- Peningkatan permintaan agregat sebagai dampak dari kenaikan UMP sebesar 6,5 persen yang direalisasikan secara bertahap pada tahun 2025 dan HBKN Natal dan Tahun Baru di akhir tahun 2025
- Berlanjutnya kenaikan harga emas dunia seiring masih tingginya ketidakpastian geopolitik dan sentimen kebijakan ekonomi Amerika Serikat.
Inflasi Oktober 2025 Lampung 0,23 Persen, Harga Emas jadi Pemicu?

- Harga emas jadi pemicu inflasi Oktober 2025 di Lampung
- Komoditas tahan laju inflasi meliputi bawang merah, tomat, cabai rawit, dan gula pasir
- Risiko inflasi perlu diwaspadai dan dimitigasi dengan strategi 4K
Bandar Lampung, IDN Times - Indeks Harga Konsumen (IHK) di Provinsi Lampung Oktober 2025 tercatat mengalami inflasi sebesar 0,23 persen (mtm). Inflasi itu lebih tinggi dibandingkan periode September 2025 diangka 0,16 persen (mtm).
Merujuk data itu, realisasi tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan inflasi nasional sebesar 0,28 persen (mtm). Namun lebih tinggi dibandingkan rata-rata tingkat perkembangan IHK di Provinsi Lampung pada bulan Oktober tiga tahun terakhir yang tercatat inflasi 0,01% (mtm).
Mengacu perbandingan secara tahunan, IHK di Provinsi Lampung Oktober 2025 mengalami inflasi sebesar 1,20 persen (yoy). Nilai itu lebih tinggi dibandingkan inflasi bulan sebelumnya sebesar 1,17 persen (yoy), namun lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 2,86 persen (yoy).
1. Harga emas jadi pemicu?

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung, Bimo Epyanto mengatakan, dilihat dari sumbernya, inflasi Oktober 2025 dipicu kenaikan harga komoditas kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, serta makanan, minuman, dan tembakau, utamanya emas perhiasan, daging ayam ras, telur ayam ras, dan cabai merah. Andil masing-masing sebesar 0,14 persen; 0,05 persen; 0,05 persen; dan 0,05 persen (mtm).
Peningkatan harga emas perhiasan sejalan dengan kenaikan harga emas dunia di tengah tingginya ketidakpastian global akibat faktor geopolitik. Sementara itu, naiknya harga daging ayam ras sejalan dengan minimnya supply DOC (day old chicks) peternak yang diprakirakan berlangsung hingga bulan November 2025, serta turunnya produktivitas dipengaruhi oleh faktor cuaca.
"Adapun kenaikan harga cabai merah terutama disebabkan menurunnya pasokan pasca berakhirnya periode panen di beberapa sentra produksi," papar Bimo, Selasa (4/11/2025).
2.Ada komoditas tahan laju inflasi

Bimo menjelaskan, di sisi lain, inflasi yang lebih tinggi Oktober 2025 tertahan oleh penurunan harga bawang merah, tomat, cabai rawit, dan gula pasir. Andil masing-masing sebesar -0,15 persen; -0,03 persen; - 0,04 persen; dan -0,02 persen (mtm).
Penurunan harga bawang merah, tomat dan cabai rawit sejalan dengan masuknya periode panen di beberapa sentra produksi. Sementara itu, penurunan harga gula pasir didukung oleh terjaganya stok lokal seiring perbaikan faktor produksi tebu domestik.
3. Ada risiko perlu diwaspadai

Kantor Perwakilan BI Provinsi Lampung memprakirakan inflasi di Provinsi Lampung akan tetap terjaga pada rentang sasaran inflasi 2,5±1 persen (yoy) sepanjang tahun 2025. Namun, beberapa risiko perlu diwaspadai dan dimitigasi, di antaranya:
Risiko Inflasi Inti (Core Inflation):
Risiko Inflasi bahan makanan bergejolak (Volatile Food):
- Peningkatan harga beras pasca berakhirnya periode panen gadu dan masuknya puncak musim tanam
- Potensi peningkatan harga komoditas strategis jelang akhir tahun didorong oleh libur HBKN Natal 2025 dan Tahun Baru 2026.
Risiko dari inflasi harga yang diatur pemerintah (Administered Price):
- Kenaikan harga minyak dunia dipicu potensi gangguan pasokan global, sejalan dengan berlanjutnya tensi geopolitik di kawasan Timur Tengah.
4.Terapkan strategi 4K

Meninjau perkembangan inflasi bulan berjalan dan mempertimbangkan risiko inflasi ke depan, Bank Indonesia dan TPID Provinsi Lampung akan terus melanjutkan upaya menjaga stabilitas harga melalui strategi 4K.
1. Keterjangkauan harga
- Melakukan operasi pasar beras/SPHP secara terarah dan targeted.
- Melakukan monitoring harga dan pasokan, khususnya pada komoditas yang berisiko mengalami kenaikan harga pada bulan Oktober, utamanya beras dan komoditas hortikultura.
2. Ketersediaan pasokan
- Perluasan Implementasi Toko Pengendalian Inflasi di seluruh wilayah IHK/Non-IHK.
- Penguatan kerja sama antar daerah (KAD) antar-Provinsi maupun intra-Provinsi untuk komoditas defisit dan berisiko defisit dengan sentra produksi.
- Penguatan koordinasi antar OPD terkait untuk mempercepat realisasi pelaksanaan program swasembada pangan di Provinsi Lampung, utamanya melalui optimalisasi lahan, penggunaan varietas unggul, bantuan alsintan, serta memastikan kelancaran pendistribusian pupuk bersubsidi secara tepat guna dan tepat sasaran.
- Penguatan data pasokan dalam rangka memperkuat monitoring ketersediaan pasokan.
3. Kelancaran distribusi
- Memastikan kecukupan kapasitas dan jumlah moda transportasi untuk menjaga kelancaran lalu lintas angkutan barang dan manusia.
- Penguatan kapasitas transportasi dengan penambahan volume penerbangan Lampung – Jakarta dan reaktivasi rute penerbangan Lampung – Bali dan Lampung – Jogja.
- Melanjutkan upaya perbaikan jalan kabupaten/kota dan pedesaan yang dilalui oleh angkutan barang bahan pangan.
- Memastikan keberlanjutan dan penguatan implementasi Mobil TOP (Transportasi Operasi Pasar) dalam menjaga kelancaran operasi pasar.
- Bekerja sama dengan OPD dan Bulog dalam pemberian dukungan Subsidi Ongkos Angkut (SOA).
4. Komunikasi efektif
- Melakukan rapat koordinasi rutin TPID Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam rangka menjaga awareness terkait dinamika harga dan pasokan terkini.
- Memperkuat sinergi komunikasi dalam rangka menjaga ekspektasi positif terhadap prospek perkembangan harga dan kecukupan pasokan.
- Penguatan sistem informasi neraca pangan melalui integrasi data pangan terkini dan berkualitas untuk mendukung pengambilan kebijakan pengendalian harga yang tepat.
- Pemanfaatan media digital luar ruang berupa videotron untuk penyampaian informasi terkini inflasi di Provinsi Lampung.



















