Mantap! Dosen ITERA Selama Dua Tahun Terbitkan 100 Buku

Dukung bahasa nasional dan daerah ke kancah internasional

Bandar Lampung, IDN Times - Institut Teknologi Sumatera (ITERA) memiliki fasilitas ITERA Press didirikan secara resmi pada masa kepemimpinan Rektor pertama ITERA Alm. Prof. Ofyar Z. Tamin 9 Oktober 2020. ITERA Press juga telah resmi menjadi anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) sejak 1 April 2021.

Pemimpin Redaksi ITERA Press, Doni Alfaruqy, menyebut, sejak awal pembentukannya, ITERA press bertujuan memfasilitasi sivitas akademika dalam menerbitkan dan mencetak buku. Kini, meski usianya belum menginjak dua tahun, ITERA Press telah berhasil menerbitkan lebih dari 100 judul buku.

"Sehingga kini buku-buku terbitan ITERA Press menjadi semakin bervariasi. Buku-buku tersebut di antaranya Memoar Ofyar Zainuddin Tamin, Mitra Djamal Bapak Pendidikan ITERA, Sumatera Masa Depan, 14 Langkah Menuju Alam Semesta, Panganpedia, Kosmetik, Observasi Geologi Lapangan, dan Ragam Warna Pakaian Adat Lampung," jelas Doni, Selasa (2/11/2022).

Selain itu menurut Doni, terdapat juga buku-buku karya mahasiswa berkolaborasi dengan dosen ITERA, seperti Every Large Tree Used to Be Young and Small, Mengejar Mimpi, Live Your Dream, Tanpa Batas, See You at the Top, dan Saat Esok Datang Kembali, Mimpi Bukan Lagi Mimpi yang dimaksudkan untuk mengembangkan bakat, serta mempertajam kemampuan mahasiswa dalam menulis.

“Kami tidak bergerak sendiri. Tanpa dukungan dari unit-unit lain, mungkin ITERA Press belum akan sampai pada titik ini," ujarnya.

1. Teknis menerbitkan buku di ITERA Press

Mantap! Dosen ITERA Selama Dua Tahun Terbitkan 100 BukuIlustrasi buku pelajaran. (pinterest).

Doni mengatakan, keberadaan ITERA Press memungkinkan sivitas akademika ITERA untuk menciptakan rekor pada kategori buku. Dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa dapat menerbitkan sebanyak apapun buku yang mereka tulis secara gratis dalam bentuk e-book dan dengan proses review yang cepat. Tidak hanya itu, ITERA Press juga terbuka untuk umum demi meningkatkan minat menulis buku masyarakat.

Menurut Doni, bagi sivitas akademika ITERA hendak menerbitkan buku di ITERA Press, teknisnya sangat mudah. Penulis cukup menyiapkan naskah dan mengisi surat pernyataan keaslian karya dapat diunduh di website ITERA Press, serta mengirimkan berkas-berkas tersebut melalui email: press@itera.ac.id.

Kemudian, proses review dan pemberian feedback kepada penulis dilakukan oleh dewan redaksi ITERA Press. Setelah itu, naskah buku yang telah melalui proses review dikirim ke Tim ISBN Perpustakaan Nasional.

Baca Juga: Kisah Dosen ITERA Buat Tenun dari Limbah Plastik, Juara Satu Nasional

2. Raih prestasi terbitkan 14 buku dalam waktu 1 tahun

Mantap! Dosen ITERA Selama Dua Tahun Terbitkan 100 BukuDosen ITERA Harits Setyawan meraih penghargaan dari Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (LEPRID) sebagai Dosen berhasil menerbitkan 14 buku kurun waktu 1 tahun (ITERA Press)

Salah satu dosen ITERA Harits Setyawan meraih penghargaan dari Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (LEPRID) sebagai ddosen berhasil menerbitkan 14 buku dalam kurun waktu 1 tahun. Direktur pertama ITERA Press itu pada 2021 lalu memperoleh penghargaan dari Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (LEPRID).

Tak hanya itu, pada 2020, Harits Setyawan juga memperoleh penghargaan sebagai “Akademisi Berkarya” dalam kegiatan Sayembara Penulisan dan Penerbitan Buku Nasional.

"Saya merasa terbantu dengan keberadaan ITERA Press. Dosen-dosen dapat menerbitkan buku dengan gratis dan proses reviewnya cepat," kata Harits. 

Menurutnya, sebelum penerbitan buku di ITERA Pers, sering dihadapi adalah biaya cetak atau proses peninjauan yang lama. Dengan adanya ITERA Press, seluruh civitas akademika ITERA kini dapat menebitkan sebanyak apapun buku yang mereka tulis. 

3. Minat penulis mendukung eksistensi bahasa Indonesia dan daerah masih kurang

Mantap! Dosen ITERA Selama Dua Tahun Terbitkan 100 BukuDosen ITERA Harits Setyawan meraih penghargaan dari Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (LEPRID) sebagai Dosen berhasil menerbitkan 14 buku dalam kurun waktu 1 tahun (ITERA Press)

Salah satu karya ditulis Harits Setyawan, menulis lima buku untuk mendukung eksistensi bahasa Indonesia dan bahasa daerah di dunia internasional. Harits menulis buku-buku itu menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar agar lebih mudah dipahami oleh pembaca asing mempelajari bahasa-bahasa yang ada di negara kita.

Masing-masing buku terdiri dari 100 halaman itu mengupas bagaimana angka disampaikan dalam bahasa Indonesia, Lampung, Jawa, dan Sunda.

“Minat penulis di dalam negeri untuk mendukung eksistensi bahasa Indonesia dan bahasa daerah di dunia internasional masih kurang. Padahal, banyak penulis dari luar negeri menjadi terkenal karena meneliti dan menulis tentang bahasa-bahasa yang ada di negara kita," jelasnya.

Hal itu kemudian memotivasi dosen yang sehari-hari bertugas di program studi Desain Komunikasi Visual itu menuangkan hal-hal ia pahami ke dalam buku. Tujuannya, agar bisa menjadi rujukan bagi pelajar-pelajar asing di luar negeri, sekaligus mendukung eksistensi bahasa-bahasa tersebut di dunia internasional.

Buku-buku karya Harits di antaranya, Indonesian Numerals (ISBN: 978-623-99639-6-5), Lampungnese Numerals (ISBN:978-623-5404-08-0), Kromo Javanese Numerals ISBN: 978-623-5404-09-7), Ngoko Javanese Numerals (ISBN: 978-623-5404-10-3) dan Sundanese Numerals (ISBN: 978-623-5404-11-0). 

4. Memahami makna dalam menulis

Mantap! Dosen ITERA Selama Dua Tahun Terbitkan 100 Bukuilustrasi menulis (Pexels.com/Ivan Samkov)

Harits mengatakan, menulis adalah menyampaikan makna melalui kata-kata. Kata-kata tersebut memiliki makna merujuk pada sesuatu, baik di dalam ataupun di luar bahasa itu sendiri.

"Misalnya ketika kita menemukan kata “Pronoun” dalam suatu tulisan, kata tersebut memiliki makna yang merujuk pada sesuatu di dalam suatu bahasa ketika kita menyampaikan tentang kata benda yang telah disebutkan sebelumnya," terangnya.

Menurutnya, agar dapat memahami makna, perlu mempelajari apa yang diacu oleh suatu kata. Sebab, lanjutnya, tanpa mempelajarinya, akan kesulitan untuk menangkap apa yang ingin disampaikan oleh penulis.

"Sebagai contohnya, kita tidak akan tahu kata “Disappointed” memiliki makna “Kecewa” dalam bahasa Indonesia jika kita tidak belajar bahasa Inggris, membuka kamus, atau bertanya kepada orang lain. Begitu juga sebaliknya, orang Inggris tidak akan tahu kata “Kecewa” memiliki makna “Disappointed” dalam bahasa Inggris jika tidak ada proses belajar yang dilakukan agar dapat memahami makna," papar Harits.

5. Penulis perlu belajar supaya tujuan menulis tercapai optimal

Mantap! Dosen ITERA Selama Dua Tahun Terbitkan 100 Bukuilustrasi seseorang sedang menulis (Pexels.com/Judit Peter)

Lebih lanjut, Harits menjelaskan, dalam menyampaikan makna melalui kata-kata di sebuah buku, penulis akan menggunakan konsep, lambang, dan rujukan. Untuk dapat memahami itu, diperlukan adanya proses belajar agar pembaca dapat menangkap sepenuhnya apa yang dimaksudkan oleh penulis.

Begitu juga sebaliknya, untuk dapat menyampaikan makna yang dapat ditangkap oleh pembaca, perlu adanya proses belajar yang dilakukan oleh penulis.

"Dengan sinergi untuk memahami makna yang dilakukan oleh pembaca dan penulis, tujuan yang ingin diraih melalui menulis buku ataupun membaca buku akan dapat dicapai secara optimal," ujarnya.

Baca Juga: Dies Natalis ke-8, ITERA Proyeksi Mahasiswa Bertambah 64 Ribu di 2039

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya