington, DC.

Saat Presiden Barack Obama terpilih, sejumlah konser dengan musisi kondang memeriahkan inaugurasi.

Setelah pengucapan sumpah secara resmi, presiden terpilih akan menuju Gedung Putih, kantor dan juga tempat tinggal resminya, untuk memulai kerja selama empat tahun ke depan.

Nah, menurutmu, siapa yang bakal terpilih jadi Presiden AS berikutnya?

Baca Juga: FBI Sebut Rusia Sengaja Ikut Campur Pilpres AS Agar Joe Biden Kalah

Topik:

  • Isidorus Rio Turangga Budi Satria
  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya