Mengenal Salafi dan Wahabi, di Indonesia Stereotipe Negatif?

Ustaz Khalid Basalamah menjawab soal Salafi dan Wahabi

Bandar Lampung, IDN Times - Ustaz Khalid Zeed Abdullah Basalamah atau lebih dikenal dengan nama Khalid Basalamah pernah menjelaskan mengenai salafi dan wahabi dalam sebuah kajian.

Menurutnya, masih banyak stereotipe negatif terkait dua istilah tersebut di dalam pandangan masyarakat khususnya di Indonesia.

Ia juga mengatakan, istilah salafi dan wahabi bahkan tak ada di negara lain atau di Makkah dan Madinah yang notabene menjadi pusat agama Islam di dunia.

1. Stereotipe tentang salafi dan wahabi

Mengenal Salafi dan Wahabi, di Indonesia Stereotipe Negatif?Ilustrasi muslim bercadar. (Google.com)

Ustad Khalid Basalamah mengatakan banyak orang yang memberikan label kepada muslim dengan ciri tertentu sebagai kelompok salafi dan wahabi.

“Kalau kita lihat ciri yang disebutkan orang tentang wahabi adalah berjenggot, menjalankan sunnah, kalau salat ke masjid, istrinya pakai tutup aurat, dirumahnya jauh dari perbuatan dosa. Ini nih kelompoknya nih katanya, lalu diolok-olok wahabi,” kata Ustad Khalid.

Kemudian ia melanjutkan, banyak juga yang mengatakan kalau sudah menimba ilmu di Arab maka akan menjadi wahabi. “Salafi dan wahabi itu sebenarnya hanyalah istilah saja yang dibuat oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab,” ujarnya.

2. Penjelasan mengenai salafi

Mengenal Salafi dan Wahabi, di Indonesia Stereotipe Negatif?Ilustrasi muslim. (dreamstime.com)

Ustad Khalid menyebutkan, arti salaf sebenarnya adalah sahabat. Seperti halnya pondok pesantren salafiyah, Ia menjelaskan maksud ‘salafiyah’ di sana bukan merujuk pada suatu golongan tertentu, namun lebih bermakna salaf yang berarti sahabat Rosul atau orang terdahulu.

“Dikatakan pesantren salafiyah itu maksudnya pesantren yang dulu, yang masih tradisional. Jadi itu berarti kembali ke pemahaman salafil ummah (umat pendahulu), hanya itu,” ujarnya.

3. Penjelasan mengenai wahabi

Mengenal Salafi dan Wahabi, di Indonesia Stereotipe Negatif?Suasana di Kota Makkah, Arab Saudi (IDN Times/Umi Kalsum)

Ia juga sempat menceritakan kisahnya ketika dimasukkan kedalam sebuah grup memberikan daftar para ustaz kiyai dan ormas tertentu yang katanya salafi atau wahabi.

“Katanya wahabi itu suka menolak salawat, menolak zikir, menolak doa. Orang yang bilang kalau orang belajar ke Arab itu benci zikir, itu fitnah,” katanya.

Ia menerangkan justru orang-orang yang belajar di Makkah dan Madinah adalah orang yang zikirnya paling banyak kepada Allah.

“Syekh Sudais, yang disebut-sebut sebagai pentolan wahabi, kalau berdoa itu sampai hampir satu jam saat Salat Qunut. Berdoa satu jam sampai orang-orang menangis, lalu ada yang bilang Beliau wahabi? Itu tuduhan yang tidak beralasan,” jelasnya.

4. Makkah dan Madinah adalah sumber ilmu Islam, bukan markas wahabi

Mengenal Salafi dan Wahabi, di Indonesia Stereotipe Negatif?Mekah. (arabianbusiness.com)

Menurut Khalid, stereotipe wahabi juga telah banyak dipandang masyarakat Indonesia sebagai suatu hal yang negatif. Hal ini ia ungkapkan karena ia mengalami sendiri perihal tersebut.

“Saat saya hendak berangkat untuk belajar ke Saudi, sekitar awal 1990an, teman ayah saya titip pesan. Katanya ambil ilmunya, tapi jangan sampai jadi wahabi,” katanya.

Ia bercerita dalam enam bulan pertama di Arab Saudi, semua guru yang ada disana adalah orang-orang yang bercirikan ‘wahabi’ seperti yang ada dalam bayangannya.

“Saya ketakutan melihatnya, dalam benak saya, ini wahabi nih. Tapi lama kelamaan, setelah guru itu masuk ke kelas. Tidak pernah ada sebutan nama wahabi dari mereka, yang ada hanyalah Allah berfirman dan Rosulullah bersabda, atau diikuti penjelasan para sahabat seperti Ibnu Abbas dan Ibnu Ummar, kalau ada ilmu fiqih pun didatangkan dari keempat madzab,” jelasnya.

Barulah setelah itu Ia berfikir mengapa selama ini dia takut padahal semua yang disampaikan oleh orang-orang tersebut adalah ilmu memang berpedoman utama pada Al-Quran dan hadist.

“Maka teman-teman sekalian, saya beri satu nasihat, Rosulullah lahir di Makkah, selama 13 tahun turunnya ayat Makkiyah juga ada di Makkah. Setelah itu Rosulullah hijrah ke Madinah sampai meninggal. Demi Allah, Makkah dan Madinah adalah markas Islam, bukan markas wahabi,” tutupnya.

Topik:

  • Rohmah Mustaurida
  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya