Mengenal Tradisi Punggahan di Lampung, Digelar jelang Ramadan

Mendoakan arwah keluarga yang telah meninggal

Intinya Sih...

  • Masyarakat Lampung menjaga tradisi Punggahan menjelang Ramadan sebagai bentuk rasa syukur dan harapan untuk menjadi pribadi lebih baik.
  • Punggahan awalnya hanya membaca doa bersama dan membagikan besek makanan, namun sekarang juga mengirim doa kepada arwah keluarga yang telah meninggal.
  • Acara Punggahan diakhiri dengan pembacaan Surat Yasin, tahlil, doa bersama, dan pembagian besek makanan sebelum pulang ke rumah masing-masing.

Lampung Selatan, IDN Times - Setiap tahun menjelang bulan suci Ramadan, masyarakat Lampung memiliki kebiasaan unik yang hingga kini masih tetap dijaga dengan baik oleh masyarakat setempat yakni Punggahan.

Tradisi ini merupakan bentuk rasa syukur, keinginan saling berbagi dan harapan bagi setiap umat Islam agar Ramadan tahun ini setiap diri bisa menjadi pribadi lebih baik dari tahun sebelumnya.

Seperti warga di Dusun Candimas Kecamatan Natar, Lampung Selatan misalnya. Acara Punggahan di sini sudah berlangsung sejak dahulu kala dan tidak diketahui kapan pastinya kegiatan ini bermula.

Sulastri (64), salah satu warga yang kurang lebih sudah 50 tahun tinggal di daerah tersebut mengatakan, Punggahan ini memang sudah lama dan dilakukan turun-temurun dari generasi nenek moyangnya.

“Saya dulu kecil di (Kota) Metro pun ada Punggahan. Terus ke sini setelah menikah juga ada. Jadi memang kalau ditanya dari kapannya ya saya juga tidak tahu,” katanya, Minggu (10/3/2024).

Baca Juga: Tiga Tradisi Unik Masyarakat Suku Lampung Sambut Ramadan

1. Sejarah singkat Punggahan

Mengenal Tradisi Punggahan di Lampung, Digelar jelang RamadanPunggahan di Dusun Candimas Sabtu malam (9/3/2024). (IDN Times/Rohmah Mustaurida)

Nama Punggahan sebenarnya berasal dari bahasa Jawa “Munggah” artinya naik. Hal ini menandakan di bulan Ramadan, sepatutnya setiap muslim meningkatkan iman dan taqwa dengan cara melakukan amal ibadah.

Di Dusun Candimas, Sulastri mengatakan Punggahan dulunya hanya dirayakan dengan membaca doa bersama lalu membagikan besek (wadah) makanan yang sebelumnya telah dikumpulkan dari tiap keluarga.

“Tiap orang bawa satu besek. Atau satu keluarga boleh bawa dua besek. Tapi kadang ada yang bawa lebih. Jadi kalau sisa banyak ya dibagi-bagikan,” jelasnya.

Besek makanan ini pun tidak ditentukan jenis makanannya. Masyarakat bisa dengan bebas mengisi lauk pauknya sesuai dengan kondisi perekonomian keluarganya. Besek juga boleh diisi kue, atau jika tidak bisa memasak boleh membeli dari luar.

2. Tradisi mengirim Al Fatihah dan doa untuk para arwah

Mengenal Tradisi Punggahan di Lampung, Digelar jelang RamadanPunggahan di Dusun Candimas Sabtu malam (9/3/2024). (IDN Times/Rohmah Mustaurida)

Setelah tradisi ini berlangsung bertahun-tahun, sekitar 15-20 tahun lalu seorang pendatang dari Jawa Timur memberikan masukan untuk kegiatan Punggahan di Dusun Candimas. Warga setempat boleh menulis daftar nama keluarga yang telah meninggal untuk disebutkan namanya dalam acara Punggahan dan didoakan bersama-sama.

“Waktu itu cuma doa saja. Tapi untuk ngirim (doa) ke arwah ini baru ada berapa tahun ya 15 sampai 20 tahunan lah. Memang bayar tapi seikhlasnya. Jumlah namanya juga bebas. Nanti uang ini dikumpulin dan langsung diumumin di malam Punggahan. Nanti rembukan uangnya mau dibeliin apa buat masjid,” jelasnya.

Sulastri melanjutkan, tradisi mengirim doa kepada arwah dalam Punggahan ini justru mendapat respons positif dari masyarakat. Pasalnya dengan ini, tak hanya keluarga ini tapi seluruh warga desa akan mendoakan keluarga kita yang telah meninggal.

3. Pemandangan unik dalam Punggahan

Mengenal Tradisi Punggahan di Lampung, Digelar jelang RamadanSeorang warga membawa botol air saat membaca doa di acara Punggahan di Dusun Candimas Sabtu malam (9/3/2024). (IDN Times/Rohmah Mustaurida)

Jika kamu datang ke acara Punggahan, kamu juga akan banyak melihat ibu-ibu yang membawa air putih atau air kembang di dalam botol. Air di dalam botol itu akan dibiarkan terbuka selama kegiatan doa berlangsung.

“Itu air buat ziarah. Jadi dibawa ke sini (Punggahan) biar didoain bareng-bareng. Terus besok buat disiramin ke makam saat ziarah kubur (jelang Ramadan),” terangnya.

4. Runutan kegiatan Punggahan

Mengenal Tradisi Punggahan di Lampung, Digelar jelang RamadanPunggahan di Dusun Candimas Sabtu malam (9/3/2024). (IDN Times/Rohmah Mustaurida)

Punggahan di Dusun Candimas dan hampir seluruh daerah selalu dilakukan selepas salat Isya. Acara ini dimulai dengan pembacaan salawat nabi bersama-sama dan pengumuman uang terkumpul dari nama-nama arwah yang dihitung secara langsung oleh para marbot di depan mimbar.

Setelah itu pemimpin pembacaan Surat Yasin akan mulai membaca tahlil dan diikuti oleh seluruh jamaah. Saat membaca Surat Al Fatihah, setiap orang yang mengirimkan daftar nama diminta meniatkan diri mengirim Al Fatihahnya untuk sanak saudaranya.

Kemudian dilanjutkan membaca Surat Yasin, lalu doa bersama. Setelah itu masyarakat akan dibagikan besek makanan secara bergilir sebelum pulang ke rumah masing-masing.

Baca Juga: Paket Bukber Hotel Berbintang Lampung, Bertabur Diskon dan Give Away

Topik:

  • Rohmah Mustaurida
  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya