Dampak Pernikahan Dini pada Aspek Ekonomi, Psikologis dan Kesehatan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bandar Lampung, IDN Times - Pernikahan merupakan ikatan lahir dan batin antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga bahagia.
Namun persoalan dalam rumah tangga tentu tak bisa dianggap sepele sehingga perlu persiapan matang mencakup banyak hal. Itu sebabnya, Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyebutkan, perkawinan hanya diizinkan apabila pria dan wanita sudah mencapai umur 19 tahun.
Jika pernikahan dilangsungkan pada usia dibawah kesesuaian aturan berlaku atau disebut pernikahan dini, ada banyak dampak buruk terjadi dari segala aspek. Berikut IDN Times rangkum dampak pernikahan dini pada aspek ekonomi, psikologis hingga kesehatan, berdasarkan penjelasan Komunitas Sentra Kawula Muda (Skala) PKBI Lampung.
1. Pernikahan dini sebabkan anak remaja putus sekolah
Secara umum, remaja menikah usia dini seringkali mengalami masalah perekonomian sebagai salah satu sumber ketidakharmonisan keluarga. Pasangan usia muda belum mampu dibebani suatu pekerjaan memerlukan keterampilan fisik, untuk mendatangkan penghasilan baginya dan mencukupi kebutuhan keluarganya.
Ekonomi adalah salah satu faktor berperan dalam mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan rumah tangga. Bahkan, pernikahan dini cenderung menyebabkan anak remaja mengalami putus sekolah pada usia dini.
Akibatnya lama sekolah mereka semestinya lebih panjang menjadi lebih cepat. Hal tersebut karena remaja harus membagi pikirannya dalam banyak hal seperti belajar, mengurus suami dan anak.
Baca Juga: 5 Hambatan Bikin Kamu Susah untuk Mengungkapkan Perasaan
2. Pernikahan dini berdampak pada karier
Dari segi ekonomi, pasangan pernikahan dini mengalami daya saing rendah untuk mendapatkan pekerjaan formal dengan jenjang karier yang baik. Selain itu, bisa kehilangan komunitas atau teman karena waktu terkuras untuk mengurus anak dan keluarga.
Kondisi tersebut juga akan berdampak pada kurang optimalnya pengasuhan anak karena aspek pengetahuan atau intelektual pengasuhan belum siap.
3. Perempuan menikah usia dini rentan stress dan depresi
Kemudian dari aspek psikologis, emosi tidak stabil dapat memicu retaknya hubungan rumah tangga (pertengkaran). Kabar buruknya juga rentan mendapatkan perlakuan kekerasan berbasis gender
Kekerasan tersebut lantas berpotensi terjadinya kegagalan dala membangun keluarga (perceraian). Selain itu bagi perempuan, emosional masih labil setelah melahirkan dan mengalami baby blues. Apalagi jika banyak tuntutan dari lingkungan sekitar sebagai orang tua muda, bisa sebabkan stress dan depresi.
4. Masalah kesehatan reproduksi pada perempuan menikah usia dini
Kemudian dari aspek kesehatan, berisiko mengalami masalah kesahatan reproduksi seperti kanker leher rahim dan trauma fisik pada organ intim. Jika sampai terjadi kehamilan di usia dini, risiko kesehatannya lebih tinggi, yakni tekanan darah tinggi dan risiko lebih berat bisa terjadi eklampsia (kejang-kejang).
Lalu, kelahiran bayi prematur (lahir sebelum usia 38 minggu) dan bayi kekurangan berat badan atau berat badan saat lahir rendah (BBLR). Dampak lainnya bagi anak dilahirkan oleh ibu usia dini adalah memiliki kecenderungan tinggi untuk melahirkan anak stunting.
Karena makin muda usia ibu saat melahirkan, makin besar kemungkinannya untuk melahirkan anak stunting. Selain itu, pendarahan saat melahirkan karena otot rahim terlalu lemah menyebabkan perdarahan relatif lebih sulit berhenti bisa sebabkan kematian pada ibu dan janin.
Ternyata, pernikahan dini dapat berdampak pada aspek ekonomi, psikologis dan kesehatan. Pastikan sebelum kamu melepas masa lajang untuk memerhatikan dampak dijelaskan di artikel ini ya.
Baca Juga: 5 Hal Membuktikan Pasangan Setia Padamu, Setuju Gak?