Kisah Warga Akhirnya Mudik Lebaran, Perjalanan Sakral Melepas Rindu

Dua tahun tak mudik, akhirnya bisa bertemu sanak keluarga

Bandar Lampung, IDN Times"Saya kira mudik ini bukan saja saya yang menantikannya, tapi semua orang. Mungkin juga bukan hanya umat muslim sebab aktivitas tahunan ini juga umum dilakukan umat lain ikut melaksanakan mudik"

Itu adalah sepenggal pernyataan Hendri Irawan, Hakim sekaligus Kabag Humas Pengadilan Negeri (PN) Tanjungkarang kala ditanya IDN Times makna mudik lebaran, Jumat (22/4/2022).

Bagi para perantau, mudik adalah perjalanan sakral berbekal sekoper rindu pada kampung halaman. Ada suasana rumah tempat kelahiran, kenangan masa kecil melekat di ingatan, sampai aroma masakan khas dirindukan lidah.

Dua tahun terakhir, pandemik COVID-19 seakan menjadi mimpi buruk bagi warga yang tinggal di rantau. Ingin pulang tapi takut menjadi pembawa penyakit bagi keluarga. Tapi kini ‘ada pelangi setelah hujan’. Itu lantaran pemerintah mengizinkan masyarakat mudik lebaran tahun ini.

Merujuk survei Balai Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Perhubungan teranyar, diprediksi sebanyak 85,5 juta orang Indonesia diperkirakan akan melakukan perjalanan ke luar kota atau mudik lebaran tahun ini. Uniknya, angka pemudik itu setara 31,6 persen dari total penduduk Indonesia!.

Provinsi Jawa Tengah tercatat daerah tujuan mudik terbanyak menurut survei tersebut. Diperkirakan, sebanyak 23,5 juta orang atau sekitar 27,5 persen dari total pemudik di Indonesia hendak melakukan perjalanan ke daerah ini.

Urutan tujuan mudik terbanyak kedua adalah Jawa Timur sebesar 16,8 juta. Selain itu, 14,7 juta orang bakal melakukan perjalananan ke Jawa Barat (diluar Bogor, Depok, Bekasi). Survei juga memerkirakan, ada pemudik akan melakukan perjalanan ke Jabodetabek 5,9 juta orang. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta juga menjadi sasaran tujuan mudik diperkirakan sebanyak 3,9 juta orang, disusul Lampung 2,7 juta orang, dan Sumatra Utara sebanyak 2,3 juta orang.

Melalui artikel kolaborasi hyperlocal pekan ini, IDN Times mewawancarai masyarakat dari berbagai daerah berencana mudik lebaran tahun ini setelah dua tahun tak bisa melakukannya. Mereka berbagi cerita seputar persiapan mudik, transportasi akan digunakan, protokol kesehatan diterapkan dan sebagainya. Simak informasinya berikut ini.

Dua tahun hakim Bandar Lampung tahan rindu tak bertemu anak istri di Bogor

Kisah Warga Akhirnya Mudik Lebaran, Perjalanan Sakral Melepas RinduHakim sekaligus Kabag Humas Pengadilan Negeri (PN) Tanjungkarang, Hendri Irawan. (IDN Times/Tama Yudha Wiguna)

Hendri Irawan, Hakim sekaligus Kabag Humas Pengadilan Negeri (PN) Tanjungkarang, Kota Bandar Lampung, sangat lega atas kebijakan pemerintah mengizinkan sejumlah kelonggaran aktivitas masyarakat. Termasuk memperbolehkan mudik Lebaran.

Bukan tanpa sebab, mengingat dua tahun terakhir dirinya harus menahan rindu di tanah perantauan dan harus melewati semarak Idul Fitri tanpa kehadiran anak istri beserta keluarga besar di Kota Bogor, Jawa Barat. "Bagi saya terbiasa hidup di tanah perantauan karena sudah kewajibannya sebagai hakim sering berpindah-pindah tugas, tentu memaknai mudik sebagai ajang silahturahmi," ucapnya.

Tak ayal, mudik lebaran kali ini bakal menjadi momentum bagi Hendri untuk melepas kerinduan bersama keluarga di Kota Bogor. "Anak istri semuanya di Bogor, yang pasti sebelum Lebaran kita bisa sama-sama merasakan buka dan sahur puasa serta malam takbiran bersama, juga tentunya berkunjung dengan keluarga dan tetangga sekitar rumah," sambung dia, Jumat (22/4/2022).

Hendri menyatakan, baru akan mudik lebaran 29 April mendatang. Itu bertepatan memasuki hari pertama cuti bersama. Meski demikian sederet persiapan telah dilakukan sejak jauh-jauh hari, termasuk urusan melaksanakan suntik vaksinasi dosis 3 alias booster.

Hendri dan keluarga mengatakan, nantinya tidak akan mengabaikan penerapan prokes COVID-19 telah ditetapkan pemerintah, khususnya memakai masker. Meski demikian, kondisi itu bukan berarti membatasinya untuk merajut tali silahturahmi.

Selain itu, ia pun berharap momentum mudik Lebaran 2022 menjadi akhir pergumulan terhadap penanganan pandemik COVID-19 sekaligus awal kebangkitan kehidupan normal. "Kita sama-sama berdoa semoga ini (pandemik) bisa cepat usai dan membawa keberkahan untuk kita semua," sambung dia.

Bahagia tinggalkan Bandung untuk sementara

Kisah Warga Akhirnya Mudik Lebaran, Perjalanan Sakral Melepas RinduDago Dreampark Official Site

Lebaran dan mudik selama ini menjadi tidak terpisahkan dari masyarakat Indonesia. Momen pulang ke kampung halaman untuk bertemu keluarga dan sanak saudara jadi agenda tahunan sayang untuk dilewatkan.

Kebahagiaan ini pula yang terpancar dari Iwan. Pemudik hendak pulang ke Lumajang ini tampak bahagia ketika akan meninggalkan Kota Bandung untuk sementara. Dia sudah tak sabar bertemu orang tua setelah dua tahun hanya bisa bertemu lewat layar ponsel.

"Sudah empat tahun kerja di Bandung. Dua tahun kan ga bisa pulang karena ada larangan mudik. Mau pakai motor pulang juga jauh, jadi ya sudah pasrah lebaran di Bandung," ujar Iwan.

Pria lajang ini bercerita, saat dua tahun tak mudik lebaran, hanya menghabiskan perayaan Idul Fitri bersama rekan kantornya. Memasak sendiri, dan bersilaturahmi melalui video call WhatsApp jadi cara Iwan meluapkan kerinduannya pulang ke Lumajang.

Hal senada dilontarkan Indriani. Hendak pulang ke Cirebon, dia membeli tiket lebih dulu di Terminal Cicaheum karena takut kehabisan. Rencananya Indriani akan mudik ke rumah mertua pada 29 April bersama dua anaknya dari Bandung. Sedangkan suaminya berkendara menggunakan kendaraan pribadi dari Cilegon langsung ke Cirebon bersama rombongan rekannya yang juga memilih pulang menggunakan motor.

"Kalau dulu suami datang ke Bandung setelah Lebaran karena pas lebarannya juga ga bisa mudik kan. Nah sekarang karena sudah bisa mudik kita sudah siapkan waktu agar bisa pulang ke Cirebon," kata dia

Baca Juga: Cerita Warga di Klungkung: Ngebet Banget Ingin Pulang Kampung di Jawa

Kepala BKD Jateng bilang mudik pelipur lara keluarga besar

Kisah Warga Akhirnya Mudik Lebaran, Perjalanan Sakral Melepas RinduKepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Jawa Tengah Wisnu Zaroh. (IDN Times/bt)

Satu di antara warga memutuskan mudik ialah Wisnu Zaroh. Sebagai seorang aparatur sipil negara (ASN), dengan aturan pelonggaran mudik Lebaran 2022 cukup melegakannya.

Sebab, selain dua tahun berturut-turut tak bisa merasakan Lebaran dengan meriah, Wisnu pun akan memanfaatkan momentum mudik tahun ini untuk melepas kangen bersama keluarga besarnya.

"Mesti diakui kalau dua tahun pandemik COVID-19 justru banyak waktu yang terhambat. Kita juga dibatasi tidak bisa kumpul-kumpul sama keluarga bahkan tidak bisa ikut salat Id. Jadi dengan adanya pelonggaran aturan mudik tahun ini, saya sekeluarga sangat bersuka cita. Secara pribadi saya gembira dan tidak sabar untuk bersilaturahmi dengan keluarga besar," kata Wisnu ketika berbincang dengan IDN Times melalui sambungan telepon, Jumat (22/4/2022).

Pria menjabat Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Jawa Tengah mengatakan akan mudik pada 29 April nanti. Tanggal tersebut merupakan awal dari cuti libur Lebaran ditetapkan pemerintah sampai tanggal 8 Mei 2022.

Untuk menyiapkan segala bekal, ia telah menukarkan beberapa uang untuk diberikan sebagai fitrah bagi anak dan sepupunya. "Kalau pakaian anak-anak saya masih bagus, maka gak perlu beli. Palingan ya memberi fitrah buat anggota keluarga di Solo. Saya rencananya juga akan mudik ke Ngawi karena di sana masih ada keluarga mertua saya. Sekalian nanti juga mau nyekar," ujar bapak dua anak tersebut.

Menurutnya momen mudik kali ini akan menjadi obat pelipur lara bagi keluarga besarnya. Apalagi selama pandemik, energinya banyak terkuras untuk memperhatikan kesehatan keluarganya. Saat wabah virus Corona melanda seluruh Indonesia termasuk Jawa Tengah, ia kehilangan beberapa keluarga dekatnya.

"Saat salah satu anggota keluarga ada yang meninggal, saya gak bisa melayat karena ada aturan prokes. Kemudian mau nyekar juga gak bisa. Maka dua tahun terakhir itu kita benar-benar diuji kesabaran dan keikhlasannya. Tapi saya bersyukur akhirnya bisa melewati semuanya dengan sehat, itu yang terpenting," tutur pria tinggal di kawasan Manahan Solo ini.

Saat menikmati libur Lebaran di Solo, dirinya juga sudah berancang-ancang bersilaturahmi ke teman-teman almamater sekolahnya. Acara silaturahmi akan dibuat dalam bentuk reunian untuk melepas kangen dengan teman-temannya.

"Pastinya saya akan reunian sama teman-teman di Solo. Saya memaknai Lebaran tahun ini jadi waktu yang tepat untuk merajut tali silaturahmi yang tertunda. Pas Lebaran di rumah, saya kepengin makan ketupat sayur bareng keluarga besar," katanya mantap.

Ajak suami dan tiga buah hati mudik dari Balikpapan ke Jatim

Kisah Warga Akhirnya Mudik Lebaran, Perjalanan Sakral Melepas RinduMaket Jembatan Tol Teluk Balikpapan (IDN Times/Istimewa)

IDN Times mewawancarai salah seorang warga Kota Balikpapan berencana mudik tahun ini. Ferry (40). Warga Graha Indah berencana pulang kampung ke salah satu kota di Jawa Timur. Jurnalis asal kota Balikpapan ini berencana menghabiskan libur lebaran di kampung halamannya, bersama sang suami dan ketiga buah hati.

"Saya rencana pulang tanggal 2 Mei. Memang pas lebaran. Akhirnya mudik setelah dua tahun kemarin lebaran di Balikpapan aja," tutur Ferry.

Ia mengatakan mudik kali ini adalah melampiaskan keinginan bertemu keluarga besar yang selama ini terhalang pandemik COVID-19. "Akhirnya bisa silaturahmi secara langsung. Karena dua tahun kemarin cuma bisa video call aja. Sekarang bisa kembali berkumpul dengan keluarga, dengan adanya keringanan kebijakan," tuturnya.

Terlebih dirinya, suami, dan putri sulungnya sudah mendapatkan vaksinasi dosis tiga atau booster. "Anak-anak juga sudah vaksin dosis satu dan dua. Kalau anak pertama 15 tahun juga sudah booster," tuturnya.

Ia dan keluarga memang sudah menjalani vaksinasi booster jauh sebelum kebijakan soal mudik. Sehingga aturan tak perlu antigen/PCR membuatnya lega.

Untuk mudik kali ini pun ia sudah mempersiapkan cukup matang. Sehingga tiket pesawat pun sudah ia beli jauh hari. Ia berencana menghabiskan waktu sepekan di dua kabupaten/kota di Jawa Timur.  "Karena keluarga besar di sana semua. Kami juga kan ngikutin jadwal libur anak-anak. Seminggu seperti cuti bersama pemerintah," jelasnya.

Memanfaatkan waktu libur anak-anak semaksimal mungkin juga dinantinya. Ini dikarenakan mereka juga sudah mulai masuk sekolah secara normal. "Anak-anak kan sudah 100 persen. Jadi kita kejar juga," terangnya.

Sementara Tri Yuli (53), warga Gunung Sari Ilir mengakui mudik kali ini tak direncanakan secara matang. Lantaran ada anggota keluarga meninggal dunia saat Ramadan, akhirnya ia memutuskan pulang kampung di salah satu kabupaten di Jawa Timur.

"Sebenarnya tidak ada rencana pulang kampung. Tapi karena ada kabar duka akhirnya saya dan suami pulang ke Jombang. Suami saya juga memang ngajak pulang," jelasnya.

Namun dirinya mengaku bersyukur karena bisa mudik tahun ini. Selama lebaran dua tahun terakhir ia hanya bisa bersilaturahmi melalui telepon dengan ibundanya. "Jadi kesempatan untuk silaturahmi juga" ujarnya.

Pemudik lainnya yang juga tengah menunggu kapal tujuan Balikpapan-Surabaya bernama Aminah (52) bersyukur dapat mudik lebaran tahun ini. Dia mengatakan sudah empat tahun tidak berlebaran di kampung halamannya di Madura. Kesempatan bisa mudik tahun ini dia langsung dimanfaatkan untuk berkumpul dengan sanak keluarga di sana. “Sudah vaksin tiga kali. Ini pulang sama anak,” ucapnya.

Sama seperti tahun-tahun sebelumnya saat mudik, barang bawaan pemudik yang melalui kapal laut pastilah banyak. Tak hanya satu atau dua tas, bahkan ada pemudik yang membawa empat tas maupun karton, di mana isinya merupakan oleh-oleh untuk keluarga di kampung halaman.

Sejauhnya merantau, keluarga dan kampung halaman selalu punya nilai khusus

Kisah Warga Akhirnya Mudik Lebaran, Perjalanan Sakral Melepas Rindupexels.com/visionpic .net

Ainum Hidayah (30), perempuan asal Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan merupakan karyawan swasta di salah satu NGO di Jakarta. Dia juga bekerja di salah satu rumah sakit untuk penelitian.

Bagi Ainum, kebijakan baru pemerintah mengizinkan masyarakat mudik lebaran merupakan angin segar sekaligus pengobat rindu. Betapa tidak, sudah dua tahun ini Ainum tidak mudik karena situasi pandemik COVID-19.

"Terakhir 2019 (mudik) jadi 2 tahun tidak mudik. Memang satu-satunya alasan saya adalah karena kasus COVID-19 masih tinggi dan belum terkendali, masih tinggi angka kematian dan kesakitan juga. Cakupan vaksin juga masih rendah, bahkan 2021 baru mulai," kata Ainum saat diwawancarai IDN Times via WhatsApp, Jumat (22/4/2022).

Situasi pandemik COVID-19 yang tidak menentu membuat Ainum khawatir pulang ke kampung halamannya. Dia tak ingin menjadi agen pembawa penyakit bagi keluarganya.

"Jadi lebih baik saya manut pada pemerintah. Tahun ini, alhamdulillah sudah ada kebijakan-kebijakan yang meringankan kita untuk mudik," kata Ainum.

Bagi Ainum, mudik lebaran tahun ini adalah buah dari kesabaran setelah dirinya tidak mudik sejak dua tahun lalu. Momentum ini juga tentunya akan menjadi pengobat rindu kepada keluarga dan kampung halamannya.

"Karena sejauh-jauhnya merantau, keluarga dan kampung halaman selalu punya nilai khusus sebagai charger semangat," katanya.

Ainum belum tahu berapa lama dia akan tinggal di kampung halaman. Tapi dia berharap bisa tinggal lebih lama, apalagi tempatnya bekerja juga lebih banyak menerapkan WFH.

Jika mudik nanti, dia sudah punya rencana apa saja yang akan dilakoni selama di kampung halaman. Silaturahmi ke keluarga, nyekar ke makam bapak, silaturahmi ke teman-teman terdekat, sudah masuk to do list bagi Ainum.

"Tetap membatasi aktivitas juga rencananya. Intinya yang penting bisa pulang ke rumah mama dan makan masakan mama," katanya.

Baca Juga: Dua Tahun Gak Mudik Lebaran, Cerita Perantau Sulsel Kangen Masakan Ibu

Siapkan planning kunjungi keluarga dan wisata kuliner enak

Kisah Warga Akhirnya Mudik Lebaran, Perjalanan Sakral Melepas Rindu

Warga Kabupaten Badung Provinsi Bali, Kadafi (34), mudik bersama istri dan anaknya ke Probolinggo, Jawa Timur, menggunakan jasa angkutan travel, Minggu (24/4/2022). Menurutnya, tahun ini kebijakan pemerintah terkait aturan mudik cukup longgar dibandingkan tahun 2020 dan 2021 lalu. Aturan ini memudahkan masyarakat, yakni hanya perlu memakai persyaratan vaksinasi.

Pelarangan mudik selama tahun pandemik tersebut, membuatnya rindu keluarga dan teman-temannya. Rencananya selama 2 minggu berada di Probolinggo, Kadafi akan menghabiskan waktu bertemu keluarga, teman, dan menikmati jajanan khas daerah tersebut.

“Rencana dua minggu. Ya ketemu keluarga, teman-teman. Keliling cari kuliner yang enak,” ungkapnya pada Jumat (22/4/2022).

Ia juga sudah vaksinasi booster di Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Bali,Selasa (19/4/2022). Itu dilakukannya agar terhindar dari persyaratan tes rapid Antigen di pintu penyeberangan Gilimanuk-Ketapang saat mudik lebaran tahun ini.

Salah seorang perantau asal Palembang Provinsi Sumatera Selatan, Indah Zulhidayati menuturkan, merantau di Lombok sejak 2016 lalu. Sebagai seorang perantau masih single, Indah mengatakan mudik merupakan momen yang sangat penting dan cuma sekali dalam setahun.

"Sangat disayangkan kalau tidak mudik. Kebetulan kalau aku walaupun pandemik kemarin mudik terus. Walaupun tetap patuhi protokol kesehatan. Karena bagi aku penting banget mudik, kapan lagi bisa mudik kalau tidak saat lebaran," katanya.

Rencananya, Indah tidak akan terlalu lama di kampung halamannya. Dia akan berada di sana sampai H+4 lebaran dan balik lagi ke Lombok. Ia mudik lebih awal biar nyaman dan menghindari kemacetan. Karena biasanya jika mudik menjelang hari H lebaran, pemudik cukup padat dan terjadi kemacetan.

"Nanti balik lagi ke Lombok nyari momen yang gak padat lagi. Menghindari macet karena ribet kalau terlalu ramai," ujarnya.

Di kampung halaman, Indah hanya berencana mengunjungi keluarga dekat dan tidak liburan.

Cocokkan jadwal libur pemerintah dan libur perusahaan

Kisah Warga Akhirnya Mudik Lebaran, Perjalanan Sakral Melepas Rinduaop.com

Yogie Fadila, karyawan swasta selama dua tahun tak pernah pulang kampung ke Jambi. Pandemik COVID-19 menjadi alasan utama Yogie mengurungkan niat untuk mudik.

Meski rindu bertemu dengan keluarga, pria satu anak ini terbentur aturan dari pemerintah membatasi bepergian selama dua kali lebaran. Akhirnya tahun ini pemerintah memberikan lampu hijau untuk mudik lebaran, tentunya ini menjadi angin yang tak boleh disia-siakan bagi perantau.

Terkait persiapan, Yogie mengatakan jadwal kerja menjadi pertimbangan utama. Selain mencocokkan tanggal libur pemerintah, ia harus berdiskusi tentang tanggal libur kantornya dan istri.   

"Selain duit ya, yang paling sulit menentukan jadwal karena ada tiga parameter. Jadwal libur dari pemerintah, dari kantorku, dan kantor istri," ujar laki-laki berdomisili di Ngemplak, Sleman Yogyakarta ini.

Saat ditanya hal paling dirindukan dari kampung halaman, selain kangen keluarga, ia mengungkapkan makanan khas lebaran paling diinginkannya. "Mungkin makanan kampung halaman, nasi minyak, kari, pempek. Belum lagi kue-kue basahnya," ujarnya.

Tradisi khas lebaran seperti sungkem antar keluarga dan bagi bagi THR juga tak pernah luput dilakukannya di Jambi sehingga membuatnya semakin ingin pulang kampung.

"Mudik tahun ini spesial. Bukan hanya karena penantian setelah dua tahun tak pulang, atau mudik untuk sebagai pengobat rindu, tapi juga dimanfaatkan untuk healing setelah dua tahun bersusah payah dalam mode survival,” jelasnya.

Tak hanya Yogie yang segera ingin merasakan suasana di Jambi, Sri Haryanti akhirnya memberanikan diri berangkat ke Jakarta untuk berjumpa dengan anak dan cucunya. Lansia berusia 70 tahun asal Sleman ini memilih naik mobil bersama menantunya menuju Ibu Kota.

"Sebenarnya sudah bertemu dengan keluarga anak saya, mereka datang ke Jogja di awal tahun lalu. Tapi saya pengin melihat ke sana, sudah dua tahun tidak bertemu keluarga di Jakarta," ujar Sri kepada IDN Times, Sabtu (23/4/2022).

Tiga tahun tak lebaran di rumah

Kisah Warga Akhirnya Mudik Lebaran, Perjalanan Sakral Melepas RinduFreepik/rawpixel.com

"Alhamdulillah, akhirnya tahun ini bakal lebaran di rumah sama suami," ujar karyawan swasta di Surabaya, Nurika Anisaul Jannah (27) kepada IDN Times, Minggu (24/4/2022). Tentu momen ini sangat ditunggu Ika, sebab bertahun-tahun belum menikmati Idul Fitri di kampung halaman. Karena ada tanggungan pekerjaan hingga larangan mudik dua tahun terakhir.

Perempuan asli Banyuwangi ini mengaku sudah sekitar tiga tahun tidak sempat lebaran di rumah. Bahkan, suaminya, Dadang Kurnia (32) terakhir menikmati lebaran Idul Fitri di rumahnya, Ciamis, Jawa Barat (Jabar) pada 2015 lalu. Keduanya, memutuskan mudik ke Ciamis pada tahun ini.

"Apalagi dua tahun lalu, kondisinya kan memang belum boleh mudik, ya kalau sekarang sudah bisa Alhamdulillah banget," kata Ika.

Kesempatan mudik juga tak disia-disiakan Chairani Arsyad (33), warga Gampong Jeulingke, Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh, Aceh. Maklum, dua tahun lebaran ia tak pulang kampung ke Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan, Riau.

Jadwal ia dan suami pulang kampung sesuai aturan cuti yang dikeluarkan oleh pemerintah. Mereka akan kembali lagi ke Banda Aceh, sebelum waktu cuti habis.

Perempuan akrab disapa Rani ini bercerita, dua tahun terakhir tidak mudik. Aturan penyekatan dan pembatasan diterapkan pemerintah dalam mencegah penyebaran COVID-19, menjadi alasan istri dari Theza Yawioenda itu tak pulang ke kampung halamannya di Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Riau.

Pembatasan pergerakan massa saat pandemik bukan satu-satunya alasan Rani beserta Theza tidak bisa mudik dua tahun terakhir. Suaminya yang bekerja di kantor pemerintahan membuat mereka mau tidak mau harus menuruti aturan tersebut.

Begitu juga dengan keluarganya. Selain dikarenakan jarak dari Pangkalan Kerinci ke Banda Aceh yang terbilang jauh, Rani juga tak ingin membebani keluarganya. Mengingat masih dalam suasana pandemi COVID-19.

“Berhubung aku juga pendatang di Banda Aceh, perantau juga, yang pasti sedih lebaran di kampung orang gak kumpul keluarga. Tetapi ya mau cemana lagi harus mengikuti anjuran pemerintah,” ujar Rani.

“Yang pastinya kita cuma bisa video call, komunikasi dijaga, ya palingan rindu-rindu cuma bisa nangislah,” imbuhnya.

Pesawat terbang pilihan utama demi efisiensi waktu

Kisah Warga Akhirnya Mudik Lebaran, Perjalanan Sakral Melepas Rinduilustrasi pesawat sedang takeoff (pixabay.com/ThePixelman)

Hendri Irawan hakim Pengadilan Negeri Tanjungkarang rencananya akan bertolak ke Kota Bogor dari Bandar Lampung mengendarai mobil pribadi. Selain diakui lebih simple keputusan ini sebagai langkah antisipasi mencegah penularan virus COVID-19 selama perjalanan mudik.

"Untuk kendaraan juga sudah diservis, apalagi inikan perjalanan jauh, tidak kalah penting jelas harus jaga kondisi tubuh supaya tetap prima selama di jalan. Artinya prokes juga wajib dijaga," katanya.

Tak sedikit biaya dikeluarkan Yogie Fadila dan keluarga kecilnya untuk melepas kangen saat Lebaran. Biaya pesawat yang tak murah tetap dipilihnya untuk menjaga kenyamanan si kecil dan istrinya yang sedang mengandung.  

“Tahun ini alhamdulillah bisa mudik ke Jambi naik pesawat, karena durasi tempuhnya lebih cepat. Sementara kalau darat, cocokin jadwal kerja susah pasti kelamaan di jalan,” katanya kepada IDN Times, Jumat (22/04/2022).

Sri Haryanti akhirnya memberanikan diri berangkat ke Jakarta untuk berjumpa dengan anak dan cucunya. Lansia berusia 70 tahun asal Sleman ini memilih mobil menjadi pilihannya karena kakinya tak kuat lagi berjalan jauh. "Saya tak mau pakai kursi roda, kalau ke kamar mandi umum pasti repot," jelasnya.

Walau rasa waswas menghinggapi nenek yang memiliki empat orang cucu ini, Sri mengatakan sebelumnya telah mendapatkan booster atau vaksinasi ketiga kalinya. "Saya hanya berdoa semoga tetap sehat, bisa bertemu dengan keluarga dan pulang kembali ke Jogja tanpa kena COVID," pungkas Sri. 

Tio Alfandi (55) tidak sabar menunggu waktu untuk mudik. Pria menetap di Kelurahan Semarapura Klod Kangin Bali ini, sudah menyimpan tiket untuk berangkat ke kampung halamannya di Sukabumi, Jawa Barat, Senin (25/5/2022). Baginya lebaran tahun ini sangat spesial karena sudah dua tahun tidak pulang kampung.

“Dua tahun sudah tidak mudik. Tahun ini ngebet sekali untuk pulang kampung,” ujarnya, Jumat (22/4/2022).

Setelah adanya kepastian dari pemerintah terkait kepastian mudik, ia langsung membeli tiket, termasuk menyiapkan berbagai persiapan mudik. Ia mengatakan, memilih mudik menggunakan bus, selain murah selama ini nyaman jika menggunakan bus.

“Kalau pesawat tiketnya mahal, sementara kalau naik kendaraan pribadi malah melelahkan. Jadi pilih naik bus saja. Ya semoga mudik kali ini lancar, saya sudah tidak sabar untuk melepas rindu dengan keluarga di kampung halaman,” jelas Tio.

Indah Zulhidayati mengatakan mudik lebih awal untuk menghindari kemacetan. Ia telah mudik dari Lombok ke Palembang, Selasa (12/4/2022) lalu. Ia memilih menggunakan moda transportasi udara dari Bandara Internasional Lombok kemudian transit di Jakarta.

Selanjutnya dari Jakarta naik pesawat ke Palembang. Menurutnya mudik menggunakan pesawat lebih praktis dan cepat sampai ke daerah tujuan. Karena hanya butuh beberapa jam saja dari Lombok ke Palembang.

Sedangkan Nurika Anisaul Jannah karyawan asal Surabaya akan mudik menggunakan kereta api pada H-2 lebaran atau 1 Mei 2022 bersama suaminya. Semua persiapan sudah dilakukannya meski sebenarnya sedikit ada kendala. "Karena harusnya mudik H-4 karena gak dapat tiket jadi H-2. Ini saja tiketnya langsung kereta jurusan Ciamis," ujarnya.

Longgarnya situasi setelah pesatnya laju capaian vaksinasi COVID-19 di tengah situasi pandemik, membuat Pendi, pemuda 18 tahun asal Cileles, Kabupaten Lebak tak lagi risau memikirkan cara untuk bisa mudik Lebaran di tahun ini.

Tahun lalu, pembatasan jadwal dan operasional kereta rel listrik (KRL) tujuan Rangkasbitung ditambah penyekatan jalan terjadi di sana-sini menuju wilayah Banten, membuatnya hampir salat Idul Fitri dan perayaan Lebaran terisolasi di Ibu Kota, Jakarta.

Pendi bercerita, saat ini dia dan kakaknya bekerja di satu tempat yang sama pulang kampung dalam waktu sebulan sekali. Lebaran 2022 dia mengaku tak waswas seperti tahun sebelumnya.

"Saya sudah vaksin, sertifikatnya ada, terus sudah boleh mudik juga. Nanti mudik di H-1 Lebaran. Malam takbiran," kata Pendi.

Eko Kurniawan (25), warga Delitua senang bisa pulang ke kampung halamannya di Kecamatan Badar, Kabupaten Aceh Tenggara. Ia memilih mudik melalui jalur darat via bus sekitar 4-5 jam.

“Terasa sih kalau tidak mudik, bersyukurlah kalau tahun ini dikasih mudik. Ada rasa bahagia, senang bisa jumpa keluarga, jumpa teman teman yang di kampung gitulah,” kata Eko.

Tak ada persiapan khusus untuk melakukan mudik tahun ini. Dia hanya melakukan vaksinasi COVID-19 yang dianjurkan oleh pemerintah. Seperti diketahui pemudik wajib sudah vaksinasi booster.

Ada sudah booster, tapi ada harus antingen hingga PCR

Kisah Warga Akhirnya Mudik Lebaran, Perjalanan Sakral Melepas RinduIlustrasi sampel uji PCR. (ANTARA FOTO/Indrayadi TH)

Ainum Hidayah (30), perempuan asal Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan dua tahun tidak mudik. Ia sangat antusias menyambut mudik kali ini. Apalagi dia sudah memenuhi semua persyaratan yang ditentukan pemerintah seperti vaksinasi booster yang diterimanya jauh sebelum kebijakan tersebut.

Rencananya, Ainum akan mudik menggunakan moda transportasi udara. Salah satu syarat penerbangan yaitu penumpang tidak perlu menyertakan surat hasil tes PCR jika telah menerima vaksinasi lengkap.

"Sudah lengkap karena aturan di tempat kerja. Selain itu karena masih situasi pandemik, tentunya masih sangat memperhatikan ketersediaan masker, antis tangan, sanitizer. Menjaga kesehatan juga, semoga pas hari H mudik dalam keadaan prima," kata Ainum.

Indah Zulhidayati menuturkan, adanya kebijakan pemerintah membolehkan masyarakat mudik lebaran tahun 2022, langsung menyiapkan berbagai persyaratan perjalanan yang diperlukan, seperti vaksinasi booster.

"Makanya aku kemarin vaksin booster dulu. Aku mempersiapkan tentang persyaratan penerbangan biar gak ribet saat mudik. Kalau persyaratannya sudah lengkap semua, kita mudiknya nyaman," kata Indah saat berbincang dengan IDN Times, Jumat (22/4/2022).

Dosen Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) NTB ini menambahkan, terus memantau perkembangan informasi terkait aturan mudik tahun 2022. Sampai pemerintah melalui Satgas COVID-19 Nasional menerbitkan surat edaran mengenai persyaratan bagi pelaku perjalanan dalam negeri atau masyarakat yang akan mudik lebaran.

Setelah mendapatkan informasi pasti, Indah kemudian mencari informasi tempat untuk vaksinasi booster di Kota Mataram. Ia mengatakan tidak terlalu sulit untuk mencari lokasi vaksinasi booster di Kota Mataram. Karena di aplikasi PeduliLindungi sudah tertera fasilitas kesehatan baik puskesmas dan rumah sakit yang melayani vaksinasi booster di Kota Mataram.

"Kebetulan ada puskesmas dekat kampus UNU NTB, itu kita datangi. Cuma kemarin memang penginnya vaksin Pfizer tapi kosong. Akhirnya pakai Astrazeneca," tutur Indah.

Sedangkan Tri Yuli, warga Gunung Sari Ilir Balikpapan usia 53 tahun menyatakan, ia dan suami yang sudah memasuki usia lansia sejauh ini baru mendapatkan dua kali dosis vaksin. Mau tak mau harus antigen sebagai syarat menggunakan moda transportasi udara.

"Saya naik pesawat. Agak ribet ya, karena saya kan bukan yang ngerti teknologi. Tapi sudah dibantu anak untuk siapkan di PeduliLindungi. Saya juga sudah antigen," jelasnya

Kerja sama yang baik menurut Yogie Fadila warga Jogja diperlukan untuk kelancaran mudik. Apalagi anaknya masih berusia balita. "Iya, sempat ragu-ragu karena selain tiket mahal, juga alasan safety COVID-19," ujar Yogie.

Anak pertamanya yang baru berusia 4 tahun belum menerima vaksinasi, dan istrinya belum mendapatkan booster karena sedang mengandung. Mau tak mau, anak dan istri harus melalukan PCR jelang mudik lebaran.

Seorang warga di Kelurahan Semarapura Klod Kangin, Hamidah, bahkan rela mengikuti vaksinasi booster malam-malam. Ini lantaran vaksinasi booster menjadi syarat untuk mudik lebaran.

“Kebetulan saya belum vaksin booster karena jadi persyaratan mudik kemarin malam saya langsung vaksinasi booster. Dari pada saya swab antigen lagi kan repot?” terang Hamidah, Jumat (22/4/2022).

Selama ini wanita yang sehari-hari berdagang itu mengaku sangat sibuk, sehingga tidak sempat melakukan vaksinasi booster. Tidak semata-mata karena hendak mudik.

“Kalau pagi saya sibuk berdagang, beruntung ada vaksinasi malam. Tidak saya saja, banyak teman saya juga baru vaksinasi booster demi mudik,” ungkapnya.

Karyawan swasta di Surabaya, Nurika Anisaul Jannah (27), mengatakan, aturan pemudik diwajibkan vaksin COVID-19 dosis ketiga alias booster tak dipermasalahkannya. Bahkan, jika diwajibkan dosis keempat pun, ia rela melakukan vaksinasi tersebut. Sebab, kerinduan dengan keluarga sudah tak terbendung.

"Gak masalah untuk vaksin ketiga, kalau ada empat pun gak apa-apa asal bisa ketemu keluarga. Gak enak soalnya kalau momen penting seperti lebaran sendirian di rantau atau jauh dari keluarga," jelas Ika.

"Untungnya booster juga gak sulit, di mana-mana ada, jadi menurutku ya tepat lah buat mudik tanpa repot antigen atau PCR yang masih nambah biaya," imbuhnya.

Tim penulis: Tama Yudha Wiguna, Ashrawi Muin, Fatmawati, Sri Wibisono, Fariz Fardianto, Debbie Sutrisno, Ayu Afria Ulita Ermalia, Dyar Aryu, Wayan Antara, Muhammad Nasir, Ardiansyah Fajar, Muhammad Saifullah, Yurika Febrianti, dan Muhammad Iqbal.

Baca Juga: Cerita Hakim di Lampung, 2 Tahun Tak Mudik ke Bogor Siap Melepas Rindu

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya