Kisah Pendongeng di Lampung, Kenalkan Dongeng dengan Cara Kreatif

Kegiatan mendongeng mulai dikenal masyarakat

Bandar Lampung, IDN Times - Dongeng merupakan cara bercerita kreatif dan memiliki pesan positif untuk anak-anak. Selain itu, kegiatan mendongeng di hadapan anak-anak menjadi momen menggembirakan karena biasanya pendongeng menyajikan cerita-cerita lucu dan menghibur.

Kegiatan mendongeng di Lampung kini semakin dikenal bahkan di beberapa daerah mulai mendirikan komunitas dongeng merekrut relawan-relawan milenial dan Gen Z untuk belajar mendongeng dan mengaplikasinnya ke sekolah-sekolah atau kegiatan masyarakat lainnya.

Bertepatan dengan Hari Dongeng Sedunia diperingati setiap 20 Maret, IDN Times merangkum kisah para pendongeng muda hingga senior di Lampung memiliki banyak pengalaman dalam mendongeng. Berikut IDN Times rangkum cerita selengkapnya.

1. Pertama kali mendongeng untuk anak-anak korban bencana alam

Kisah Pendongeng di Lampung, Kenalkan Dongeng dengan Cara KreatifAinun Markhamah, pendongeng muda Lampung (IDN Times/Silviana)

Mendongeng jadi aktivitas menyenangkan bagi Ainun Markhamah meski ia memiliki aktivitas padat sebagai kepala sekolah di sekolah Taman Kanak-Kanak (TK) Kabupaten Lampung Tengah. Sejak 2018 lalu, ia mulai mempelajari cara mendongeng melalui komunitas Kampung Dongeng Lampung yang juga baru terbentuk di tahun tersebut.

Perempuan kelahiran 1998 itu sebelumnya memang mempelajari dongeng saat menjadi mahasiswa di Pendidikan Guru (PG) Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Universitas Lampung. Namun menurutnya, tak sampai praktik hanya sekadar teori secara umum.

"Moment pertama aku praktik mendongeng itu waktu ada tsunami di Lampung Selatan sekitar tahun 2019. Awalnya ya masih gugup, takut salah. Tapi waktu itu ada kakak-kakak relawan yang udah berpengalaman, jadi kita banyak belajar dan melihat langsung gimana cara mendongeng di hadapan anak-anak,” cerita Ainun saat ditemui IDN Times, Sabtu (18/3/2023).

2. Awal sering ditolak, kini kebanjiran permintaan

Kisah Pendongeng di Lampung, Kenalkan Dongeng dengan Cara KreatifAinun Markhamah, pendongeng muda Lampung (IDN Times/Silviana)

Meski saat awal mendongeng Ainun mendapat penolakan dari beberapa sekolah yang ia tawari untuk didongengkan, tak membuatnya patah arang. Ia justru semakin semangat untuk mengenalkan dongeng ke masyarakat luas.

Menurutnya, karena masyarakat belum mengenal seperti apa itu dongeng, ia sudah memiliki ilmunya merasa memiliki keharusan untuk mengenalkannya.

“Jadi awal-awal itu aku datangi sekolah-sekolah TK di Bandar Lampung buat aku dongengin. Ternyata gak semua sekolah welcome, ada yang menolak karena pihak sekolah masih belum tahu apa itu dongeng dan seperti apa acaranya. Tadinya sempet down, tapi teman-teman komunitas selalu menyemangati. Dari situ aku mikir, oh iya ya kalau mereka belum kenal dongeng, ya aku yang harus ngenalin,” tuturnya.

Namun setelah pandemik COVID-19 mulai mereda, Ainun mengatakan banyak instansi dari sekolah maupun perusahan-perusahaan ternama yang mengundang komunitas dongeng dalam acaranya. Menurutnya, salah satu penyebabnya adalah saat pandemik, masyarakat terutama sekolah banyak menghabiskan waktu di dunia digital.

Hal itu dimanfaatkan komunitas dongeng Lampung untuk lebih aktif di media sosial mengenalkan dunia dongeng pada masyarakat.

“Dari situ komunitas dongeng di Lampung ini semakin dikenal. Setelah pandemik itu yang  daftar banyak banget, sampai ada waiting listnya. Bahkan Ramadan tahun lalu, dari awal sampai akhir itu ada terus jadwal mendongeng,” kata Ainun.

Baca Juga: Bukan ODGJ, Perampok Bank Arta Kedaton Pasien Rehabilitasi Narkoba 

3. Dongeng sajian tak hanya mengenyangkan tapi menyehatkan

Kisah Pendongeng di Lampung, Kenalkan Dongeng dengan Cara KreatifAinun Markhamah, pendongeng muda Lampung (IDN Times/Istimewa)

Ainun optimis, kegiatan mendongeng akan semakin dilirik oleh masyarakat. Karena berdasarkan pengalamannya saat ini, tak hanya sekolah saja yang mengundang untuk mengadakan acara dongeng. Tapi acara pribadi seperti khitanan atau ulang tahun juga membuat hiburan dengan dongeng.

“Seneng banget sih respons masyarakat itu bagus. Ternyata ada kegiatan seru tapi ada edukasinya. Karena dongeng kan memberi pesan tanpa menggurui. Itu jadi semangat aku buat bertahan karena ingin bermanfaat untuk orang lain. Apalagi ketika sudah survei ternyata ada perubahannya. Aku pernah dapat cerita dari wali murid, kalau anaknya jadi semangat solat setelah mendengar dongeng tentang solat dari aku,” terangnya.

Perempuan kelahiran Lampung Tengah itu berharap, kegiatan mendongeng bisa mengalihkan dunia anak-anak dari gawai tapi juga bisa memanfaatkan dunia digital untuk lebih mengenalkan dongeng.

“Semoga dongeng jadi sajian yang selalu tersaji untuk anak-anak karena dongeng itu ibarat makanan yang tidak hanya mengenyangkan tapi menyehatkan. Jadi ada pesan yang disampaikan tapi juga menghibur,” ujarnya. 

4. Kenalkan dongeng lewat alat musik

Kisah Pendongeng di Lampung, Kenalkan Dongeng dengan Cara KreatifRiko Ari Setiyawan, pendongeng muda Lampung (IDN Times/Istimewa)

Cerita pendongeng muda lainnya datang dari Riko. Ia terjun ke dunia mendongeng karena keinginan orang tuanya.

Riko menceritakan awal ia mengikuti pelatihan mendongeng pada 2019 lalu karena ibunya meminta untuk datang ke sebuah acara pelatihan. Saat itu ia belum mengetahui, acara seperti apa yang akan ia datangi.

Tanpa banyak bertanya, mahasiswa Pendidikan Sastra dan Bahasa Indonesia Universitas Lampung itu langsung berangkat ke Kabupaten Lampung Tengah untuk menghadiri acara berlangsung selama beberapa hari itu.

“Ternyata itu pelatihan dongeng selama beberapa hari. Selama acara aku enjoy sih, justru menemukan hobi aku yang ternyata bisa aku terapkan yaitu menirukan suara-suara atau sandiwara suara gitu. Ternyata teknik ini dipakai dalam mendongeng, jadi aku semakin tertarik belajar mendongeng,” kata Riko.

Menariknya lagi, Riko kini tak hanya menyajikan dongeng dengan suara yang ia buat atau boneka saja, tapi juga menggunakan alat musik seperti gitar, suling, kalimba dan alat musik lainnya sesuai dengan kebutuhan tema dongeng ia bawakan. Menurutnya, itu sebagai salah satu cara untuk menarik minat anak-anak mau mendengarkan dongeng.

“Biasanya aku buat bunyi sirine ambulans atau lagu-lagu yang bikin ketawa pakai alat musik itu. Tapi ya gak setiap dongeng aku pakai alat musik. Bergantung situasinya aja. Kadang aku juga gak bawa perlengkapan apa-apa. Karena menurutku mendongeng itu gak harus saklek sama teori, tapi harus paham dan menyesuaikan dengan kondisi yang ada di lapangan,” terangnya.

Bersama komunitasnya, Riko juga mengenalkan dongeng ke daerah-daerah terpencil jarang terjangkau dengan program-program pemerintah. Menurutnya itu jadi hal menyenangkan bisa bertemu dengan banyak audiens dan bisa melepaskan kreativitasnya dalam menuturkan dongeng.

5. Kenalkan pentingnya dongeng pada anak

Kisah Pendongeng di Lampung, Kenalkan Dongeng dengan Cara KreatifPendongeng senior di Lampung  Iin Muthmainnah Zal (IDN Times/Istimewa)

Sementara itu, salah satu pendongeng senior di Lampung Iin Muthmainnah Zal, mengadopsi kemampuan ilmu peran yang dimiliki untuk bercerita atau mendongeng. Pada 2002 bersama suaminya (alm) Ivan Bonang yang juga merupakan pegiat seni, sepakat membuat komunitas dongeng yang juga dibantu oleh teman-temannya tertarik untuk terlibat dengan komunitas tersebut.

Adalah Hermansyah, teman Iin yang kemudian memberi usulan untuk memberi nama komunitas tersebut Dakocan. 28 November 2002 menjadi tanggal resmi terbentuknya Dongeng Dakocan.

Bukan kebetulan, pada 2015 ternyata tanggal tersebut dijadikan sebagai Hari Dongeng Nasional. Melalui komunitas Dakocan, Iin mengenalkan kembali pentingnya mendongeng bagi anak. Selain untuk hiburan juga sebagai edukasi alternatif.

 “Maka kami mulai mendongeng ke sekolah-sekolah TK awal tahun 2003. Ada 22 sekolah waktu itu, sekaligus sebagai bahan riset kami menyebar kuisioner bagi para orang tua dan pendidik,” tutur Iin.

Isi kuisioner tersebut secara umum menanyakan apakah orang tua dan guru menganggap dongeng sebagai bagian dari pendidikan dan memandang perlu untuk pengembangan karakter anak-anak. Hasilnya pun menakjubkan 99 persen guru TK dan orang tua pada saat itu menjawab tidak.

Dari penelitian tersebut Iin merasa miris dan menyimpulkan sangat perlu untuk terus mensosialisasikan kembali pentingnya dongeng bagi anak usia dini sebagai bagian dari upaya pembangunan karakter anak.

6. Membuat produk dongeng audio visual dan film

Kisah Pendongeng di Lampung, Kenalkan Dongeng dengan Cara KreatifIDN Times/Lia Hutasout

Dalam mensosialisasikan pentingnya mendongeng untuk anak-anak, komunitas Dakocan menggandeng elemen masyarakat yang paling dekat dengan dunia anak-anak. Sehingga pada 2009 komunitas ini memberikan berbagai pelatihan mendongeng pada guru PAUD dan TK.

Sampai saat ini tercatat lebih dari 9.000 guru dan masyarakat lainnya yang sudah mengikuti pelatihan tersebut, dan tersebar di berbagai wilayah. “Kami mulai mengajak banyak pihak untuk bekerja sama dengan komunitas Dongeng Dakocan seperti Astra Foundation, Yayasan Pendidikan Astra-Michael D Ruslim dan lainnya,” katanya.

Selain itu Dakocan juga membuat produk berupa dongeng audio visual dan film yang bertemakan pengasuhan, hubungan anak dan orang tua. “Dongeng pertama yang saya bawakan adalah dongeng berjenis fabel (cerita binatang) judulnya adalah gagak yang ingkar janji. Dongeng itu dibawakan dalam rangkaian dongeng keliling di awal tahun 2003,” terangnya.

Iin menyampaikan, Dakocan sudah mengenalkan dongeng di berbagai daerah bahkan ia sendiri lupa berapa total keseluruhannya. Untuk Provinsi Lampung, menurutnya sudah menjelajahi hingga di kecamatan-kecamatan terpencil yang sulit untuk diakses.

Bahkan Dakocan pernah 15 hari mengelilingi seluruh kecamatan di Tulang Bawang hanya untuk mendongeng dan melakukan kegiatan parenting. Ia juga pernah di Tulangbawang Barat bekerja sama dengan desa-desa. Di Way Kanan empat tahun membina PAUD dan TK di sana.

"Kemudian di Bandar Lampung, Pesawaran, Pringsewu, Tanggamus, Metro, Kotabumi. Pernah juga di Sumatera Selatan 15 sekolah dan beberapa kampung di Prabumulih dan masih banyak lagi,” jelasnya.  

7. Mendongeng di daerah konflik harus pakai rompi antipeluru

Kisah Pendongeng di Lampung, Kenalkan Dongeng dengan Cara KreatifPendongeng senior di Lampung  Iin Muthmainnah Zal (IDN Times/Istimewa)

Dari beberapa daerah yang sudah dikunjungi untuk mengenalkan kegiatan mendongeng, Papua menjadi menjadi daerah yang menyimpan momen tak terlupakan. Mengingat daerah tersebut rawan terjadi konflik.

Menurut Iin pada saat itu baru saja terjadi konflik di daerah Tiom Lanny Jaya, Papua. Sehingga Iin harus mendongeng dengan mengenakan rompi antipeluru.

“Kami diminta oleh Mabes Polri untuk terlibat dalam program satgas khusus Binmas Noken Polri dengan tema Polisi Pi Ajar Sekolah. Di mana program tersebut dikhususkan untuk anak-anak di daerah rawan konflik di Papua,” terangnya.

Dakocan juga mendongeng di Pegunungan Bintang, Mimika, Yahukimo, Wamena, Lanny Jaya, Kerom, Nabire, dan masih banyak daerah lainnya. Terkait perlengkapan mendongeng menurutnya tak banyak.

“Perlengkapan mendongeng sih gak banyak, paling cuma boneka tangan, boneka kepala, kadang-kadang juga sarung, taplak meja, atau benda-benda daur ulang. Yang penting sesuai dengan tema yang ada dalam cerita,” jelas Iin.

Iin berharap, semua orang tua mau mendongengkan cerita-cerita yang menginspirasi untuk anak-anaknya. “Kami menyebutnya 20 menit yang memukau yaitu kegiatan berkualitas selama 20 menit setiap malamnya. Tanpa televisi, gadget, dan lain-lain. Hanya khusus ayah, ibu dan anak,” tutur perempuan kelahiran Palembang ini.

Tak hanya mendongeng Iin juga menyarankan untuk melakukan kegiatan bermain lainnya yang menyenangkan. Menurutnya supaya anak mau mendengar cerita dan membaca cerita, orangtua harus membiasakan membacakan dongeng setiap malam terutama pada anak usia dini. Ia juga berharap ada sebuah perpustakaan mini di setiap rumah. 

Baca Juga: Buah Hati Derita ADHD Ternyata Memiliki IQ Tinggi Dibanding Anak Lain

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya