Kenapa Banyak Orang Percaya Teori Konspirasi COVID-19?

Mereka beranggapan bahwa COVID-19 itu khayalan semata

COVID-19 telah berlangsung selama lebih dari tujuh bulan di dunia, namun ternyata masih banyak orang tidak percaya bahwa pandemik ini nyata. Contohnya pun sangat dekat dengan kita.

Di Indonesia, tak sedikit orang yang vokal menyuarakan bahwa mereka menganggap virus corona atau SARS-CoV-2 hanyalah khayalan untuk menakuti masyarakat. Mereka pun dengan santai melanggar segala protokol kesehatan atau bahkan menuduh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan petugas medis membohongi publik. 

Kenyataannya, merekalah yang percaya pada teori konspirasi, teori yang dibuat tanpa dasar ilmiah yang kuat. Bisa dibilang klaim-klaim inilah yang justru tidak nyata karena tak ada bukti yang bisa menunjukkan keabsahannya. 

Parahnya lagi, para penganut teori konspirasi ini secara konstan memprovokasi masyarakat. Tujuannya untuk menggiring perspektif publik agar percaya dengan teori yang dibawanya. 

Namun yang menjadi pertanyaan, kenapa masih banyak orang yang percaya pada teori konspirasi COVID-19? Ditinjau dari sisi psikologis, berikut ini penjelasannya!

1. Orang yang percaya teori konspirasi COVID-19 lebih banyak dari yang kamu kira

Kenapa Banyak Orang Percaya Teori Konspirasi COVID-19?pexels.com/cottonbro

Pada Mei lalu, Cambridge University menyelenggarakan survei online di Inggris untuk mengukur kepercayaan masyarakat akan teori konspirasi COVID-19 yang beredar. Setelah mendapatkan 2.500 responden, mereka mempublikasikan hasil survei seperti berikut ini: 

  • 50 persen responden menunjukkan ketidaktertarikan pada teori konspirasi;
  • 25 persen menunjukkan dukungan terhadapnya;
  • 15 persen responden secara konsisten mendukung teori konspirasi;
  • 10 persen sangat memercayai dan mendukung teori konspirasi.

Ternyata bisa disimpulkan bahwa setengah populasi menunjukkan dukungan kepada teori tanpa dasar tersebut, meski dengan derajat yang berbeda-beda.

Survei tersebut memang tidak merepresentasikan kondisi di Indonesia, namun hal ini bisa menjadi gambaran bahwa cukup banyak orang yang percaya terhadap teori konspirasi COVID-19. Bahkan di negara maju yang mayoritas orangnya berpendidikan sekalipun. 

2. Masyarakat tertarik dengan teori konspirasi di masa-masa krisis

Kenapa Banyak Orang Percaya Teori Konspirasi COVID-19?pexels.com/cottonbro

"Masyarakat tenggelam dalam teori konspirasi pada periode krisis dan ketidakpastian, dan saat ini adalah salah satunya," kata Karen Douglas, profesor psikologi di University of Kent Inggris kepada HuffPost

Hal pertama yang bisa diperhatikan dari teori konspirasi adalah kemunculannya menjadi sangat masif di masa sulit. Contohnya di masa lalu adalah ketika Lady Diana meninggal, tragedi World Trade Center pada 2001, hingga saat wabah Ebola merebak di Afrika. 

Kenapa demikian? Dilansir sumber yang sama, ketika sesuatu yang buruk terjadi, manusia pasti mencoba untuk memahami apa sebenarnya yang ada di balik kejadian tersebut. Dari situlah pemikiran kreatif dan liar pun muncul. 

Teori konspirasi COVID-19 sebenarnya hadir karena manusia belum mengetahui dari mana virus corona atau SARS-CoV-2 berasal. Benar, kan? Maka untuk membuatnya "lebih masuk akal", manusia pun membuat asumsinya masing-masing. 

Ada yang berasumsi virus dibuat di laboratorium, virus berasal dari sinyal 5G, hingga virus dibawa oleh meteorit dari luar angkasa. Tentu saja asumsi ini tidak ada dasarnya. Manusia hanya menghubungkan dua hal yang dirasa menjanjikan dan menyebarkannya sebagai teori konspirasi.

3. Teori konspirasi membuat masyarakat merasa memegang kendali akan kondisi yang tak pasti

Kenapa Banyak Orang Percaya Teori Konspirasi COVID-19?wusf.usf.edu

Seperti penjelasan di atas, masyarakat tertarik pada teori konspirasi di kala krisis yang menimbulkan banyak ketidakpastian pada kehidupan. Seperti pandemik ini. Kita tak tahu dari mana asal virus, kita tak tahu siapa saja yang akan tertular, dan kita juga tak tahu kapan masa sulit ini akan berakhir. 

Dilansir HuffPost, Karen Douglas mengatakan segala ketidakpastian ini membuat manusia merasa kehilangan kendali akan hidupnya. Untuk mendapatkannya kembali, mereka pun membuat teori konspirasi. 

"Orang-orang mencari jawaban yang bisa menjelaskan situasi buruk ini. Mereka khawatir dan tidak pasti, dan juga bingung akan semua informasi yang didapatkan," kata Douglas kepada sumber yang sama.

Kenapa Banyak Orang Percaya Teori Konspirasi COVID-19?Ilustrasi. (Dok.IDN Times/Istimewa)

Contohnya seperti ini. Teori konspirasi yang banyak dipercaya masyarakat Indonesia adalah COVID-19 itu tidak nyata. WHO dan para pembuat kebijakan berbohong pada kita. Atau, COVID-19 sengaja diciptakan oleh laboratorium di Tiongkok. 

Dengan memercayai teori tersebut, para penganut teori konspirasi memiliki sesuatu yang nyata untuk disalahkan. Mereka pun jadi punya alibi untuk tidak mematuhi protokol kesehatan yang diberlakukan. 

Jadi ketika masyarakat menciptakan atau memercayai sebuah teori konspirasi, mereka merasa mendapatkan jawaban akan segala kekhawatirannya. Tak peduli jawaban itu benar atau tidak, yang jelas mereka akan merasa lebih aman dan memegang kendali akan kehidupannya. 

Baca Juga: Teori Konspirasi: Bill Gates Pencipta COVID-19 karena Danai Vaksinnya?

4. Physical distancing menjadikan teori konspirasi semakin liar

Kenapa Banyak Orang Percaya Teori Konspirasi COVID-19?pexels.com/Daria Shevtsova

Para ahli juga memperkirakan bahwa physical distancing semakin memicu masyarakat untuk percaya dan menciptakan teori konspirasi. Apa sebabnya?

Dilansir Scientific American, ketika manusia lama tidak berinteraksi dengan orang lain, perasaan cemas dan gelisah akan memantik pemikiran liar. Ini dibuktikan dengan studi tahun 2017 dari Princeton University. Para peneliti menemukan bahwa pengasingan sosial memiliki hubungan dengan pemikiran yang gelap dan sarat akan takhayul. 

5. Para penganut teori konspirasi memiliki beberapa karakter yang sama

Kenapa Banyak Orang Percaya Teori Konspirasi COVID-19?grist.com

Ternyata orang-orang yang percaya dan menciptakan teori konspirasi memiliki beberapa karakter yang sama, lho. Hal ini dibahas oleh studi tahun 2017 berjudul "“I know things they don’t know!”: The role of need for uniqueness in belief in conspiracy theories".

Berikut ini pernyataan dari para peneliti:

"...kepribadian seperti keterbukaan terhadap pengalaman, ketidakpercayaan, rendahnya tingkat persetujuan, dan Machiavellianism berkaitan dengan kepercayaan seseorang terhadap teori konspirasi."

Para peneliti kemudian melanjutkan bahwa seseorang yang memiliki tingkat persetujuan yang rendah pada umumnya tak bisa diandalkan dan tidak kooperatif. Sedangkan Machiavellianism merujuk kepada kepribadian manipulatif yang suka memanfaatkan orang lain untuk mencapai tujuannya. 

Tak hanya itu, studi tersebut juga menyebutkan bahwa orang yang sangat percaya dan tenggelam dalam teori konspirasi pada umumnya memiliki kemampuan analisis yang rendah. Sebab mereka cenderung mengabaikan hal-hal logis dan mengarang skenarionya sendiri yang berlebihan.

6. Menciptakan dan percaya pada teori konspirasi membuat seseorang merasa spesial

Kenapa Banyak Orang Percaya Teori Konspirasi COVID-19?news3lv.com

Di sisi lain, ternyata menciptakan dan percaya pada teori konspirasi bisa membuat seseorang merasa spesial, lho. Bagaimana bisa?

Masih dari studi yang sama, ini terjadi karena para penganut teori konspirasi merasa memiliki pengetahuan yang lebih banyak dan lebih teredukasi daripada orang lain. Mereka juga cenderung merendahkan dan bersifat narsistik. 

Sayangnya, sulit untuk memerangi teori konspirasi, terlebih mengedukasi para penganutnya untuk "kembali ke jalan yang benar". Sebab inilah coping mechanism atau cara mereka membawa kedamaian dan kenyamanan untuk dirinya sendiri. 

COVID-19 itu nyata. Orang-orang yang tak memercayainya mungkin belum pernah merasakan betapa sesaknya dada ketika gejala datang. Mereka mungkin belum pernah menyaksikan orang-orang terdekatnya terbaring di rumah sakit karena pandemik ini. 

Satu hal yang bisa kita lakukan adalah terus mengedukasi diri dan orang di sekitar dengan informasi yang tepat. Jangan mudah percaya dengan teori-teori di luar sana yang tidak didukung oleh fakta dan bukti ilmiah. 

Baca Juga: 7 Teori Konspirasi Virus Corona Paling Gak Masuk Akal, Jangan Percaya!

Topik:

  • Izza Namira
  • Bayu D. Wicaksono

Berita Terkini Lainnya