Kisah Personel Damkar Bandar Lampung, Jatuh dari Ketinggian Kala Tugas

10 tahun honorer hingga diangkat PNS

Bandar Lampung, IDN Times - Sesosok pria berseragam biru tua lengkap dengan tali kur merah melingkar di pundaknya nampak sibuk mengencangkan tali sepatu. Senyum lebar terpancar jelas, seraya mengulurkan tangan mengajak bersalaman.

Sepenggal kata terucap 'Maryani', kata pria itu memberitahu namanya. Ia merupakan salah satu dari sekian banyak petugas pemadam kebakaran (Damkar), sekaligus Aparatur Sipil Negara (ASN) bertugas di Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Bandar Lampung.

Yani, begitu ia disapa rekan-rekan seprofesinya, sudah menjajaki karier sebagai penjinak api sejak 1998 silam. Sederet kisah mulai dari suka duka, hingga ancaman maut masih terekam jelas dalam ingatan pria 51 tahun tersebut.

Meskipun begitu, tiap kali tugas memanggil Yani kini mejabat Wakil Danton (Wadan) B tersebut bakal selalu siap memberikan pelayanan kepada warga Kota Tapis Berseri. 

1. Pilih profesi petugas damkar karena dorongan hati

Kisah Personel Damkar Bandar Lampung, Jatuh dari Ketinggian Kala TugasSosok Maryani (51) petugas pemadam kebakaran Pemkot Bandar Lampung. (IDN Times/Tama Yudha Wiguna).

Dikisahkan Yani, bisa dikatakan perjalanan karier sebagai petugas damkar cukup panjang. Mulanya, ia diajak dan ditawarin seorang rekannya sudah lebih dulu bekerja Pemerintah Kota (Pemkot) Bandar Lampung sebagai pegawai tenaga honorer.

Tak serta merta langsung menjadi petugas damkar, kala itu, Yani dihadapi pilihan 2 tawaran profesi, petugas Satuan Pamong Praja (Satpol PP) dan petugas damkar. Walhasil, ia pun meneguhkan hati pada pilihan kedua. Alasannya, dikarenakan diri pribadi Yani merupakan sosok orang enggan berkonflik dengan orang lain.

"Sempat ada kebingungan, tapi tidak tahu kenapa, hati saya bilang kalau lebih cocok daftar jadi petugas pemadam. Sebab yang saya tahu, waktu itu kalau jadi Pol PP tertibin pasar, urus pengamanan demo, nah yang begitu saya suka gak tega," ucapnya.

Kemudian Yani pun mengikuti tes seleksi sebagai petugas Damkar Pemkot Bandar Lampung dan berhasil lolos. Kemudian sempat mengikuti pelatihan, sebelum akhirnya resmi menjadi tenaga honorer pada tahun sama, 1998 silam.

"Iya saya honor dulu, lumayan lama ada sekitar 10 tahunan, sampai akhirnya ada nama saya masuk pengangkatan pegawai negeri. Baru resmi PNS 2008," kenangnya.

2. Terkendala urusan ekonomi, sempat terpikir lepas status tenaga honorer

Kisah Personel Damkar Bandar Lampung, Jatuh dari Ketinggian Kala TugasSosok Maryani (51) petugas pemadam kebakaran Pemkot Bandar Lampung. (IDN Times/Tama Yudha Wiguna).

Selama menjadi pegawai honorer tersebut, diakui Yani banyak dihadapi lika liku persoalan kehidupan. Terutama urusan ekonomi untuk sekadar menyambung hidup sehari-hari. Kondisi itu juga sempat memotivasinya untuk mengundurkan diri dan memilih merantau mencari pekerjaan lain di Pulau Jawa.

Niatan tersebut urung terjadi, setelah kedua orang tuanya menguatkan Yani untuk tetap bertahan hidup di tanah kelahiran Kota Bandar Lampung.

"Kita tahulah gaji tenaga honorer gak besar, sedangkan kebutuhan hidup kadang gak bisa diperkirakan. Akhirnya, saya pelan-pelan nabung untuk buka usaha sampingan, ya alhamdulillah sampai sekarang masih jalan," katanya.

Baca Juga: Modal Daun Cery Bisa Gandakan Uang Miliaran Rupiah, Pria Ini Ditangkap

3. Penantian panjang diangkat PNS

Kisah Personel Damkar Bandar Lampung, Jatuh dari Ketinggian Kala TugasSosok Maryani (51) petugas pemadam kebakaran Pemkot Bandar Lampung. (IDN Times/Tama Yudha Wiguna).

Penantian panjang Yani selama menjadi tenaga honorer akhirnya berbuah manis, ini saat memasuki masa kepemimpinan era Wali Kota Bandar Lampung Eddy Sutrisno. Tepat pada 2007, namanya masuk ke dalam daftar bakal pegawai honorer yang akan mendapatkan pengangkatan PNS.

Alhasil, selang setahun kemudian Yani pun resmi diangkat menjadi PNS di lingkungan Pemkot Bandar Lampung. Pengangkatan itu diyakini sebagai keberkahan bagi keluarga terdekat terutama orang tua, istri, dan ketiga anaknya.

"Ya saya bersyukur akhirnya bisa diangkat pegawai negeri juga, apalagi perjuangan bisa sampai di posisi sekarang jugakan memang gak instan," ucapnya lirih.

Meski bukan lagi tenaga honorer dan telah menjadi PNS, Yani mengaku semangatnya bekerjanya tak pernah luntur dan harus lebih ditingkatkan, karena status pengangkatan dan jabatan saat ini memiliki tanggungjawab lebih berat sebagai abdi negara. "Kinerja dan loyalitas pada pimpinan, negara, hingga masyarakat harus tetap diutamakan," lanjut dia.

4. Pernah terjatuh dari ketinggian saat memadamkan api

Kisah Personel Damkar Bandar Lampung, Jatuh dari Ketinggian Kala TugasKebakaran di rumah warga Depan RSJ Provinsi Lampung. (IDN Times/Istimewa)

Bekerja mejadi petugas damkar sekitar 25 tahun, diakui Yani menyelipkan sederet kisah heroik tak jarang harus mengancam nyawanya. Mengingat, seorang pemadam harus bejibaku melawan kobaran api hingga menembus kepulan asap, untuk memastikan Si Jago Marah benar-benar padam tanpa memakan korban jiwa.

Misalnya 2001 silam, Yani sempat terjatuh dari ketinggian kurang lebih 2 meter dikarenakan kehilangan keseimbangan dan tak kuasa menahan kencangnya semprotan air mengalir dari selang mobil damkar. Waktu itu, diakui api tengah berkobar hebat di lokasi kejadian.

"Itu kejadiannya di toko meubel daerah Pahoman. Jatuh dari ketinggian tidak ada ancang-ancang tapi bisa gak ada apa-apa dan lanjut madamkan api. Saya seperti dapat pertolongan dari Yang Maha Kuasa. Alhamdulillah api padam tanpa korban jiwa dan tidak merambat ke lokasi lain," kenangannya.

Bukan cuma urusan menjinakkan api, Yani juga sudah terbiasa mendapat penugasan menangkap hewan liar maupun peliharaan di tengah-tengah masyarakat semacam ular, anjing, dan lain-lainnya.

"Ini juga bagian dari tugas kami, memberikan pelayanan kepada masyarakat. Apalagi sekarang, dinas pemadam sudah spesifik ada fungsi penyelamatannya," sambung dia.

5. Jadikan doa sebagai senjata utama jalani profesi

Kisah Personel Damkar Bandar Lampung, Jatuh dari Ketinggian Kala TugasPenampakan deretan mobil pemadam kebakaran di Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Bandar Lampung. (IDN Times/Tama Yudha Wiguna).

Di tengah sederet tantangan profesi tersebut, Yani tak pernah lupa selalu memanjatkan doa perlindungan kepada Sang Pencipta. Termasuk meminta doa keselamatan kepada sang istri tiap kali pergi bekerja meninggal rumah.

"Iya pemadam punya risiko kerja yang tinggi, tapi saya pribadi selalu anggap kalau pekerjaan ini sebagai ladang ibadah, sebab tempat mencari rezeki tapi juha bisa membantu orang lain dan selalu lillahita'ala saja," jelasnya.

Yani turut bersyukur, profesinya saat ini sudah didukung berbagai macam alat damkar memadai dan lengkap mulai dari puluhan mobil damkar, APAR, baju tahan panas, dan lain-lain.

"Alhamdulillah, untuk urusan peralatan Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Bandar Lampung dibilang lengkap. Bukan cuma soal madamin api, tapi kita juga punya alat-alat rescue," tandas Yani.

Baca Juga: Perbaikan Jalan Rusak Butuh Kajian Mendalam? Ini Kata Dosen ITERA   

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya