5 Novel tentang Perjuangan Indonesia Rebut Kemerdekaan, Sudah Tabu?

Potret masa penjajahan dan euforia saat merah putih berkibar

Intinya Sih...

  • Novel Perburuan karya Pramoedya Ananta Toer menceritakan kegelisahan seorang pahlawan yang diburu oleh Tentara Jepang.
  • Burung-burung Manyar karya Y.B Mangunwijaya mengisahkan perjuangan Atik dan Teto dalam dinamika hubungan di masa penjajahan Belanda.
  • Novel Max Havelaar karya Douwes Dekker (Multatuli) merupakan protes politik keras terhadap kolonialisme Belanda di Indonesia.

Bandar Lampung, IDN Times - Dalam setiap helai lembar sejarah Indonesia, tertoreh kisah-kisah heroik tentang perjuangan para pahlawan merebut kemerdekaan. Tak hanya terpahat dalam buku sejarah, semangat tersebut juga diabadikan dalam karya sastra menggugah hati.

Melalui narasi menggema, beberapa novel terpilih berhasil menangkap esensi perjuangan dan pengorbanan telah dilalui para pahlawan bangsa. Setiap halaman dari novel-novel ini menawarkan lebih dari sekadar hiburan, mereka menyajikan potret kehidupan di masa penjajahan, gejolak jiwa para pejuang dan euforia saat bendera Merah Putih berkibar untuk pertama kalinya.

Bersiaplah untuk terinspirasi oleh kekayaan kisah, tak hanya menceritakan sejarah, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai keberanian, persatuan, dan cinta tanah air abadi.

Berikut IDN Times rekomendasikan 5 novel menceritakan perjuangan Indonesia dalam merebut kemerdekaan.

1. Novel Perburuan karya pramoedya ananta toer

5 Novel tentang Perjuangan Indonesia Rebut Kemerdekaan, Sudah Tabu?(pexels.com/Castorly Stock)

Novel Perburuan ditulis Pramoedya Ananta Toer saat dipenjara selama seminggu pada masa pendudukan Jepang di Indonesia. Kemudian pada tahun 1950, Penerbit Balai Pustaka menerbitkan novel Perburuan.

Novel Perburuan sukses dan mendapatkan banyak penghargaan, antara lain pada 1949 Novel Perburuan menerima hadiah pertama Balai Pustaka. Tahun 1950, 1955, dan 1959 juga mendapat penghargaan dari Balai Pustaka. Tahun 1975 dan1987 mendapat penghargaan Internasional dari THE FUGITIVE. 

Novel ini menceritakan tentang seorang lelaki bernama Raden Hardo. Ia merupakan Shodanco Blora yang telah gagal dalam melakukan pemberontakkan menduduki markas Jepang.

Setelah ia gagal, justru kemudian menjadi orang yang diburu oleh Tentara Jepang. Novel ini menceritakan sisi lain dari setiap pahlawan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Bahwa setiap pahlawan tetap memiliki ketakutannya.

Pram menggambarkan dengan jelas kegelisahan Hardo, ia miskin, jauh dari orang-orang yang disayang, namun semangat perjuangannya tak pernah padam. Ia selalu percaya setelah Jepang kalah dan pergi dari Indonesia semuanya akan kembali pada kehidupan tenang dan damai. 

2. Novel Burung-burung Manyar karya YB Mangunwijaya

5 Novel tentang Perjuangan Indonesia Rebut Kemerdekaan, Sudah Tabu?Ilustrasi baca buku (freepik.com)

Burung-burung Manyar adalah novel karangan Y.B Mangunwijaya. Novel ini terbit pertama kali pada 1981.

Sampai tahun 2007 Burung-burung Manyar telah terbit dan dicetak ulang sebanyak 15 kali. Buku ini memperoleh dua penghargaan yang terkenal yakni South East Asia Write Award pada 1983 dan Ramon Magsasay Award 1996.

Novel Burung-burung Manyar merupakan novel sejarah. Sejarah yang termuat dalam novel ini adalah sejarah Indonesia dari 1934-1978. Latar cerita dalam novel ini sejak penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, Perang Kemerdekaan sampai masa Orde Baru.

Novel ini menceritakan seorang perempuan bernama Atik, perempuan berani dan pribadi aktif. Ia bekerja membantu Sjahrir, seorang perintis dan revolusioner kemerdekaan Indonesia.

Selain itu, ada juga Teto, sang kekasih Atik yang bergabung dengan Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger atau KNIL, alias Tentara Kerajaan Hindia-Belanda. Novel ini akan menyuguhkan dinamika hubungan antara keduanya mengaduk emosi dan perasaan, namun juga memperlihatkan gambaran akan lingkungan sosial pada masa itu. Serta berlatar belakang pada sejarah Indonesia mencapai kemerdekaan. 

Baca Juga: 5 Novel Tentang Makna Kehilangan, Karya Penulis Ternama

3. Novel Max Havellar karya Multatuli

5 Novel tentang Perjuangan Indonesia Rebut Kemerdekaan, Sudah Tabu?ilustrasi baca buku (pexels.com/RF._.studio)

Siapa tak tahu tentang Novel Max Havelar karya Douwes Dekker atau dikenal dengan nama pena Multatuli? Novel ini merupakan novel paling bersejarah bagi perjuangan Bangsa Indonesia dalam proses kemerdekaannya dan mencari dukungan Internasional.

Novel ini pertama kali terbit pada 1860 dan diakui sebagai karya sastra Belanda sangat penting karena novel ini memelopori gaya tulisan baru. Novel ini terbit dalam bahasa Belanda dengan judul asli "Max Havelaar, of de koffij-veilingen der Nederlandsche Handel-Maatschappij" ("Max Havelaar, atau Lelang Kopi Perusahaan Dagang Belanda").

Novel ini ditulis oleh Multatuli hanya dalam tempo sebulan pada 1859 di sebuah losmen di Belgia. Setahun kemudian, tepatnya pada 1860, roman itu terbit untuk pertama kalinya.

Meskipun diakui oleh Belanda sebagai karya sastra asal Belanda, namun novel ini merupakan kritik tajam terhadap praktik kolonialisme Belanda di Indonesia, khususnya sistem tanam paksa (cultuurstelsel) di Jawa.

Cerita berpusat pada Max Havelaar, seorang asisten residen (pejabat pemerintah kolonial) idealis di Lebak, Banten. Havelaar adalah seorang pria jujur dan bermoral tinggi, serta sangat prihatin dengan penderitaan penduduk lokal akibat korupsi dan eksploitasi oleh para pejabat kolonial dan penguasa lokal.

Melalui surat-surat dan narasi cerita, Havelaar berusaha untuk memperjuangkan keadilan bagi rakyat tertindas. Dia mengungkap berbagai penyalahgunaan kekuasaan, seperti penarikan pajak yang berlebihan dan kerja paksa.

Namun, upaya Havelaar untuk memperbaiki kondisi tersebut justru membuatnya menghadapi banyak tantangan, termasuk perlawanan dari sesama pejabat dan atasannya yang korup.

Di bagian akhir novel, Max Havelaar akhirnya menyerahkan pengunduran dirinya sebagai bentuk protes karena gagal mendapatkan dukungan untuk reformasinya. Melalui kisah ini, Multatuli ingin membuka mata dunia tentang ketidakadilan yang terjadi di tanah jajahan dan menyoroti penderitaan rakyat pribumi akibat kebijakan kolonial yang kejam.

Max Havelaar bukan hanya sebuah karya sastra, tetapi juga sebuah protes politik keras. Novel ini berperan penting dalam mengubah pandangan masyarakat Belanda terhadap kolonialisme dan memicu reformasi dalam kebijakan kolonial Belanda.

4. Novel Supinah karya Bagin

5 Novel tentang Perjuangan Indonesia Rebut Kemerdekaan, Sudah Tabu?ilustrasi membaca (unsplash.com/Nathan Aguirre)

Novel Supinah karya Bagin diterbitkan pada 1993 oleh Balai Pustaka ini berlatar pada masa Agresi Militer Belanda I, Agresi Militer Belanda II dan menjelang pengakuan kedaulatan Indonesia.

Novel ini mengisahkan perjalanan hidup Supinah soerang perempuan keturunan Belanda. Meskipun dia keturunan Belanda, tetapi ia sangat mencintai Indonesia.

Bahkan ia rela masuk keluar penjara. Ia begitu tegar menghadapi musuh di daerah kekuasaan musuh. Supinah merupakan seorang wanita muda pemberani dan tegar, di tengah kekacauan dan penindasan di daerah kekuasaan musuh.

Supinah adalah karakter penuh semangat dan ketegasan, menjadikannya teladan bagi generasi masa kini dan mendatang. Novel ini menggambarkan dengan jelas liku-liku perjuangannya di masa penuh tantangan.

Novel ini merangkum berbagai peristiwa dalam Agresi Militer Belanda I dan II serta bagaimana situasi masyarakat Indonesia menghadapi tantangan yang datang tiba-tiba pasca kemerdekaan. 

5. Novel Kasih di Medan Perang karya Matia Madijah

5 Novel tentang Perjuangan Indonesia Rebut Kemerdekaan, Sudah Tabu?ilustrasi baca novel (pexels.com/George Milton)

Novel Kasih di Medan Perang adalah novel karya Matia Madijah dan diterbitkan pada 1995 oleh Balai Pustaka. Novel ini memiliki 151 halaman dan menceritakan perjuangan mempertahankan kemerdekaan di Bandung.

Novel Kasih di Medang Perang adalah sebuah novel berlatar belakang masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, khususnya di Bandung. Novel ini berfokus pada kisah Gani, seorang anggota Palang Merah Indonesia (PMI).

Ia terlibat aktif dalam berbagai peristiwa penting seperti pertempuran Lengkong dan Bandung Lautan Api. Melalui pengalamannya di medan perang, Gani tidak hanya berjuang demi kemerdekaan, tetapi juga mengalami dinamika cinta dan hubungan personal di tengah-tengah kekacauan dan bahaya melanda.

Cerita ini terinspirasi dari kisah nyata dan menonjolkan peran penting PMI dalam membantu para pejuang dan warga sipil selama masa sulit tersebut. Novel ini mencerminkan semangat patriotisme dan pengorbanan mendalam, serta menawarkan pandangan tentang aspek manusiawi di balik peristiwa dalam sejarah besar dilewati oleh Bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan.

Baca Juga: Stok Beras Bulog Lampung 66,3 Ribu Ton, Aman hingga Februari 2025

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya