Lima Quote Buku Catatan Najwa Tentang Menjadi Seorang Pemimpin

Masihkah demokrasi berarti bagi hidup rakyat sehari-hari?

Intinya Sih...

  • Pemimpin ideal adalah yang bekerja gigih untuk menghasilkan perubahan nyata, menata kota dan membangun desa agar rakyat sejahtera, serta menghadapi persoalan rakyat kecil dengan hasil yang riil.
  • Pemimpin harus tahan banting dan presisi, mampu menyerap aspirasi rakyat, dan tidak terpisah dari realitas serta mesti menyesuaikan diri dengan kondisi.
  • Masihkah demokrasi berarti bagi hidup rakyat sehari-hari? Pemimpin seharusnya tidak senang memilih jalan mudah, malas untuk berbuat, atau nyaman dalam aturan baku yang membelenggu.

Bandar Lampung, IDN Times - Sebentar lagi Indonesia akan memiliki nahkoda baru untuk memimpin selama lima tahun mendatang, 2024-2029. Meski banyak perbedaan pendapat selama proses Pemilu 2024, masyarakat tentu tetap mengharapkan pemimpin bijak, adil, mampu mensejahterakan rakyat serta kebijakan diambil tidak merugikan rakyat.

Lalu seperti apa seharusnya menjadi seorang pemimpin yang seperti itu? Berikut IDN Times rangkum deretan quote tentang pemimpin dari buku Catatan Najwa ditulis Najwa Shihab.

1. Kepemimpinan yang gigih bekerja

Lima Quote Buku Catatan Najwa Tentang Menjadi Seorang PemimpinIlustrasi pemimpin yang tegas (Pexels.com/fauxels)

Kepemimpinan yang gigih bekerja. niscaya hasilkan perubahan yang kasat mata. Mengentaskan persoalan dengan nyata, bukan sekadar bumbu retorika.

Menata kota dan membangun desa agar rakyatnya sejahtera. Membuka pintu komunikasi, siapa pun bisa langsung berkonsultasi.

Inilah kepemimpinan yang tak berjarak. sehingga manunggal dengan rakyat. Berkarya untuk kebutuhan warga. bukan memperkaya keluarga.

Menghadapi persoalan rakyat kecil, lewat kerja-kerja detil, dengan hasil yang amat riil. Bekerja sepenuh hati, menjauhi godaan korupsi.

Rajin blusukan setiap hari, walau nyaris tanpa publikasi. Merekalah yang menumbuhkan harapan. bahwa Indonesia masih punya masa depan.

2. Pejabat kekinian

Lima Quote Buku Catatan Najwa Tentang Menjadi Seorang Pemimpinilustrasi seseorang dengan gawainya (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Menjadi pejabat hari ini, mesti menyesuaikan diri dengan kondisi. Piawai memanfaatkan media sosial, sebagai alat aktual agar sosok dapat terus dijual.Tapi kerja sebenar-benarnya butuh bukti, menghasilkan karya yang memang teruji.

Jika pemimpin mau menyerap aspirasi, tentu rakyat juga yang akan mengapresiasi. Karena jadi gaul saja tak mencukupi, kepemimpinan harus tahan banting dan presisi.

Baca Juga: 5 Cara Mendapatkan Perhatian Penuh saat Berbicara di Depan Umum

3. Pemimpin bernyali

Lima Quote Buku Catatan Najwa Tentang Menjadi Seorang Pemimpinfreepik.com

Indonesia di alam penguasa seolah normal tanpa masalah apa-apa. Indonesia di dunia nyata, terjebak oleh tidak hadirnya negara. Rakyat hidup dalam cemas jika pemimpin terpisah dari realitas.

Pemimpin sejati terdepan dalam pengabdian, bukan gemar melahirkan korban. Tidak semua punya keberanian, tapi bukankah itu syarat dasar kepemimpinan?

4. Lakon politik republik

Lima Quote Buku Catatan Najwa Tentang Menjadi Seorang Pemimpinilustrasi pemilih di hari pencoblosan (pexels.com/Edmond Dantes)

Indonesia masih percaya demokrasi, yang dipraktikkan dengan berbagai variasi. Dari demokrasi terpimpin ala Sukarno. hingga demokrasi Pancasila versi Soeharto.

Rezim demi rezim silih berganti, presiden demi presiden mengucap sumpah dan janji. Tapi terus saja ada kisruh politik penuh kepentingan juga korupsi yang tak berkesudahan. Masihkah demokrasi tetap berarti, bagi hidup rakyat sehari-hari?

5. Pemimpin harus mendobrak keadaan

Lima Quote Buku Catatan Najwa Tentang Menjadi Seorang PemimpinCanva

Sebuah tanda republik celaka, tecermin pada laku penguasa. Senang memilih jalan mudah yang biasa, gentar mengubah kebiasaan yang lama. Pemimpin yang berubah menjadi pejabat, seketika malas untuk berbuat. Nyaman dalam aturan baku, meski sebenarnya membelenggu.

Padahal kekuasaan bukan untuk digenggam, melainkan dipakai demi kemaslahatan. Kekuasaan yang tak sudi dipertaruhkan, tanda tidak adanya tujuan. Pemimpin harus mendobrak keadaan, bukan mengokohkan kemapanan.

Baca Juga: 5 Pelajaran Berharga dari Kisah Saitama Anime One Punch Man

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya