Cerita Veteran Lampung Masih Semangat Mengabdi di Usia Senja

Ceritakan moment mencekam dan lucu di medan perang

Intinya Sih...

  • Salimi Muchtar, veteran 77 tahun, masih aktif sosialisasi nilai-nilai perjuangan kepada generasi muda di Lampung.
  • Para veteran di Lampung masih menerima tunjangan dari pemerintah, termasuk dana kehormatan dan fasilitas kesehatan.
  • Salimi mengingat masa-masa menegangkan saat berada di medan pertempuran, serta momen lucu ketika bersama rekan-rekannya.

Bandar Lampung, IDN Times -Kemerdekaan Indonesia tentunya tak lepas dari perjuangan para pahlawan berjuang merebut negeri ini dari tangan penjajah. Para pahlawan yang masih ada, kini disebut veteran. Di Provinsi Lampung, tercatat ada sekitar 467 veteran tersebar di berbagai kabupaten/kota. Namun tak semua kabupaten terutama kabupetan pemekeran memiliki veteran.

Kali ini IDN Times mengulik cerita veteran di Lampung yang masih tetap aktif memperjuangkan nilai-nilai kemerdekaan kepada generasi muda saat ini serta cerita mencekam hingga lucu di masa-masa melawan penjajah. Yuk simak cerita lengkapnya di bawah ini.

1. Tetap semangat berjuang dan mengabdi meski sudah di usia senja

Cerita Veteran Lampung Masih Semangat Mengabdi di Usia SenjaSalimi Muchtar, veteran pembela dan perdamaian Lampung (IDN Times/Silviana)

Usia tak menjadi alasan Salimi Muchtar berhenti mengabdi pada Negara Republik Indonesia. Seorang veteran yang pernah bertugas di Timor Leste sebagai veteran pembela dan di Kairo sebagai veteran perdamaian ini masih semangat menanamkan nilai-nilai perjuangan kepada generasi muda. Itu dilakukan melalui sosialisasi ke sekolah atau kampus bersama veteran lainnya tergabung dalam LVRI Provinsi Lampung.

Meski usianya sudah 77 tahun, Salimi masih terlihat gagah dan penuh semangat saat mengenakan seragam dinasnya sebagi veteran berwarna cokelat dan topi pejuang veteran warna senada. Di masa-masa pensiunannya sebagai tentara angkata darat, saat ini tak banyak aktivitas dilakukan, selain mengikuti kegiatan LVRI ia hanya berdiam di rumah bersama istrinya. Sementara ketiga anaknya sudah memiliki keluarga dan tingga di rumahnya masing-masing.

“Setelah pensiun saya sempat membuka ladang di kampung halaman saya di Batu Raja Sumatera Selatan. Hasilnya ya buat bantu-bantu kebutuhan hidup saya sampai saat ini,” kata Salimi saat ditemui di kediamannya di daerah Langkapura Kota Bandar Lampung, Sabtu (17/8/2024).

2. Fasilitas dan kemudahan menjadi seorang veteran

Cerita Veteran Lampung Masih Semangat Mengabdi di Usia SenjaMasa muda Salimi Muchtar, veteran pembela dan perdamaian Lampung (IDN Times/Silviana)

Salimi mengatakan, diusianya tak lagi muda saaat ini tak menyurutkan semangatnya mengabdi pada negara hingga akhir hayat. Apalagi menurutnya, pemerintah daerah juga masih memperhatikan nasib para veteran dengan memberikan tunjangan, fasilitas gedung untuk kegiatan dan melibatkan perwakilan veteran jika ada acara-acara pemerintahan.  

Menurutnya, hingga kini para veteran pensiunan masih menerima fasilitas dari pemerintah seperti tunjangan berupa dana kehormatan dan tunjangan veteran sebesar Rp1.813.000 setiap bulannya, di luar gaji pensiunan.

“Ada banyak kemudahan yang kami dapatkan sebagai veteran. Kalau mau ngurus ya, pembayaran pajak bumi bangunan juga bisa di bayar setengah. Cuma kan kadang saya males ngurusnya. Fasilitas kesehatan dulu semua veteran juga dapat askes kelas satu semua, tapi sekarang kita dilebur jadi satu pakai BPJS. Akses pendidikan misal mau sekolah militer, kalau bilang anaknya veteran pasti dibantu. Tapi anak saya laki cuma satu jadi pengusaha,” jelasnya.

Baca Juga: Semarak Upacara HUT Kemerdekaan RI ke 79 Pertama di Kota Baru Lampung

3. Moment mencekam sekaligus lucu di medan perang

Cerita Veteran Lampung Masih Semangat Mengabdi di Usia SenjaIlustrasi perang/konflik. (IDN Times/Aditya Pratama)

Salimi kemudian mencoba mengingat kembali masa-masa menegangkan saat berada di medan pertempuran. Setelah menyelesaikan pendidikan, ia ditugaskan di Lampung sekitar tahun 1966 di masa berakhirnya pemberontakan G 30S PKI di Indonesia. Kemudian, di kirim ke Timor Leste pada saat itu disebut Timor Fortugis karena berada dibawah jajahan Fortugis sekitar tahun 1976 sampai 1977.

Kemudian, ia juga diperintahkan berangkat Kairo pada tahun 1978 menjadi Pasukan Perrdamaian Garuda 8 yang ke 8. Namun moment paling tak dilupakan menurutnya, saat menjadi pembela pengamanan di Timor-Timur selama 13 bulan.

“Ya hampir semua moment mencekam namanya kita berada di medan asing yang gak tau mana lawan mana kawan. Tapi kan prinsipnya pengorbanan lah. Pagi, siang, malam kita jaga jadi ya pasti kurang tidur, harus selalu siap siaga. Tapi tidak semua yang ke Timor itu jadi veteran, karena batas Juli-Agustus 1999 itu Timor Leste sudah Merdeka. Jadi berganti menjadi pasukan keamanan dalam negeri, karena dia sudah merdeka,” ujarnya.

Menurut Salimi, ada salah satu moment paling mencekam saat berada di Hatudo Timor-Timor untuk melakukan pengamanan jalan bagi Batalyon Cianjur yang akan pulang. Pada saat itu, ia bersama 11 anggota lainnya mengawasi dari atas ketinggian sebuah padang rumput yang tak memiliki pohon rindang untuk berlindung.

“Ketika itu matahari mulai terbit, kami berada di ketinggian mantau jalan yang buat lewat. Jadi musuh ini bisa dengan jelas melihat kita karena terkena sinar matahari dan tidak ada tempat berlindung, karena itu kan medan terbuka. Ketika ada tembakan, kita cuma bisa rebah, untungnya ada satu pohon di depan saya tapi itu juga roboh kena serangan peluru. Kita terjebak di situasi itu sekitar 2 jam, gak bisa berkutik cuma bisa berdoa dan inget rumah. Tiba-tiba datang kabut, yang membuat keberadaan kita sulit dilihat mereka, dari situ kita langsung melakukan serangan,” ceritanya.

Meski hampir semua situasinya memang mencekam, namun menurut Salimi ada juga satu moment sangat lucu bahkan hingga kini masih menjadi bahan obrolan saat menghubungi teman-teman perjuangannya dulu. Itu di saat sudah menyelesaikan tugas mengamankan jalan dari serangan, lalu mengira situasinya sudah aman, Salimi bersama anggota lainnya memutuskan untuk mandi di sungai.

“Jadi 26 orang itu bertahan di box pertahanan, kita 10 orang mandi di bawah. Ya biasa lah lima jaga, lima mandi. Saya ini termasuk yang mandi udah terlanjur bulat gak pakai apa-apa kan, tiba-tiba ada tembakan lagi. Jadi kita langsung lari ambil senjata. Itu yang bikin saya ketawa dan gak pernah lupa sampai sekarang,” selorohnya.

4. Moment haru pulang dari Timor-Timur disambut warga Lampung berbaris sepanjang jalan

Cerita Veteran Lampung Masih Semangat Mengabdi di Usia SenjaTentara berjalan (unsplash.com/Stijn Swinnen)

Setelah menyelesaikan tugas di Timor-Timur, Salimi akhirnya bisa kembali ke Lampung menemui istri dan dua anaknya. Pada saat itu menurutnya, masyarakat Lampung sangat gembira menyambut kedatangan para pahlawan hingga mengarak dari Pelabuhan Panjang sampai ke Tanjungkarang.

“Kita gak boleh naik mobil. Jadi setelah turun dari kapal dari Pelabuhan langsung jalan sambil bawa beban berat, namanya abis pulang perang. Setelah sampai di Enggal dan melakukan apel baru boleh bawa mobil pulang ke rumah,” kenang Salimi.

Namun menurut Salimi, perjuangannya masih belum sebanding dengan perjuangan para pahlawan yang berjuang merebut negeri ini tanpa mendapat imbalan gaji atau pangkat pada masa itu. Sebab menuruntnya, ada banyak pahlawan tak dikenal dan para pahlawan yang tak sempat menikmati masa-masa kemerdekaan.

“Dulu nenek moyang kita gak ada gaji, gak ada pangkat. Ada orang selesai berjuang melawan penjajah pulang lagi ke desanya bertani lagi. Kan banyak yang kaya gitu, udah pokoknya negara udah merdeka aku gak mau jadi apa-apa. Nah sama pemerintah Bung Karno yang kaya gitu diurus, dapat lah mereka tupen, ada dari Jawa dikirim ke Lampung di kasih tanah dan rumah itu namanya Badan Rekonstruksi Nasional (BRN) adanya di Kedondong dan daerah Talang Padang. Kalau BRN itu orang-orang yang Ikhlas dulunya,” tuturnya.

5. Veteran Lampung sedang giat-giatnya menyebarkan semangat juang pada generasi muda

Cerita Veteran Lampung Masih Semangat Mengabdi di Usia SenjaVeteran Mayor Purn S.Subardi Ketua DPD LVRI Provinsi Lampung (IDN Times/Silviana)

Menurut Subardi sebagai Ketua DPD LVRI Provinsi Lampung, tantangan bagi para veteran tak seberat masa-masa penjajahan. Kini, para veteran hanya membantu pemerintah dalam ikut serta pembangunan nasional yang salah satu wujudnya adalah menyebarkan nilai-nilai perjuangan kepada generasi penerus bangsa.

“Para veteran ini tetap masih berjuang untuk mengabdi pada negara, karena bagi veteran tidak ada istilah berakhir, jadi perjuangan tanpa akhir. Kalau dulu kita angkat senjata usir penjajah, kalau sekarang kita mewariskan nilai-nilai perjuangan 45 kepada generasi penerus bangsa. Jadi, untuk veteran di Lampung sekarang ini sedang giat-giatnya melakukan pewarisan nilai-nilai juang 45 kepada generasi penerus bangsa. Seperti dilakukan minggu lalu, melakukan sosialisasi nilai-nilai juang 45 ke Universitas Saburai,” kata pemilik gelar Mayor Purn S Subardi tersebut.

Subardi mengatakan, meski tak memiliki sumber penghasilan, para veteran di Lampung memanfaatkan fasilitas diberikan pemerintah kepada veteran berupa anggaran yang fungsinya untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut.

“Kalau fasilitas pribadi di Lampung ini mayoritas veteran pembela, jadi dapat tunjangan sekitar Rp1.800.000 setiap bulannya. Jadi setiap veteran beda-beda jumlahnya, tergantung veteran apa, pembela, pejuang atau perdamaian. Tapi kalau tunjangan kesehatan sementara ini belum ada,” kata laki-laki kelahiran Jawa Tengah tersebut.

Baca Juga: Pilgub 2024 di Lampung Potensi Hadirkan Lawan Kotak Kosong

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya