Tak Ada Pawai dan Melasti di Laut, Umat Hindu Lampung Rindu Nyepi Era Normal

Melasti dilakukan di pura tiap wilayah masing-masing

Bandar Lampung, IDN Times - Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kota Bandar Lampung, Dewa Kadek Artha mengatakan Melasti merupakan salah satu rangkaian acara Hari Raya Nyepi.

“Rangkaian Melasti yang dilaksanakan hari ini merupakan upacara untuk membersihkan diri untuk menyambut Hari Raya Nyepi,” katanya ketika di wawancarai di Pura Kahyangan Jagat Kerthi Bhuana di Way Lunik, Panjang, Rabu (2/3/2022).

Dewa menjelaskan, semestinya Melasti memang harus dilaksanakan secara langsung di laut lepas. Namun semenjak pandemik belum dilaksanakan kembali di sana.

1. Nyepi tahun ini berbeda dari biasanya

Tak Ada Pawai dan Melasti di Laut, Umat Hindu Lampung Rindu Nyepi Era NormalRangkaian Nyepi di Pura Kahyangan Jagat Kerthi Bhuana di Way Lunik, Panjang. (IDN Times/Rohmah Mustaurida).

Dewa mengatakan, dulu sebelum ada Pura Segara Garuda Hitam di Pantai Pulau Pasir itu, melaksanakan Melasti di Pantai Tanjung Selaki. "Tapi setelah ada Pura Garuda Hitam, kita melakukan disana bahkan kita pernah adakan untuk umat se-Lampung,” ungkapnya.

Namun sudah sekitar dua tahun pandemik COVID-19 meland Indonesia, umat Hindu Lampung tidak bisa melaksanakan Nyepi di Pura Garda Hitam lagi. Khusus masyarakat Bandar Lampung hanya boleh melaksanakan Nyepi di Pura Kahyangan Jagat Kerthi Bhuana dengan pembatasan umat.

“Tapi bukan berarti kita tidak lakukan Segara, kita tetap ada petugas yang akan ke laut Pura Garuda Hitam untuk membawa air lautnya dari sana. Jadi pembersihanya baik diri dan alat disini semua,” imbuhnya.

Ia menjelaskan acara Melasti pada tahun-tahun biasanya dilaksanakan dari pagi, kemudian siang harinya langsung ke laut, lalu kembali lagi ke Pura Panjang. "Kita baru rangkaian pertama belum rata pemversihan nah besok itu ada namanya tawur kesange ritual pembersihan alam," jelasnya.

2. Tidak ada pawai ogoh-ogoh

Tak Ada Pawai dan Melasti di Laut, Umat Hindu Lampung Rindu Nyepi Era NormalKetua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kota bandar lampung, Dewa Kadek Artha. (IDN Times/Rohmah Mustaurida).

Dewa menjelaskan, Nyepi tahun ini tidak ada Pawai Ogoh-ogoh, sehingga masyarakat hanya dapat merayakan nyepi di pura dan di rumah saja.

“Nyepi kan puasa, juga tidak boleh kemana-mana pada hari-H atau 3 Maret nanti, tapi normalnya ada ritual hari ini seperti Pawai Ogoh-ogoh di Bunderan Gajah. Tapi selama COVID-19 tidak ada,” ujarnya.

3. Harapan Nyepi tahun ini

Tak Ada Pawai dan Melasti di Laut, Umat Hindu Lampung Rindu Nyepi Era NormalRangkaian Nyepi di Pura Kahyangan Jagat Kerthi Bhuana di Way Lunik, Panjang. (IDN Times/Rohmah Mustaurida).

Dewa berharap, Nyepi tahun ini pun semua tahapan dapat berjalan lancar dan semua umat dapat disucikan kembali.

“Saya hanya berharap kita semua bisa terlahir kembali seperti bayi, sehingga aktivitas kedepan hanya amalan baik saja yang dilakukan, yang tidak baik tidak usah dilakukan,” ungkapnya.

Ia menjelaskan, di Kota Bandar Lampung ada 4 Banjar yaitu di Kecamatan Bumi Waras, Kecamatan Sukabumi, Kecamatan Way Halim, dan Kecamatan Tanjung Karang Timur.

“Seharusnya semua datang, tapi karena keterbatasan yang hadir perwakilan saja tiap banjarnya 10-15 orang. Tapi tahun ini hanya tiga banjar saja yang kesini, yang satu banjar tidak ikut,” jelasnya.

4. COVID-19 ada karena angkara murka manusia

Tak Ada Pawai dan Melasti di Laut, Umat Hindu Lampung Rindu Nyepi Era NormalRangkaian Nyepi di Pura Kahyangan Jagat Kerthi Bhuana di Way Lunik, Panjang. (IDN Times/Rohmah Mustaurida).

Wayan, perwakilan Banjar Satya Dharma Kecamatan Jati Agung yang hadir pada kegiatan Melasti hari ini bersyukur Nyepi bisa terselenggara di tengah pandemik COVID-19.

“Kesan Nyepi tahun ini luar biasa ya, karena bisa terselenggara di tengah COVID-19 yang masih relatif tinggi seperti saat ini. Bahkan Ogoh-ogoh saja tidak ada, sudah lama sekali rasanya, kangen juga,” katanya.

Menurutnya, COVID-19 muncul karena adanya pemikiran jahat, negarif, serta nafsu yang ada pada manusia sehingga nyepi merupakan momentum manusia untuk berbenah diri kembali setelah disucikan.

“Karena hal-hal jahat itu kan dinetralkan di nyepi ini lah, supaya kembali suci dari kale (angkara murka) manusia,” ujarnya.

Baca Juga: Melongok Upacara Melasti Jelang Nyepi di Desa Balinuraga Lamsel

Topik:

  • Rohmah Mustaurida
  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya