8 Potret Kawasan Jadul vs Terkini di Indonesia, Kamu Harus Lihat!

Perubahannya terlihat jelas lho...

Samarinda, IDN Times - Siapa masih ingat ucapan Presiden RI Sukarno, Jasmerah. Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah telah puluhan tahun diucapkan, namun gaungnya masih terasa hingga sekarang. 

Sejarah memegang peranan penting dalam kehidupan seseorang, pembangunan kota, hingga peradaban bangsa. 

Kembali membahas sejarah, IDN Times berikan informasi perkembangan sejarah suatu kawasan di Indonesia, melalui potret terdahulu dan kondisinya sekarang. 

Foto dan wawancara dikumpulkan dari hasil kerja tim redaksi yang dilakukan dalam waktu 1 minggu. 

Anda bisa melihat beberapa potret kawasan dari Bali, Samarinda, Semarang hingga Medan. 

1. Gedung Lonsum Medan

8 Potret Kawasan Jadul vs Terkini di Indonesia, Kamu Harus Lihat!Potret Gedung Lonsum pada 1909 dan 2020 (Dok. Gedung Arsip Pemko Medan, IDN Times/Indah Permata Sari)

Ada banyak Perubahan Kota Medan Tempo Doeloe dan Sekarang di Medan. Namun banyak bangunan-bangunan berarsitektur khas Belanda yang masih kokoh berdiri.

Pada akhir abad ke 19, daerah Kesawan yang tadinya hanya berupa kampung biasa lambat laun telah berubah menjadi distrik komersial dan ekonomi di kota Medan. Jalan Kesawan diramaikan dengan berdirinya beberapa kantor perusahaan dagang, toko/kedai, bank dan restoran. Salah satu bangunan peninggalan era kolonial dan yg cukup terkenal ialah bekas kantor Perkebunan karet Harrisons & Crosfield atau kini disebut Gedung London Sumatra (Lonsum). Jalan Ahmad Yani tepat di depan Merdeka Walk

Gedung Lonsum sudah berdiri sejak 1909. Kini masih berdiri kokoh dan masih dipergunakan sebagai kantor Lonsum.

Kini merupakan salah satu objek wisata heritage di Kota Medan. Lokasi lengkapnya ada di Jalan Ahmad Yani tepat di depan Merdeka Walk. Gedung Lonsum cocok dijadikan sebagai tempat wisata murah di Medan karena kita tidak perlu mengeluarkan uang banyak.

2. Jalan Bhayangkara di Samarinda, Kaltim

8 Potret Kawasan Jadul vs Terkini di Indonesia, Kamu Harus Lihat!Jalan Bhayangkara Kecamatan Samarinda Kota pada 1990 dan 2020. Foto lama diambil oleh Hilgard O'rielly Sternberg dari UC Berkeley Amerika. Foto terbaru diambil oleh Yudha Almerio

Jalan Bhayangkara, Kecamatan Samarinda Kota merupakan salah satu jalur protokol di Ibu Kota Kaltim.

Termasuk kawasan strategis lantaran berada di tengah kota.

Dibandingkan dengan foto tahun 1990, tak terlampau banyak perubahan di kawasan ini dibanding sekarang. 

3. Semarang ada Gedung NHM

8 Potret Kawasan Jadul vs Terkini di Indonesia, Kamu Harus Lihat!Gedung the Nederlandsche Handel Maatschapij (NHM) (IDN Times/ Dhana Kencana)

Mengunjungi Kota Semarang terasa kurang afdal jika belum singgah ke kawasan Kota Lama. Ya, di daerah tersebut akan ditemui banyak bangunan kuno, dengan nilai sejarah tinggi.

Salah satunya adalah gedung the Nederlandsche Handel Maatschapij (NHM) yang lokasinya ada tepat di sisi pojok kawasan Kota Lama. Gedung yang berhadapan langsung dengan Kali Baru dan Jembatan Berok itu berdiri kokoh.

Terakhir gedung ini mengalami revitalisasi pada 2016 lalu. Meski demikian masih tetap mempertahankan beberapa model aslinya. 

4. Jembatan Merah di Surabaya

8 Potret Kawasan Jadul vs Terkini di Indonesia, Kamu Harus Lihat!Potret Jembatan Merah tahun 1901 dan kini. Koleksi KITLV Leiden/ IDN Times/Fitria Madia

Mengemban julukan sebagai Kota Pahlawan, Surabaya menyimpan banyak kenangan. Di kota ini peristiwa perebutan hingga pertahanan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia terjadi. Peristiwa-peristiwa itu pun terekam di beberapa situs bersejarah.

Jembatan Merah merupakan salah satu tempat paling bersejarah di Kota Surabaya, bahkan Indonesia. Nama merah yang tersemat tak lain dikarenakan banyaknya darah yang tumpah di jembatan ini saat peperangan 10 November 1945. Jembatan ini adalah saksi keberanian arek Suroboyo melawan penjajah untuk mempertahankan kemerdekaan NKRI.

Kawasan ini terbagi menjadi dua bagian sejak penjajahan Belanda. Di sisi barat merupakan pemukiman warga Eropa. Banyak perkantoran dan bank di bagian ini. Arsitekturnya pun masih kental dengan gaya Eropa. Sementara bagian timur adalah pusat berdagangan warga Tionghoa, Arab, dan Melayu. Hingga kini ornamen Tionghoa masih terjaga di kawasan Kembang Jepun.

Sama seperti dulu, hingga saat ini wilayah Jembatan Merah menjadi salah satu pusat perniagaan warga Kota Surabaya dan sekitarnya. Sebut saja adanya Jembatan Merah Plaza (JMP) dan toko-toko grosir di Jalan Kembang Jepun.

5. Palembang dengan sejarah Kantor Ledeng

8 Potret Kawasan Jadul vs Terkini di Indonesia, Kamu Harus Lihat!Potret dahulu dan sekarang Gereja Siloam di Palembang (IDN Times/Dok. Feny Maulia Agustin)

Palembang mendapat julukan "Venesia dari Timur" karena didominasi kawasan sungai dan perairan. Palembang juga menjadi salah satu daerah yang ditinggali koloni Belanda selama kurang lebih 124 tahun, atau sejak Kesultanan Palembang Darussalam dihapuskan pada tahun 1825.

Bermula dari sistem perdagangan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), akhirnya Belanda menjadikan Palembang sebagai tanah air kedua setelah negeri mereka, Negara Kincir Angin. Ketika Palembang dikuasai Belanda, pemerintah kolonial perlahan mengubah dari kota air menjadi kota daratan.

Berjarak beberapa kilometer dari Gereja Siloam Palembang, Belanda juga membangun tempat distribusi air berlokasi di Jalan Merdeka. Pada era kolonial, pendistribusian air ini kemudian disalurkan ke daerah pemukiman Pasar 16 Ilir, Segaran dan sekitarnya.

Disebut dengan Kantor Menara Air (ledeng) atau Water Torren, kantor Wali Kota Palembang di Jalan Merdeka ini dulunya merupakan instalasi pengolahan air bersih pada masa Wali Kota Palembang dijabat oleh bangsa kolonial, yakni Ir R.C.A.F.J. Le Cocq d Armandville pada tahun 1928.

Selesai dibangun tahun 1929, Gedung Menara Air tenar di warga Palembang dengan sebutan Kantor Ledeng. Berdesain gaya de stijl, bangunan ini memiliki bentuk dasar kotak dengan atap datar. Selama pembangunan, gedung tersebut menghabiskan biaya sekitar 1 ton emas.

Pada zamannya, pendistribusian air bersih Gedung Menara Air dikenal sebagai sistem gravitasi dari tempat yang tinggi menuju tempat lebih rendah. Ketinggian gedung ini mencapai 35 meter, seluas 250 meter persegi dengan bak dengan daya tampung hingga 1.200 meter kubik air.

6. Banten ada jalur kereta api Rangkasbitung-Labuan

8 Potret Kawasan Jadul vs Terkini di Indonesia, Kamu Harus Lihat!Stasiun Rangkasbitung dulu dan kini selalu menjadi stasiun sibuk yang melayani rute Rangkasbitung Lebak Banten - Tanah Abang/Duri dari zaman kereta uap hinggi kini kereta listrik (Dok. Arsip Nasional, IDN Times/Muhammad Iqbal)

Jalur Duri-Tanah Abang-Rangkasbitung yang dibangun pada tahun 1890-an oleh Dinas Pekerjaan Umum Hindia Belanda. Secara resmi, jalur ini dioperasikan tahun 1899.

Jalur ini dibangun berdasar peraturan berjudul Berita Negara (Staatsblad) No. 180 tanggal 15 Juli 1896. Jalur ini berbarengan dengan pembangunan jalur Batavia Zuid - Duri dengan cabang ke Tangerang dan Rangkasbitung - Anyer Kidul.

Batavia Zuid kini menjadi museum di kawasan Kota Tua Jakarta. Sementara itu, Jalur Tanah Abang - Serpong yang kini menjadi green line kereta commuter ini dielektrifikasi pada tahun 1991 dan selesai pada 1992. Tahap elektrifikasi berlanjut sampai tahun 2013 berhenti di stasiun Rangkasbitung.

Sementara jalur kereta api Rangkasbitung-Labuan adalah jalur kereta api cabang antara Rangkasbitung-Merak. Jalur ini termasuk dalam Wilayah Aset I Jakarta. Lintas ini dibangun pada tahun 1908 oleh perusahaan api Hindia Belanda, Staatsspoorwegen.

Sayangnya, jalur ini kemudian ditutup sejak 1984, di era Orde Baru. Alasannya, jalur ini disebut kalah bersaing dengan moda transportasi massal lainnya.

Lintas kereta api sepanjang 56 km ini memiliki percabangan ke arah Bayah dari Stasiun Saketi. Jalur ini memiliki 18 stasiun perhentian.

7. Jembatan Ogan di Lampung

8 Potret Kawasan Jadul vs Terkini di Indonesia, Kamu Harus Lihat!Jembatan Ogan dibangun pada masa Pemerintahan Hindia Belanda (PHB). (Instagram.com/lampungheritage)

Pada masa penjajahan kolonial Belanda, banyak bangunan di Indonesia yang dirancang oleh arsitek kolonial Hindia Belanda. Tak terkecuali di Provinsi Lampung juga terdapat bangunan peninggalan Belanda yang masih berdiri kokoh.

Dari sekian banyak jembatan yang dibangun pada masa Pemerintahan Hindia Belanda (PHB) jembatan Ogan yang terletak di Desa Batanghari Ogan, Kecamatan Tegineneng, Kabupaten Pesawaran, Lampung ini memiliki struktur yang lebih kuat karena terbuat dari struktur baja.

Hingga saat ini kondisi jembatan yang mengusung konsep jembatan lengkung ini masih kokoh tanpa kerusakan. Kecuali pada bagian fondasi jembatan yang kini tak lagi bersandar pada bagian tepi kanal primer yang saat ini sudah dilebarkan dari kondosi awal pembuatan jembatan.

Saat ini, bertumpu pada fondasi jembatan yang terpisah dan telah masuk ke dalam aliran udara. Meski kejadian tersebut terjadi perubahan namun fungsi jembatan tersebut masih tetap sama yaitu sebagai sarana masyarakat Desa Batanghari Ogan saat melakukan aktivitas sehari-sehari.

8. Ini penampakan Jalan Melasti Kuta di Bali

8 Potret Kawasan Jadul vs Terkini di Indonesia, Kamu Harus Lihat!Jalan Melasti Kuta Tahun 1982 dan sekarang (Dok.IDN Times/Balipod, Google)

Jalan Melasti, Kuta Tahun 1982 belum diaspal. Tetapi sudah banyak wisatawan yang berlalu lalang. 

Demikian 8 potret kawasan terdahulu vs sekarang dari beberapa daerah di Indonesia. Kamu pasti pernah tahu daerah itu.

Tim liputan IDN Times: 

Arifin Al Alamudi (Medan), Dhana Kencana (Semarang), Fitria Madia (Surabaya), Feny Maulia Agustin (Palembang), Muhammad Iqbal (Banten), Silviana (Lampung), Ayu Afria Ulita Ermalia (Bali), Yudha Almerio Pratama Lebang (Samarinda). 

Baca Juga: 10 Potret Samarinda Jadul vs Terkini, Jangan Lupakan Sejarah!

Topik:

  • Anjas Pratama

Berita Terkini Lainnya